Alutsista Ketinggalan, Korea Heran Indonesia Mampu Pertahankan Kedaulatan Negaranya

Memasuki tahun 2024 ini Indonesia belum mengumumkan pembelian alutsista terbarunya. Namun, sebelumnya Indonesia telah melakukan negosiasi bahkan sudah mencapai kesepakatan pembelian alutsista. Misalnya, jet tempur Rafale dari Prancis, kemudian drone Anka dari Turki, kemudian dimulainya pembangunan Fregat Merah Putih, hingga helikopter Black Hawk.

Mengutip Defense News, Indonesia juga berkomitmen untuk membeli jet tempur kelas berat seperti F-15EX di masa depan. Hal ini dibuktikan dengan keseriusan Indonesia dengan penandatanganan MoU dengan Boeing terkait pembelian 24 unit F-15EX.

Menariknya, Indonesia juga masih terlibat kerja sama dengan Korea Selatan terkait pembangunan bersama jet tempur KF-21 Boramae. Meski proyek kerja sama tersebut dianggap kontroversial hingga kini, karena sejumlah hal. Seperti mandeknya iuran yang dilakukan Indonesia sebagai penanggung bersama proyek tersebut. Hingga belakangan, pada Februari 2024 insiden pencurian data yang dialamatkan ke insiyur Indonesia yang dikirim ke Korea Selatan.

Menurut Viettimes.vn, akhir tahun 2023 lalu, Indonesia sendiri telah meningkatkan anggaran pertahannya untuk tahun 2024 ini. Pemerintah Indonesia setuju meningkatkan jumlah anggaran mencapai 20% demi mengejar target Minimum Essential Force (MEF) 2024.

Menurut Kantor Berita Antara pada tanggal 2 (waktu setempat), Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani pada tanggal 29 bulan lalu meningkatkan anggaran pertahanan tahun depan sebesar 20% dari semula 20,75 miliar dollar AS menjadi 25 miliar dollar AS. Diumumkan bahwa diputuskan untuk meningkatkan jumlah di atas. Dia menjelaskan bahwa peningkatan anggaran pertahanan direncanakan akan dibiayai melalui pinjaman luar negeri. “mengingat meningkatnya ancaman keamanan geopolitik, diperlukan anggaran pertahanan yang lebih besar,“ katanya.

The Korea Times, mengutip SIPRI mengatakan bahwa Indonesia adalah negara dengan wilayah yang luas. Bahkan luas wilayahnya hampir sama dengan seluruh wilayah Eropa, menurut situs tersebut. Menurut SIPRI, Indonesia memerlukan belanja pertahanan yang lebih besar mengingat wilayahnya yang luas. Menurut lembaga pemikir Swedia, Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), belanja pertahanan per kapita Indonesia dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB) selama 10 tahun terakhir adalah yang terendah dibandingkan negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Ketika pemerintah Indonesia meningkatkan anggaran pertahanannya dan terutama menekankan penguatan angkatan udaranya.

Perhatian kini tertuju pada apakah masalah tidak dibayarnya jatah jet tempur KF-21 akan terselesaikan. Pasalnya, Indonesia sendiri telah lama mengoperasikan jet tempur Tua bahkan dengan kondisi yang telah lama tidak dimodernisasi Indonesia melindungi negaranya. Sejauh ini Indonesia hanya mengandalkan jet tempur Sukhoi SU-27/30 dan F-16 yang menjadi tulang punggung pertahanannya. Padahal kedua jenis jet tempur ini sudah cukup berusia, di mana masing-masing diproduksi pada tahun 1990-an.

KF-21 Boramae adalah jet tempur baru yang dikembangkan bersama antara Indonesia dan Korea Selatan, dengan skema transfer teknologi. Keberhasilan proyek ini diharapkan mampu memberikan dorongan kemajuan industri pertahanan Korsel dan Indonesia khususnya dalam produksi jet tempur secara mandiri. (ZU/Red)