RS Muhammadiyah Sudah Bisa Pasang Ring Jantung


MALANG – Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), kini sudah dilengkapi dengan pelayanan pemasangan “stent” atau ring bagi penderita sakit jantung, sehingga warga Malang dan sekitarnya tidak perlu jauh-jauh ke rumah sakit di luar daerah itu.
Rektor UMM, Prof Dr Muhadjir Effendi, sebagai penanggungjawab pengelolaan RS UMM, di Malang, Selasa, mengatakan mulai Juni 2015, layanan pemasangan stent sudah bisa dilakukan, sebab fasilitas “cathererization laboratory” juga telah disiapkan, bahkan sejumlah tenaga perawat dan teknisi yang bakal menangani bidang ini sedang mengikuti pendidikan khusus.
“Kami tidak berharap warga Malang dan sekitarnya atau dari daerah manapun mengalami gangguan sakit jantung. Namun, kalaupun ada yang mengalaminya dan harus pasang ring, tidak perlu ke rumah sakit yang jauh dari Malang, apalagi sampai ke luar negeri, cukup di RS UMM saja,” tegas Muhadjir.
Apalagi, lanjutnya, RS UMM saat ini juga sudah berpartner dan menjadi salah satu rumah sakit rujukan bagi pasien pemegang kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang harus menjalani tindakan medis lebih lanjut.
Dalam program pengembangan awal, katanya, RS UMM dirancang dengan kapasitas 183 bed dengan sejumlah jenis layanan, seperti pelayanan medik, termasuk spesialis bedah dan obstetri dan gynecology. Penunjang medik yang dimiliki di anatranya radiologi, laboratorium klinik, gizi, MRI, hemodialisa.
Secara bertahap, lanjut Muhadjir, fasilitas penunjang untuk layanan medik akan terus dilengkapi, termasuk alat untuk cuci darah pasien gagal ginjal.
“Memang banyak pasien maupun keluarga pasien dan masyarakat yang komplain soal peralatan cuci darah ini, sebab pasien gagal ginjal yang harus cuci darah terpaksa dirujuk ke RSSA Malang atau di RS Lavalatte yang kapasitas terbatas dan harus menunggu antre panjang,” katanya.
Ia mengatakan sebenarnya sudah ada pihak ketiga dari Tiongkok yang menawarkan kerja sama pengadaan layanan untuk cuci darah bagi pasien gagal ginjal, namun yang menjadi pemikiran manajemen adalah area (lahan) yang terbatas. Sebab, untuk melakukan cuci darah dibutuhkan tempat yang aman dan nyaman serta tenang.
“Ke depan, kami memang memimpikan adanya fasilitas layanan medik yang sangat lengkap karena RS UMM ini pada 2018 ditargetkan menjadi RS Pendidikan Utama yang lengkap dengan fasilitas sarana dan prasarana penunjang modern,” ujarnya.
RS UMM yang dibangun di atas lahan seluas sembilan hektare setinggi enam lantai dengan biaya sekitar Rp330,71 miliar itu melakukan “soft opening” pada 17 Agustus 2013 dan melayani masyarakat umum. Pada akhir tahun ini, ditargetkan sudah dilakukan “grand opening”.
“Harapan kami tahun ini sudah bisa dilakukan ‘grand opening’ karena saat ini bangunan fisik maupun peralatan, sarana dan prasarana, serta SDM-nya sudah hampir memenuhi 100 persen. Sekarang memang tinggal beberapa peralatan penunjang medis untuk penyakit tertentu saja yang belum ada, mudah-mudahan tidak lama lagi sudah bisa direalisasikan,” katanya. (sp/liputan6)