Hidupkan Pengajian Ranting !! Seruan Untuk Pemuda Muhammadiyah

(1) Ranting adalah kesatuan anggota di suatu tempat atau kawasan yang
terdiri atas sekurang-kurangnya 15 orang yang berfungsi melakukan
pembinaan dan pemberdayaan anggota.
(2) Syarat pendirian Ranting sekurang-kurangnya mempunyai:
a. Pengajian / kursus anggota berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan
b. Pengajian / kursus umum berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan
c. Mushalla / surau / langgar sebagai pusat kegiatan
d. Jama`ah
(3) Pengesahan pendirian Ranting dan ketentuan luas lingkungannya
ditetapkan oleh Pimpinan Daerah atas usul anggota setelah mendengar
pertimbangan Pimpinan Cabang.
(4) Pendirian suatu Ranting yang merupakan pemisahan dari Ranting
yang telah ada dilakukan dengan persetujuan Pimpinan Ranting yang
bersangkutan atau atas keputusan Musyawarah Cabang / Musyawarah Pimpinan
tingkat Cabang
berikut cuplikan ADRT Muhammadiyah Pasal 5
Saya akan meyoroti ke poin 2 bahwa pendirian ranting harus ada
pengajian, setidaknya 1 kali dalam sebulan. Untuk pusat pengajian, jika
tidak ada surau, bisa saja di rumah anggota.
Persoalannya, pengajian ranting sekarnag sepi.  Jamaah ada, tapi
pengajiannya kosong.  Ini berlaku umum, tidak hanya di desa namun juga
di kota-kota. Kekosongan pengajian ini memperihatinkan. Sarana apalagi
bagi anggota Muhammadiyah untuk berkumpul selain dengan pengajian?
 Tradisi Muhammadiyah tidak ada Yasinan, barzanji, ndibaan atau tahlilan
sebagai sarana berkumpul bersama.  Padahal ranting adalah ujung tombak
gerakan Muhammadiyah.  Dalam sejarah awal, pengajian-pengajian jamaah
inilah yang mampu menggerakkan Muhammadiyah.
Pengajian ranting banyak bermanfaat. Ia menjadi “universitas terbuka”
bagi anggota. Apalagi jika pengajian dilakukan secara sistematis dengan
silabus yang tersetruktur. Maka wawasan keislaman jamaah akan semakin
baik. Mereka yang tidak bisa mengenyam pendidikan keislaman di pesantren
atau sekolah-sekolah agama, dapat memperoleh wawasan keislaman di
pengajian ranting.
Pengajian ini juga dapat menjadi sarana sharing ide. Barangkali
jamaah ada persoalan yang perlu dipecahkan. Di sini menjadi sarana
efektif untuk mencari solusi bersama atas persoalan jamaah.  Satu sama
lain saling tolong menolong dalam kebaikan. Persoalan 1 anggota, menjadi
persoalan bersama.
Tidak hanya terkait dengan anggota jamaah, pengajian ranting juga
menjadi upaya tukar ide dalam pengembangan dakwah Muhammadiyah di
tingkat paling bawah. Bisa saja, dari sini muncul pemikiran pengembangan
keterampilan untuk mengangkat ekonomi umat, pendirian panti asuhan,
atau sekolah Muhammadiyah. Banyak hal yang akan didapatkan dari
seringnya kumpul bersama dengan pengajian ini.
Pengajian tersebut juga menjadi sarana efektif untuk memupuk
militansi jamaah. Semakin sering ketemu dan bersilaturrahmi bersama,
maka kedekatan emosional jamaah akan semakin terikat. Rasa saling
memberi dan menerima akan terasa. Jamaah menjadi bagian satu kesatuan
dari keluarga besar Muhammadiyah.
Sayangnya, pengajian ranting ini banyak yang mati suri. Bukan karena
ranting tidak ada anggota, tapi kurangnya “kyai kampung” yang dapat
menjadi pengayom. Ranting membutuhkan SDM dan sukarelawan yang mau
berdakwah membimbing jamaah dengan penuh ikhlas. Ranting butuh orang
yang rela all out berdakwah tanpa mudah tergoda oleh urusan politik.
Sayangnya, di saat kondisi ranting seperti ini, para pemuda
Muhammadiyah justru lebih tertarik masuk dalam urusan politik. Lihat
saja waktu pemilihan capres kemarin. Mereka berlomba-lomba membetuk
sukarelawan untuk mendukung capres tertentu. Tidak tanggung-tanggung,
mereka membawa bendera Muhammadiyah dan membuat lambang yang mirip-mirip
dengan Muhammadiyah.
Urusan bangsa memang sangat penting.  Tapi tidak kemudian semua
anggota berbondong-bondong masuk dalam hiruk pikuk politik. Di ranting
sana, butuh siraman rahani dan bimbingan. Mereka butuh wawasan
keislaman. Mereka butuh orang yang mau menjadi pengayom, sebagai “kyai
kampung” tempat membagi suka dan duka.
Ranting butuh banyak kader potensial sehingga ujung tombak dakwah
Muhammadiyah itu bisa berjalan dengan baik. Sangat disayangkan jika kita
sebagai anggota Muhammadiyah, sibuk dengan urusan bangsa, sementara
urusan kita sendiri terabaikan.
Pemuda Muhammadiyah, marilah kita bersama-sama mengurusi ranting
kita. Jadilah sukarelawan dai. Insyaallah imbal balasannya dari Allah,
jauh lebih besar dibandingkan dengan imbal balasan yang dijanjikan oleh
para capres itu. Fastabiqul khairat wallahu mustaan. [sp/almuflihun.com]