
Kiyai Ahmad Dahlan adalah kiyai pemikir sekaligus kiyai praktis dalam mengajarkan agama kepada santri maupun jamaahnya. Keilmuan Kiyai Ahmad Dahlan begitu luas, dari keturunan yang juga anak kiyai karismatik maupun terhormat di eranya. Kepedulian Kiyai Ahmad Dahlan terhadap santri, jamaah maupun umat islam begitu besar untuk membawa misi dakwah yang mencerahkan juga dakwah yang menggerakkan kepada kemajuan ummat yang tertinggal. Kiyai Ahmad Dahlan sosok yang sulit ditemukan kembali walaupun generasi pelanjutnya sudah banyak lagi besar, namun belum ada yang mampu seidentik beliau dalam urusan perjuangan dakwah islam.
Ajaran yang paling membekas mendalam, namun mulai terlupakan salah satunya Teologi Wal Asri. Teologi Wal Asri ini terlihat sederhana, akan tetapi jika dipahami secara seksama, mendalam, penuh penguatan dan pengamalan yang baik tentu akan mudah mengamalkannya layaknya mengikuti konsep Teologi Wal Asri yang dibawakan oleh Kiyai Ahmad Dahlan. Hanya saja warga Muhammadiyah sudah mulai jarang mendalami dan menghidupkan kembali ajaran Teologi Wal Asri dalam bentuk pengajian, pengamalan dan pendalaman materi. Padahal jika ini terus dilanjutkan, dilestarikan, dan dikembangkan akan menjadi ciri khas Muhammadiyah sebagai alternatif di tengah beragamnya paham pemikiran Islam yang cenderung mengarah pada kesesatan bahkan kezaliman beragama.
Teologi Wal Asri memberikan banyak hikmah dan Ibrah seperti pentingnya menanamkan nilai Tauhid mengenakan Allah setiap saat. Pentingnya menggunakan waktu disini dengan hal yang lebih bermanfaat untuk menyiapkan orientasi akhirat agar tidak terlalu tenggelam dalam orientasi hidup duniawi. Pentingnya kesadaran terhadap hidup yang selama ini banyak merugi akibat tidak adanya bekal amal ibadah, amal soleh dan amal hasanah. Pentingnya senantiasa berbuat amal soleh dan beriman kepada Allah setiap waktu, setiap saat dan setiap detik agar tak merugi. Intinya pentingnya menjaga persaudaraan, kemanusiaan dan kebersamaan dalam rangka saling mengingatkan terhadap kebenaran dan kesabaran dengan cara yang elegan, lemah lembut dan humanis terhadap sesama. Sehingga Teologi Wal Asri ini dapat diartikan sebagai menjadi manusia yang bermanfaat tidak merasa tinggi dan tidak pula merasa rendah, dikarenakan pentingnya menjaga marwah serta kehormatan sesama manusia sekalipun terkadang memiliki kekhilafan atau rendahnya ilmu.
Perlu disadari bahwa Teologi Wal Asri Muhammadiyah ini lebih banyak mengajarkan manusia dan umat menjadi terus lebih baik dalam menjalani aktivitas kehidupan. Ada yang kering ilmu agama, ada yang kering amalan agama, ada yang kering spritual agama, ada yang kering kesadaran agama, ada yang kering tujuan agama bahkan ada pula yang kering dengan kepedulian agama sekalipun mereka memahaminya. Sudah seharusnya ajaran Teologi Wal Asri yang dibawakan Kiyai Ahmad Dahlan dihidupkan kembali dengan model, cara, bentuk yang disesuaikan dengan eranya, masanya dan Zamannya. Sehingga seluruh warga Muhammadiyah memahami nuansa dakwah dan nuansa agama seperti layaknya hidup di era para pendahulu dan pendirinya termasuk yang telah diajarkan oleh Kiyai Ahmad Dahlan.
Dengan adanya Teologi Wal Asri ini, akan banyak menyelamatkan warga Muhammadiyah secara keseluruhan baik pimpinan struktural dan warga kultural sekaligus ummat amnesia pada umumnya. Penggunaan waktu yang bermanfaat, penanaman Tauhid yang semakin kuat, kesadaran tinggi agar senantiasa bertaubat, semangat diri agar beramal soleh terus menguat, memantapkan diri menajdi insan bertakwa yang hebat, mencari kebenaran dengan penuh semangat dan menjadi manusia yang sabar yang senantiasa taat. Itulah esensi dari Teologi Wal Asri Muhammadiyah yang mengajarkan manusia menjadi lebih mulia dan bermanfaat lagi bermartabat.
Oleh : As’ad Bukhari, S.Sos. MA.
(Kader Kokam Diklatsar Sleman-DIY)