Sosok Pemimpin Dirindukan

Hidup di akhir zaman selalu krisis pemimpin dan degradasi kepemimpinan seperti Rasul Saw beserta para sahabat. Inilah fakta dan fenomena kehidupan yang begitu rill serta nyata di hadapan mata maupun hidup di sekeliling ini. Tantangan besar untuk menghadirkan sosok pemimpin yang adil dan bijaksana, menerapkan nilai serta sifat dasar seperti siddiq, amanah, fatonah dan tabligh. Sangat sulit serta begitu langka kehadirannya di muka bumi saat ini yang hidup di zaman kontemporer.

Justru yang terlihat ke permukaan adalah para pemimpin yang jauh dari nilai agama khususnya Islam. Lebih parahnya lagi adalah dengan gagah serta tidak malunya menentang Allah, bahkan merasa dirinya telah menjadi bagian Tuhan bahkan dituhankan, tidak takut kepada Tuhan, melebihi daya upaya maupun kekuatan Tuhan, sehingga yang terlihat hanyalah kesombongan, kepongahan dan keegoan. Pemimpin dalam hal ini bukan hal yang sepele, melainkan pemimpin yang memiliki kewenangan tinggi, kekuasaan penuh, otoritas dominan dan posisi strategis. Maka tanggung jawab, jiwa kepemimpinan, dan kepedulian secara makro maupun global sangat penting dan tidak terjebak pada kategorisasi atau partikulasi dalam satu aspek semata.

Banyak harapan serta keinginan yang menjadi impian akan hadirnya sosok pemimpin yang dirindukan. Tentu bukan pemimpin yang selalu merasa dirindukan dengan pencitraannya dan penampilannya saja. Tapi lebih dari itu sangat substantif yang artinya kehadiran pemimpin membawa kedamaian, keadilan, keharmonisan, kemakmuran dan kemajuan. Bukan justru yang acuh tak acuh, ego mendominasi, retorika makarisasi, program manipulasi, dan kepemimpinan citra. Mungkin inilah yang dinamakan tren dalam melahirkan pemimpin dengan instan, cangkok, dan image. Yang akhirnya output pun hanya berdasarkan pada apa-apa yang menarik, lucu, aneh, unik tapi tak berisi, tak berkualitas, dan tak bijaksana.

Hal ini bukan berarti hanya semata karena sebuah sistem yang salah. Akan tetapi pola pikir manusia pun yang juga semakin salah yang sama halnya keliru, pada akhirnya juga hanya instan, masa bodoh, dan oportunis. Sebab energi negatif tidak akan hadir tanpa adanya stimulasi negatif yang datang serta mulai dari bawah ke tengah sampai ke atas. Begitulah kira-kira gambarannya, bahkan energi positif sekalipun itu diproses dengan alur yang sama yakni dimulai dari hal kecil ke sederhana dan sampai puncak keberhasilan. Inilah yang dinamakan kesalahan sikap dalam menjalankan sebuah sistem atau disebut desistematisasi kritis atau error system.

Islam dengan segala ilmunya dan sejarahnya bila dikaji secara ilmiah, mendalam dan konpeherensif maka semua akan jelas validasinya, kebenarannya, keilmiahannya dan keasliannya. Sebab para pemimpin yang lahir di zaman dahulu dalam sejarah akan terlihat jelas kehidupan awal sampai akhirnya penuh dengan dinamika, proses, suplementasi, pembekalan, tujuan, dan bahkan nilai. Bukan hanya serta merta hadir hanya karena kekuatan uang dan kekuatan politik tanpa esensi semata. Hal ini menjelaskan bahwa segala sesuatunya itu perlu disadari, perlu disiapkan, perlu dibangun, perlu dimodifikasi, perlu dijaga, dan perlu perawatan yang kesemuanya adalah sebuah sistem menghadirkan sosok pemimpin yang dirindukan.

Mari berbenah dan saling memperbaiki menuju kebaikan dan kemajuan. Sebab bisa saja ternyata sosok pemimpin hadir diri sendiri, keluarga, lingkungan dan sesuatu yang tak pernah terduga sebelumnya. Sehingga sosok pemimpin yang dirindukan kelak dapat dikenali secara detail dan mendalam, karena kebiasaan dari awal kelahiran sampai pada akhir kematian. Hancurnya sebuah sistem tidak serta merta karena pemimpin sebagai aktor peran saja, melainkan keseluruhan yang menyatu mengalir dalam memilih pemimpin yang salah perkiraan. Sebab semua bisa dikemas dengan sampul atau cover sesuai dengan selera kebutuhan tren atau pasar, dan semua tentunya merupakan bentuk desain yang bisa saja tak sesuai isinya.

Menghadirkan pemimpin ideal yang senatiasa menjaga, memikirkan, membenahi, memajukan, membanggakan, mengayomi, mensejahterakan, membantu, mendukung, mendamaikan, menyemangati seluruh rakyatnya maupun bawahannya atau anggotanya adalah sosok pemimpin yang dirindukan. Yang memilih harus sadar dan penuh tanggung jawab atas dasar pengetahuan yang luas, serta yang terpilih penuh kesadaran atas amanah yang dijalani sifatnya sementara bukan kepemilikan atas kewengan yang telah didapatkan. Artinya semua ada rencanya, ada aturannya, ada tahapannya, ada prosesnya, ada prosedurnya, ada sistematikanya, ada desainnya dan ada rancangan-rancangannya. Sehingga banyak dan mampu melahirkan serta menghadirkan sosok pemimpin yang dirindukan, kemudian yak lagi mengali krisis dan degradasi kepemimpinan tentunya.

Oleh : As’ad Bukhari, S.Sos., MA.
(Analis Kajian Islam, Pembangunan dan Kebikan Publik)