Rudal Buatan Muhammadiyah, Inilah Kehebatannya..

Merapi, salah satu rudal yang dikembangkan anak negeri rupanya memiliki kemampuan tak main-main dalam hal jangkauan. Rudal Merapi begitu sebutannya adalah jenis rudal kaliber 70 mm yang didesain sebagai senjata anti pesawat terbang/sasaran di udara dan dapat dipanggul.

Sejarah Rudal Merapi dimulai sejak dilakukan kerja sama rancang bangun rudal antara Pusat Riset CIRNOV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan Dislitbangad tahun 2018–2020. Pada tanggal 27-28 Desember 2021, dilakukan uji tembak program rudal di lapangan tembak Area Weapon Range (AWR) TNI AU, Pandanwangi, Lumajang. Uji tembak ini merupakan hasil kerja sama antara CIRNOV dan PT Dahana (Persero) yang melibatkan Pusat Riset Teknologi Penerbangan BRIN.

Jenis rudal ini merupakan rudal yang pertama kali dibuat secara mandiri oleh anak bangsa Indonesia dengan teknologi fire and forget yaitu rudal yang setelah ditembakkan tidak perlu dipandu untuk mencapai sasaran. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, uji tembak kali ini yang diberi istilah “Konser Akhir Tahun 2021” akan mengevaluasi performansi tiap-tiap subsistem rudal untuk pematangan penguasaan pembuatan teknologi rudal, peningkatan kemampuan rudal, serta persiapan hasil produksi riset untuk industri.

Proses Quality Assurance (QA) selama pembuatan dilakukan dengan sangat ketat. Evaluasi meliputi performansi roket pendorong, struktur aerodinamik sirip belakang (fin-tail), sirip depan (canard), penjejak (seeker) yang menggunakan teknologi inframerah, peluncur tabung, dan lain-lain.

Untuk dapat dipanggul, rudal harus dimasukkan ke dalam tabung peluncur. Untuk itu canard dan fin-tail harus dapat dilipat sehingga setelah rudal ditembakkan dari peluncur, semua sirip-sirip tersebut akan membuka untuk melakukan fungsi aerodinamiknya menuju sasaran.

Bahan propelan roket pendorong dibuat oleh PT Dahana dengan komposisi khusus yang dirancang bagi mendukung rudal kaliber tersebut. Dari hasil uji tembak yang dilakukan, diperoleh konsistensi yang tinggi mengenai performansi roket pendorong rudal selain jarak jangkau langsung ke sasaran dapat mencapai 3.000 m.

Hal ini penting karena akan menjadi salah satu rujukan dasar bagi sinkronisasi subsistem lain dari rudal secara lengkap, kata Prof. Hariyadi selaku team leader dari CIRNOV. Juga canard dan fin-tail dapat membuka dengan baik setelah keluar tabung peluncur untuk menuju area sasaran yang ditandai dengan flare atau sumber cahaya penghasil sinar inframerah yang dibawa terbang oleh drone.

Selanjutnya performansi sub yang lain berkaitan dengan posisi sasaran, sudut angguk (pitching), geleng (yawing), dan putaran rudal (rolling) termasuk posisi sasaran oleh seeker dapat dimonitor melalui alat telemetry yang dipasang di rudal selama ditembakkan sehingga diperoleh data secara langsung (real time) dan berterusan untuk evaluasi. Semua komponen rudal mampu menahan hentakan (G-shock) hingga mencapai 20 G yang muncul sewaktu rudal keluar dari peluncur.

Uji tembak disaksikan oleh tim dari CIRNOV, PT Dahana, Pusat Riset Teknologi Penerbangan BRIN, Dislitbangad, dan Poltekad Kodiklatad. Tujuan utama dari “Konser Rudal Merapi” kali ini selain menjadi ajang tahunan uji tembak kemampuan rudal untuk dasar penyempurnaan, juga untuk membakukan teknologi rudal yang telah berhasil dibuat untuk keperluan persiapan industri ke depannya.

Dalam kegiatan, juga dilakukan uji propelan dengan teknologi smokeless (tanpa asap) yang dibuat oleh PT Dahana. Dengan keberhasilan hasil uji yang dilakukan, ke depannya PT Dahana akan mampu memproduksi teknologi roket pendorong yang tidak menghasilkan asap selama penembakan sehingga musuh tidak mudah mendeteksi keberadaan posisi penembakan, demikian papar engineer PT Dahana, S. Ma’ruf.

Dikutip Zonajakarta dari Dahana, Direktur Teknologi dan Pengembangan DAHANA, Suhendra Yusuf RPN, DAHANA bertugas untuk membuat bahan propelan untuk roket pendorong pada rudal dengan kaliber 70 mm tersebut, sehingga Rudal Merapi mampu melesat di atas kecepatan 650 kilometer per jam atau bahkan dapat melampaui kecepatan suara. “Kecepatan rudal mampu untuk merontokkan pesawat baik pesawat tempur, helikoper militer, serta sasaran udara lainnya seperti drone,” ujar Suhendra.

Dengan berat rudal yang cukup ringan yaitu sekitar 10 kg, Rudal Merapi dapat dengan mudah dibawa ke mana-mana oleh tentara. Pada aplikasinya, rudal dimasukkan ke dalam tabung peluncur yang membutuhkan canard dan fin-tail yang dapat dilipat, sehingga setelah rudal ditembakkan dari peluncur, semua sirip-sirip tersebut akan membuka untuk melakukan fungsi aerodinamiknya menuju sasaran.

Rudal besutan anak bangsa ini juga dilengkapi dengan sistem fire and forget, dimana setelah rudal dilepaskan, ia akan mengunci target sasaran secara otomatis, sehingga memudahkan para penembak rudal dalam melakukan manuver selanjutnya setelah melesatkan rudal.

Suhendra juga berharap, dengan membuat peluru kendali secara mandiri, Indonesia dapat menghadapi ancaman embargo. Selain memenuhi kebutuhan Alutsista Nasional, produksi rudal Merapi secara masif memiliki potensi untuk menambah finansial negara dengan menawarkannya di pasar persenjataan dunia. (ZJ)