
Bismillah lancar semua ayahanda, semoga akan tersaji gagasan dan keputusan yang bisa menghadirkan kemanfaatan lebih dahsyat bagi umat. Berharap dalam musywil ini terbahas dengan serius tidak hanya bagaimana Muhamamdiyah memiliki bisnis dari hulu ke hilir, tapi juga memikirkan bagaimana agar kader memiliki ketangkasan dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menjadi kader yang berdikari karena memiliki kemandirian ekonomi.
Banyak AUM besar tapi tak sedikit pula kader yang maaf diakui atau tidak secara finansial masuk kategori “dibawah garis kemiskinan”. Hanya karena kader kader tersebut tetap berupaya berjuang atas nama persyarikatan dan aktif di kegiatan persyarikatan sehingga sepintas tak tampak kemiskinan dalam diri mereka. Mereka menjaga betul marwah meskipun perut kelaparan, ini juga perlu menjadi perhatian bersama. Besar dan banyaknya AUM belum bisa menjawab permasalahan ini tentu harus menjadi pembahasan yang terus diupayakan solusinya.
Di awal perkembangannya muhammadiyah besar salah satunya karena banyaknya saudagar yang menopang dana dakwah persyarikatan, pembangunan masjid, sekolah dan rumah sakitpun berawal dari infak warga. Jika warga muhammadiyah di didik, didampingi untuk memiliki kemampuan wirausaha yang baik tentu dakwah Muhammadiyah juga akan lebih semarak karena warga muhammadiyah memiliki mental “nyah nyoh” seperti kata Kyai AR Fakhrudin. Tentu AUM besar akan tetap menjadi penopang meski tetap tidak boleh timpang.
Konsep yang lebih mapan tentang menguatkan kader kader muda jawa tengah agar lebih kokoh ideologi dan perjuangannya juga tak boleh dilupakan.
Juga bagaimana memikirkan dengan serius agar jaringan RS Muhammadiyah se jawa tengah benar benar menjadi brand dengan kualitas nomer 1 dengan sinergitas yang mampu membawa RS Muhamamdiyah Se Kawa Tengah semakin berkemajuan. Selamat Musywil PWM Jateng. (Hasan Bayuni)