
Terkadang hidup di suatu negeri membuat perasaan tidak nyaman akibat dari sebuah kebebasan yang sangat berlebihan. Bukan berarti tidak ada kehidupan manusia yang baik, melainkan banyak kehidupan manusia yang justru rusak akibat dari pengaruh dan lingkungan yang dianggap sebagai pergaulan bergengsi. Hampir semua manusia itu memiliki sisi kebaikan dan keburukan, akan tetapi sisi keburukan inilah yang selalu membuat segala tatanan kehidupan hancur berantakan yang terus berulang. Dengan motif kebebasan hidup, membuat sebagian besar orang kehilangan kendali dan kontrol atas sikap, perilaku, gaya hidup, pola pikir dan seluruh keputusan yang tak hanya merugikan dirinya secara hakikat juga merugikan seluruh lingkungan di sekitarnya.
Hal ini akan membuat suatu negeri dapat banyak ujian maupun cobaan jika ditinjau dari aspek agama dan spritual. Lihatlah betapa banyak negeri yang dipimpin dan diatur oleh manusia yang jika dilihat dari segi casing atau kemasan seolah hebat, ahli dan profesional. Akan tetapi punya sikap rakus, tamak, korup, hedon, bergengsi, sombong, congkak, penindas, sebelah mata dan lainnya. Hal itu karena memiliki harta, kekuasaan, jabatan dan wewenang dengan keahlian namun juga ahli dalam melakukan celah penyelewengan juga. Dari aspek politik semua rusak, dari aspek agama semua menyesatkan, dari aspek sosial semua hancur, dari aspek psikologi semua emosional, dari aspek kesehatan semua overdosis dan seterusnya. Ini menandakan bahwa kemajuan dan modernisasi tak selalu berbading lurus dengan moral.
Idealnya manusia pasti menginginkan suatu negeri itu diberikan keberkahan, kenyamanan, kesejahteraan dan keamanan tanpa kendala yang besar lagi merusak kehidupan. Akan tetapi kenyataannya pada realitas kehidupan justru suatu negeri selalu mendatangkan kemurkaan akibat kerusakan, kerakusan dan kebiadaban manusia. Kerusakan terbesar adalah sagala bisnis yang mengharamkan namun justru itu pula digemari kebanyakan manusia baik dari judi, mabuk, dugem, narkoba, prostitusi, virus, korupsi, maling dan sebagainya. Sehingga kesenjangan makin besar yang membuat hilangnya rasa simpati, empati dan sikap humanis sebagai rasa kemanusiaan.
Lantas kontribusi apa yang dapat dilakukan sebagai manusia yang berharap suatu negeri ini diberkahi dengan segala kemudahan, keringanan dan keadilan. Tentunya tidak terlepas dari prinsip maupun karakter diri yang selalu menjaga nama baik, kehormatan, reputasi, harkat, martabat dan harga diri sebagai manusia yang senantiasa berusaha terus lebih baik menjaga moralitasnya. Jangan menjadi manusia benalu, jangan pula menjadi pemimpin zalim, jangan menjadi orang yang menghancurkan nilai-nilai budi pekerti dan kebaikan hanya karena nafsu sesaat maupun sikap egois yang arogan. Sebab negeri ini jauh lebih banyak dibutuhkan dan diharapkan ialah manusia-manusia berakal sehat dengan nalar yang tinggi menjaga suatu negeri dari segala ancaman, musibah, bencana dan lainnya yang meskipun itu kehendak Yang Maha Kuasa. Akan tetapi sebagai manusia dapat meminimalisir dan menghindari segala keburukan dan kemurkaan akibat dari manusia yang hanya ingin bebas sebebas-bebasnya sehingga menabrak lagi mengabaikan aspek lainnya termasuk agama dan sosial budaya. Jangan lah karena sikap egois lagi keras kepala sebagai manusia dapat menimbulkan kehancuran karena kemurkaan Yang Maha Kuasa atas manusia hina.
Jadilah manusia yang terbaik dan memberikan manfaat serta memberi banyak kebaikan yang dapat menimbulkan kesadaran manusia menuju manusia yang berkualitas dan berkemajuan. Jikalau pun punya salah, khilaf, dosa dan keburukan itu jadikan sebagai pembelajaran sekaligus pengalaman hidup agar tidak lagi menjadi bagian manusia yang memunculkan kemurkaan pada suatu negeri sehingga menghancurkan seluruhnya. Sebab kehidupan di dunia ini hanya sementara dan tidak kekal abadi selamanya, maka kebaikan dan ketulusan dalam kehidupan itu yang paling diutamakan. Menjadi manusia yang dapat pula menjadikan suatu negeri berkah, aman, damai, bahagia, tenang, sejahtera, makmur, nyaman dan seterusnya. Dengan begitu kehidupan umat manusia akan lebih baik dan harmoni menjaga keutuhan alam semesta.
Ditulis oleh: As’ad Bukhari, S.Sos., MA
(Analis Kajian Islam, Pembangunan dan Kebikan Publik)