Sudut Tak Terliput: Heroisme Relawan Muktamar 48 Muhammadiyah & Aisyiyah

    Perhelatan Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah telah usai. Muhammadiyah menetapkan Ayahanda Haedar Nashir dan Abdul Mu’ti untuk kembali menjadi pasangan ketua umum dan sekretaris umum periode lima tahun ke depan, sedang di ‘Aisyiyah muncul nama baru sebagai ketua umum yaitu Ibunda Salmah Orbaniyah dan Tri Hastuti Nur Rochimah sebagai sekretaris umum.

    Testimoni megahnya gedung Edutorium sebagai arena Muktamar serta ramainya pembukaan menjadi bagian indah dari perhelatan Muktamar. Kemacetan parah di Solo Raya pada hari pembukaan, pun dengan adem dan damainya prosesi sidang Muktamar. Maka tak heran banyak orang mengatakan bahwa ayahanda dan ibunda tengah melakukan prosesi politik langitan, dimana kita bisa melihatnya namun tak mampu untuk menjangkaunya.

    Namun, ada sisi lain yang lebih membuat kita merinding bahkan mungkin akan sedikit menetes air mata, yaitu adanya relawan Muktamar. Mereka senantiasa bertugas dengan dedikasi tinggi menjalankan amanah yang diberikan. Konsep kerelawanan mereka semakna dengan apa yang ada di beberapa buku Psikologi mengenai Alturisme, dalam pengertiannya altruism (altruisme) yakni bersikap sedemikian rupa untuk meningkatkan rasa aman, terpuaskannya kepentingan atau kebahagiaan hidup orang lain, meski di saat yang sama membahayakan keselamatan hidupnya sendiri, pendapat itu di kutip Yudi Santoso dalam buku Kamus Psikologi. Setidaknya ada empat pos relawan yang bertugas di sudut tak terliput. Memastikan muktamar 48 berjalan se-perfect mungkin. Mereka adalah relawan kebersihan, relawan konsumsi, relawan keamanan dan relawan registrasi.

    Relawan Kebersihan
    Jargon Muktamar bersih memang belum mampu berjalan sempurna. Di beberapa titik, sampah masih berserakan dan terbang entah kemana untuk mencari tuan yang membuangnya sembarangan. Hadirnya relawan kebersihan benar-benar membuat kita terpesona. Adik-adik berpakaian HW coklat dengan rompi relawan kebersihan, begitu cekatan untuk memungut sampah yang berserak dan dimasukan ke dalam trash bag. Sebagian lainnya dengan membawa papan himbauan agar sekalian peserta Muktamar menjaga kebersihan, pun dengan penggembira yang datang berbondong-bondong.

    Mereka benar-benar luar biasa, dalam jangka waktu tak begitu lama area Manahan yang penuh sesak penggembira kembali bersih. Saat penggembira mulai meninggalkan Manahan bersamaan dengan selesainya acara, dengan sigap relawan kebersihan memunguti sampah yang ditinggalkan. Satu per satu, dengan tangan mungilnya. Tangan yang biasa memegang ballpoin atau menyentuh keypad laptop dan smartphone, kini berbungkus sarung tangan plastic, memungut satu persatu sampah entah milik siapa.

    Apresiasi luar biasa untuk relawan kebersihan yang selalu siap siaga jika melihat sampah berserak. Jika dalam prosesnya masih ada sampah menumpuk di beberapa titik, itu hal yang wajar, perbandingan massa dengan jumlah relawan tentunya menjadi titik kompromi jika terjadi ketidaksempurnaan dalam proses berjalannya.

    Relawan Konsumsi
    Siapa yang menyangka, bahwa diantara suksesnya muktamar ada banyak relawan di belakang layar yang selalu siaga untuk memastikan bahwa perut panitia dan peserta terjamin isi dan kenyangnya. Relawan konsumsi bekerja tidak hanya saat muktamar berlangsung, mereka sudah ada sejak lama bahkan sejak kepanitiaan muktamar dijalankan.

    Menyiapkan berbagai keperluan konsumsi di setiap rapat, pun dengan setiap jengkal kegiatan di Muktamar mereka selalu siaga dengan tenaga dan tak lupa troli barang yang sering mereka naiki untuk sekedar bercengkerama dengan lelah dan letih saat bertugas. Mendistribusikan makanan ke setiap titik konsumsi, mengantar, menghitung, ribuan makanan setiap harinya, itu bukan perkara mudah.

    Ada kisah heroik yang ketika aku mendengarnya saja merasa perih dan mata mulai berlinang sembari nafas terengah. Bagaimana tidak, di balik suksesnya pembukaan muktamar di stadion Manahan, ada sekelompok relawan konsumsi yang kabarnya hanya berjumlah 100 orang menata dua puluh dua ribu paket makanan berisi box dan air ke kursi-kursi di tribun di Stadion Manahan. Ya, 22.000 paket konsumsi semuanya telah tertata rapi di kursi. Bahkan jika anda datang ke stadion sebelum ayam berkokok pun, semuanya sudah tertata disana. Jika box makanan itu dibentuk sedemikian rupa, barangkali sudah menjadi sebuah candi yang selesai dibangun dalam sekejap mata.

    Ketika pukul 23.00 stadion sudah steril dan pintu masuk sektor terkunci, mereka melemparkan dus-dus minuman dari bawah ke atas. Jika kita uji secara matematis, setiap relawan kebagian tugas untuk membagi 220-an makanan dengan cara naik turun tangga stadion. Jadi jika anda, baik sebagai peserta penggembira sekalian menikmati lezatnya makanan dan minuman di kursi tribun sembari menyaksikan kemegahan pembukaan muktamar, itu semua ada peluh dan keringat relawan konsumsi yang naik turun tangga stadion semenjak pukul 23.00. Mungkin saja mereka tidak sempat menyaksikan pembukaan saking lelahnya menyiapkan konsumsi. Tiada kata selain hebat, perkasa, dan tiada duanya.

    Relawan Keamanan
    Tak lengkap rasanya jika tak menyebut keamanan selama muktamar, mereka yang berseragam loreng tampak gagah namun senyum sumringah senantiasa mereka sunggingkan. Para petugas keamanan ini Sebagian besar dari unsur KOKAM (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah), yang selalu siap melaksanakan kerja keamanan sehingga perhelatan Muktamar berjalan dengan lancar tanpa kendala yang berarti.

    Kesiapsiagaan KOKAM tak perlu di ragukan lagi, mereka 24 jam selalu siap dengan jadwal yang rapi dan selalu menyelesaikan masalah yang terjadi dengan bijak dan tentunya dengan pendekatan yang memanusiakan manusia tanpa melalui pendekatan kekerasan. Handy talky yang senantiasa on, menjadi tanda bahwa koordinasi dilakukan sepanjang waktu guna menjamin keamanan perhelatan Muktamar.

    Relawan Registrasi & Pendamping Peserta
    Ada jargon “Bukak sak melek e, tutup sak ngantuk e” dari relawan registrasi, mereka adalah anak-anak muda yang senantiasa melakukan checking data yang dimasukan oleh peserta untuk diverifikasi. Jika kita kira kerja mereka mudah, tentunya tidak. Karena mereka harus melakukan checking data satu persatu memastikan bahwa input peserta telah benar, lengkap dan tepat. Namun, kondisi lapangan tentunya tak semulus itu, bahkan data kedatangan peserta harus dicek satu persatu karena dalam pelaksanaannya hampir 50% tidak sesuai.

    Apalagi ketika malam registrasi, dengan skema satu pintu relawan registrasi betul-betul kerja keras untuk melakukan checking data peserta dan tentunya siap lembur hingga dini hari karena kedatangan peserta yang kadang tidak terduga. Namun demikian dedikasi dan integritas mereka tentunya tak perlu di tanyakan lagi. Di sisi lain ada wajah pertama muktamar, mereka adalah relawan pendamping yang di fungsikan sebagai LO (Liaison Officer) semacam tour guide dan atau pendamping jamaah haji. Konsep yang diusung adalah untuk mempermudah peserta melakukan sederet agenda Muktamar. Tentunya tidak tanpa cela, namun salut untuk mereka yang begitu rupa mendampingi peserta, membawakan koper, mencari keberadaan peserta yang tidak jarang berpencar, bahkan hingga bersitegang dengan sopir bus karena tak sabar menunggu peserta, semua diniatkan agar peserta tidak tertinggal untuk menuju hotel.

    Ada pula pendamping yang harus merogoh kocek pribadi jika peserta tidak sabar menunggu rombongannya karena ingin segera istirahat. Akhirnya kendaraan online menjadi pilihan. Relawan yang rata-rata masih mahasiswa terpaksa merogoh kocek sendiri untuk membayar kendaraan pesanannya. Namun banyaknya komentar positif dari peserta atas layanan relawan pendamping tentunya menjadi energi penguat bagi relawan atas tugas kerelawanannya. Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (At-Taubah: 41). Ayat alquran di atas senantiasa menjadi pegangan relawan, ayat yang memberikan kabar kepada kita manusia untuk senantiasa berangkat dalam keadaan ringan maupun berat untuk berjuang di jalan Allah, baik dengan harta dan jiwa kita.

    Jika peserta, ayahanda, ibunda memberikan begitu banyak sumbangan berupa dana atau harta benda mereka, maka tentunya kami relawan yang masih belum memiliki penghasilan yang pasti hanya mampu menggunakan jiwa berbalut tubuh dan diri dengan tenaga dan dedikasi untuk bersama-sama berjalan bekerja dalam tim untuk menyukseskan Muktamar. Acungan jempol untuk seluruh relawan yang mungkin belum disebut dalam tulisan ini, mereka semua adalah para pejuang yang tentunya menjadikan Muktamar dapat berjalan dengan lancar. Terakhir, “Dibalik sejuta kenangan indah di Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke 48; ada peran relawan yang memastikan segala sesuatunya berjalan dengan lancar dan khidmat, mereka adalah ANAK MUDA.”

    Oleh : Budi Hastono