Sambut Muktamar 48: Memulai Dari ’TITIK LEMAH’ Muhammadiyah

    Tahun 2006 ketika akan mengajukan pensiun dini sebagai Pamen Polri, ada tiga mimpi yang akan saya lakukan setelah pensiun dini dan kembali ke Muhammadiyah. Saya sengaja pensiun dini dan kembali ke Muhammadiyah dalam usia muda (36 tahun) karena kalau aktif kembali di Muhammadiyah sudah tua maka mimpi mimpi utk berinovasi akan sirna dan aktif di Muhammadiyah tinggal sisa waktu dan sisa tenaga.

    Ketika saya aktif diluar Muhammadiyah sebagai pamen ABRI/Polri, ada tiga kekurangan Muhammadiyah yang saya lihat dan rasakan:

    1. Rumah sakit Muhammadiyah sampai sebagai salah satu core dakwah dan pilar utama Muhammmadiyah selain pendidikan dan sosial, pada tahun 2006 masih banyak masalah dan belum ada yg dibanggakan. Tidak ada satupun RS yang juara PERSI Aaward.Juga belum ada satupun sistem dan panduan dakwah yang jadi acuan Rumah sakit Muhammadiyah se indonesia.
    2. Muhammadiyan sebagai organisasi Modern tidak memiliki media informasi dan teknologi informasi yg modern utk mendukung dakwahnya. Muhammadiyah waktu itu sangat abai dan tertinggal jauh di bidang teknologi informasi bahkan dibanding orgsnisasi organisasi dakwah yg baru lahir seperti Salafi, MTA dan bahkan para ustadz yg secara perorangan dakwah serius melalui teknologi informasi. Muhammadiysh waktu itu tdk punya satupun station TV dan radio yg bisa ditonton dan dengar (di akses) warga Muhammadiyah di cabang ranting. Kita memang punya web namun tdk dikelola dengan baik sehingga web Muhammadiyah berada pads posisi yg sangat memprihatinkan.

    3. Muhammadiyah sampai tahun 2006 belum serius dan belum menyadari “ekonomi” sebagai pilar dakwah dan gerakan yg sangat strategis bagi eksistensi Muhammadiyah masa depan. Kita tidak punya usaha/ perusahaan dibidang alkes, obat obatan (farmasi), pengolah limbah medis, sedangkan kita punya ratusan rumah sakit dan klinik Muhammadiyah.

    Kita memiliki jutaan warga yg tersebar di seluruh cabang dan ranting se Indonesia yg setiap hari pasti belanja utk kebutuhan sehari hari mereka. Namun Muhammadiyah belum punya usaha dibidang retail atau jaringan swalayan / mimimarket utk melayani dan mencukupi kebutuhan sehari hari warga Muhammadiyah dan masyarakat.

    Pada tabun 2006, ketika SK Pensiun dini sebagai pamen polri turun dan beberapa hari kemudian SK PP Muhammadiyah yg menugaskan saya sebagai direksi , maka mulai hari itu langkah langkah utk memajukan RSIJ dimulai. Yang kami syukuri, tiga mimpi yg berkaitan titik lemah Muhammadiyah itu solusinya bisa dilakukan dan dimulai di RSIJ CP. Wajah dan penampian diperbaiki, layanan ditingkatkan. Kita dirikan TV Rumah sakit (RSIJ TV) utk melayani pasien. Kita lengkapi layanan RS dengan menghadirkan: toko cake dan bakery, rumah makan, book coorner dll. Sehinga suasana RS menjadi menyenangkan.

    Kita juga aktif di PERSI dan ikut PERSI Award agar kita berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah bersama rumah sakit pemerintah dN swasta se indonesi. Akhirnya mulai tahun 2009 RSIJ CP memulai sejarah baru sebagai juara PERSI AWARD, dan hingga saat ini masih terus dipertahankan.Perubahan dan prestasi RSIJ CP waktu itu kemudian menginspirasi RSMA lainya utk maju dan bersprestasi.

    Kemudian bagaimana Muhammadiyah sekarang dan masa depan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dimulai dg mencermati ” TITIK LEMAH” Muhammadiyah saat ini.

    Apa yg masih menjadi kekurangan dan titik lemah Muhammadiyah saat ini?

    1. Masih lemahnya dakwah dengan teknologi informasi termasuk dakwah dunia maya (khususnya medsos) Kita baru memilki 1 Televisi (tvmu) itupun belum menjadi tv yg memenuhi kebutuhan warga Muhammadiyah di tingkat cabang dan ranting. (Coba disurvey, berapa persen warga Muhammadiyah menonton TvMu)

    Oleh karena itu, pasca Muktamar 48 di Solo Muhammadiyah harus serius dakwah dengan media dan teknologi informasi, fakwah digital. Serius menggarap media sosial dan media yang terkini lainya. Jadikan dakwah dengan teknologi informasi terkini menjadi AMAL USAHA Baru di pesyarikatan. AUM bidang teknologi informasi ini sama pentingnya dg PTMA, RSMA, Sekolah dan pesantren. Saya meyakini kalau Muhammadiyah ke depan tidam serius menggarap dakwah media informasi maka kita akan kaget bila Muhammadiyah tdk dikenali lagi paham agama dan ideologinya bakan akan ditinggalkan ummat.

    Dirikan rumah rumah produksi (production house) yang menyiapkan konten dan materi dakwah kekinian yg sesuai utk era kekinian khususnya utk generasi millenial , Generasi Z bahkan pasca generasi Z. Buat chanel tv khusus Tabligh dan kajian kajian ke Islaman , chanel dan konten khusus perempuan (Aisyiah tv) karena disinilah perbedaan dan keunggulan kita” Wanita berkemajuan” hadirkan ustadzah, dai, mubalighot perempuan melalui chanel khusus perempuan, juga chanel dan konten utk remaja, untuk anak anak agar mereka kenal Muhammadiyah sejak dini.
    Insya Allah mereka akan tertarik dg Muhammadiyah di masa depan.

    1. Lemah SDM
      Kekurangan SDM yg betul betul siap dan disiapkan berdakwah secara rutin (dan harian) membina ummat di cabang dan Ranting, Masjid dan Mushola, dakwah di komunitas tertentu, dakwah hingga pelosok pelosok indonesia. Alangkan sedihnya kita, Muhammadiyah yg gerakan dakwah, geraksn ilmu, gerakan tabligh (makanya adanya majelis Tabligh) namun kekurangan Mubaligh, kemurangan imam masjid. Akibatnya: warga Muhammadiyah tdk bertambah bahkan berkuramg dan pindah ke ke tempat lain. Di Muhammadiyaj banyak intelektual dan tdk siap membina ummat dan warga Muhammadiyah. Data SICARA LPCR PP membuktikan bahwa mayoritas Cabang dan ranting tdk memilki dan kekurangan Mubaligh/ dai/ustadz. Cabang yg ada KMM tidak mencapai 30 %. Kedepan SDM yg siap berdakwah membina ummat harus betul betul disiapkan dan dimanage secara baik.

    Kita selama ini sdh sangat baik mengeluarkan anggaran Muhammadiyah utk membangun FISIKNYA AUM. mungkun totalnya trilyunsn rupiah.alangkah baiknya utk kedepan kita memastikan ” Anggaran dan program ” utk SDM mubaligh ini menjadi prioritas.

    1. Kurangnya Fokus ,Komunikasi dan kolaborasi.

    Karena sampai saat ini Muhammadiyah belum memiliki aplikasi/ super aplikasi dakwah resmi yang memudahkan menyampaikan materi dakwah hingga ke anggota Muhammadiyah hingga cabang ranting dan masyarakat umum, maka LPCR PP menginisiasi lahirnya aplikasi dakwah ” salamMu”. Ketika kami sdg berproses utk membangun dan mengisu aplikasi ini, kami menemuksn fakta yang mengagetkan. Muhammadiyah yg modern dan maju ini, yang didukung dg 176 PTMA dan ratusan SMK, namun kita ternyata” BELUM PUNYA” Kalender Hijriyah Digital versi Muhammadiyah, tidak punya jadwal Sholat/ imsakiysh digital, tidak Punya Al Quran digital, kumpulan dzikir dan doa digital dst. Kenapa kita sampai lupa membuat ini semua? Dimana peran PTMA se indonesia dalam konteks ini? Karena kita tidsk ada yg fokus memikirkan dan mengelola hal ini. Juga kita kurang komunikasi dan kolaborasi.

    Dalam kasus yang lain misalnya, melalui SICARA dan CR Award kami menemakan fakta: hampir tdk ada korelasi antara Majunya AUM (khususnys PTMA dan RSMA) dengan keberadaan dan majunya Cabang dan ranting. Banyak sekali AUM yg besar dan hebat namun CR tdk berkembang bahkan mati. Ini juga terjadi karena kursng fokus, komunikasi dsn kolaborasi.

    1. Kita tdk punya Team Managemen yang mendukung kinerja Pimpinan persyarikatan.

    Di Pimpinan Pusat Muhammadiyah, PWM hingga PDM rata rata tidak memiliki tim managemen. Bisa kita bayangkan jumlah Uang Persyarikatan se Indonesia yang sangat besar tidak ada seorang profesional yang tergabung dalam team Management yang fokus mengelola keuangan Muhammadiyah. Demikian di bidang Sumber daya Manusia. Belajar dari Cabang ranting yang Unggul dan Maju ditingkat nasional maka cabang dan ranting ini ternyata di dukung adanya TEAM Manajemen, Manajer SDM, Manager Keuangan, manajer Sarpras/pengadaan. Dll.

    Di pimpinan pusat Muhammadiyah sekarang sdh ada direktur PSDM (Pusat Syiar Digitalisasi Muhammadiyah). Sudah saatnya kalau kedepan di PP, PWM dan PDM juga memilki tim Managemen yang akan membantu para pimpinan persyarikatan Muhammadiyah.

    Ditulis oleh: Jamaludin Ahmad (Ketua LPCR PP Muhammadiyah)