Mbah Zamroni, Kader Muhammadiyah Imogiri Bantul Sang manusia Pembelajar Pelintas Zaman

    Awalnya, saya cukup terhenyak. Ada foto Ndan Wiwaha yang viral beredar di grup Muhammadiyah, tak sendirian memang. Tetapi bersama seorang kakek sepuh yang duduk di kursi roda sambil memegang buku. Kakek inilah yang menjadi tokoh sentralnya. Namanya Mbah Zamroni. H. Zamroni AS.

    Beliau boleh jadi tokoh sentral Persyarikatan Muhammadiyah Imogiri, Bantul, namanya tenar karena pengabdiannya kepada muhammadiyah dan kehidupan, melintasi zaman. Mbah Zamroni, lulus mualimin tahun 1959. Setidaknya beliau menjadi kader Muhammadiyah pernah mengalami dipimpin 9 ketum PP Muhammadiyah yang berlainan. Mulai kyai Yunus Anis. Kyai Ahmad Badawi. Kyai Faqih Usman, Pak AR Fachrudin. Kyai Azhar Basyir. Prof Amien Rais. Prof Syafi’i Ma’arif. Prof Din Syamsuddin dan Prof Haedar Nashir.

    Tertempa di Muhammadiyah sedemikian rupa. Menukil guyonan teman saya. Bila menyebut kader Muhammadiyah yang paten. Darah Mbah Zamroni mungkin merah semburat hijau sang Surya. ☺️. Tak heran bila kemudian beliau rela ” bersusah payah ” demi mendatangi Muktamar Muhammadiyah Aisyiah ke -48. Harus berkursi roda, maklum usia beliau sudah 99 tahun. Kedatangan beliau di Muktamar, juga menyempatkan ” rawuh ” di Muktamar fair de Tjolomadu, pada Ahad 20 November kemarin. Saya tak berjumpa Mbah Zamroni padahal saya juga ke Muktamar fair hari Ahad yang lalu bersama Ndan wi tetapi saya sibuk berkeliling stand, sedangkan Ndan wi bersama panitia muktamar fair berkeliling sendiri. Kerawuhan beliaulah asal mula viralnya foto Ndan Wiwaha tersebut. Foto bersama Mbah Zamroni dan cucunya.

    Saya sempat bertanya kepada Ndan Wiwaha. Apa yang membuatnya terkesan sehingga menyapa dan menghampiri Mbah Zamroni.

    ” Saya terkesan dengan beliau yang sepuh. Berkursi roda. Dan memegang buku , mas ” ujar Ndan Wi. Intonasi “memegang buku ” terdengar berbeda. Ditekankan oleh Ndan Wi.
    ” Sepuh . Berkursi roda. Memakai batik nasional Muhammadiyah dan memegang buku, pastilah tak sembarangan orang mas ” tambah Ndan wi.

    Ndan Wi kemudian bercerita. Menghampiri Mbah Zamroni lantas ngobrol. Tak dinyana.Indera Mbah Zamroni masih sangat normal. Bahkan kemudian beliaulah yang aktif membuka obrolan. Ada pesan Mbah Zamroni khusus kepada Ndan Wi. Pesan yang sama disampaikan Pak AR Fachrudin kepada Mbah Zamroni.
    ” Muhammadiyah teruslah diuri- Uri. Di Urip – Urip”.

    Saya senang mendengar kisah tokoh Muhammadiyah sepuh. Yang begitu persisten dan konsisten memperjuangkan nilai – nilai Muhammadiyah untuk kehidupan. Biasanya saya mendapat banyak kisah tokoh Muhammadiyah sepuh dari guru saya. Bopo Sukriyanto AR. Putra Pak AR Fachrudin. “Mbah Zamroni itu manusia pembelajar mas, beliau masih aktif membaca buku’ pungkas Ndan wi . Bagi saya , Manusia pembelajar adalah orang yang terus belajar, mempertinggi kompetensi agar bisa memberi kontribusi lebih besar bagi kemajuan dan kehidupan.Syarat mutlak seorang manusia pembelajar adalah gemar membaca buku.

    Mungkin karena kegemaran membaca itulah yang membuat Mbah Zamroni berusia lanjut dan tetap prima. Jurnal Social Science & Medicine menyebutkan bahwa menghabiskan waktu 30 menit per hari membaca buku mampu memperpanjang umur atau meningkatkan harapan hidup. Disebutkan pula, mereka yang terbiasa baca buku punya risiko 20% lebih rendah meninggal untuk selama 12 tahun ke depan. Secara spesifik,” Yale University”, dalam jurnal penelitianya menyebutkan bahwa membaca buku melibatkan aktivitas otak yang lebih kompleks dibandingkan membaca koran ataupun majalah sehingga manfaat kognitif yang didapat juga lebih baik hingga mampu meningkatkan masa hidup orang yang membaca buku.

    Ingin panjang umur dan terus berkemanfaatan untuk kehidupan. Berupayalah menjadi manusia pembelajar yang gemar membaca buku. Setidaknya 30 menit setiap hari. Mbah Zamroni sudah membuktikan itu.

    Ditulis oleh:
    Yudi Janaka