Cicit KH Ahmad Dahlan Ungkap Narasi Foto HOAX Pertemuan Kyai Dahlan dan Romo Van Lith

Oleh : Diah Purnamasari (Cicit KH Ahmad Dahlan)

Narasi pada foto dalam postingan yang saya capture ini adalah HOAX…

Pastor yang di sebelah kiri mungkin Romo Van Lith (sumber Kemendikbud), tetapi laki2 yang di sebelahnya BUKAN kakek saya (KHA Dahlan).

Tentang komunikasi antara Van Lith dan KHA Dahlan memang pernah ada. Saling mengunjungi, juga mungkin. Tapi tidak lama. Mungkin sekitar periode 1917-1918, ketika internaat (asrama perempuan) dan kweekschool Muhammadiyah mulai didirikan.
Dan tentu saja study banding ke seminari dalam rangka mempelajari manajemen sekolah asrama, dengan berceramah di gereja sebagaimana trend kekinian itu kadarnya berbeda…
Muammalah duniawiyah dengan ibadah itu BEDA…
KHA Dahlan melakukan study banding, itu benar… Tapi beliau tidak pernah ikut2 ke gereja apalagi ceramah seperti trend sekarang. Itu beda konteksnya…
Jangan hanya karena ingin membela sesuatu yang sedang tidak disukai oleh umat, lalu memelintir fakta lewat kata2 bersayap…

Info di bawah memang ada beberapa yang benar, tapi foto/gambar yang dipakai TIDAK BENAR…

Itu yang di sebelah Romo lebih mirip Soegijapranata

Saya tidak menolak fakta bahwa hubungan baik Romo Van Lith dan kakek saya kemudian menghasilkan Madrasah Muallimin Muhammadiyah.
Tapi sayangnya foto yang dijadikan seolah2 bukti adalah BUKAN foto yang benar! Itu BUKAN foto mereka!
Terlalu terburu2 jika menyimpulkan laki2 yang di sebelahnya adalah KHA Dahlan. KHA Dahlan itu posturnya mungil, tidak tinggi besar setinggi Romo yang orang Belanda.

Jadi mohon kepada yang sudah share postingan2 ini baik di FB maupun WA, untuk segera diturunkan, atau penulis awal mohon untuk memperbaiki narasinya jika keberatan untuk menurunkan tulisannya. Karena saya tidak akan tinggal diam.
Point yang paling penting adalah: Kyai TIDAK PERNAH berkunjung ke gereja (rumah ibadah). Kalau berkunjung ke seminari (bangunan sekolah dan asrama), mungkin, karena Romo kan tinggal di sana.

Saya pribadi tidak pernah mengecam atau menghujat ulama2 yang ingin menunjukkan cara mereka bertoleransi dengan cara ikut ibadah di gereja (ceramah). Itu urusan dia dengan Allah, meskipun saya juga paham bahwa itu kurang tepat. Toleransi bukan begitu caranya. Tapi soal dosa atau tidak, gugur atau tidak keimanannya, itu urusan dia sendiri dengan Allah.
Tapi ketika terus menyenggol kakek saya, tentu saja hal ini menjadi urusan saya untuk meluruskannya.

Dan jika benar sumber dari kerancuan ini dari orang dalam persyarikatan sendiri, saya akan segera menemui orangnya.

Terima kasih 

NB:
FYI. Hubungan Romo Van Lith dan KHA Dahlan semula memang harmonis. Namun kemudian memburuk ketika beliau berdua terlibat dalam dialog mengenai ajaran agama (debat). Dan kemudian Romo dan Kyai menjadi jarang saling mengunjungi setelah itu.

Berbeda dengan Dr. Jan Gerrit Scheurer dan Kyai yang bersahabat hingga Kyai wafat. Beliau berdua tidak pernah terlibat dalam dialog mengenai ajaran agama, meskipun Dr. Gerrit seorang tokoh zending.
Mereka rajin saling mengunjungi. Dr. Gerrit mengunjungi Kyai setiap jum’at pagi, dan Kyai membalas berkunjung ke rumah Dr. Gerrit setiap Ahad siang sepulang Dr. Gerrit dari gereja.

Memilih suatu agama itu hak individu. Dan toleransi adalah sikap tidak mencampuri urusan agama orang lain, apalagi mencampur aduk ajaran agama sendiri dengan ajaran agama orang lain.
Toleransi adalah menghormati pilihan orang lain dengan tidak banyak mempertanyakan pilihan mereka, apalagi mencampurinya.
Dan tentu saja dalam menjalankan agamanya, tiap orang lain berbeda sesuai dengan ajaran agama masing2, dan kita sebenarnya tidak berhak usil mengenai hal ini.
Lakum diinukum wa liyadiin…