Muhammadiyah Ekspor 60 Ton Tepung Singkong Ke Inggris Setiap Bulan

Melalui Majelis Pemberdayaan Masyarakat, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mulai mengekspor 60 ton tepung singkong Mocaf ke Inggris setiap bulannya.
Ditandai dengan Launching ekspor Perdana Tepung MOCAF di Gedung PP Muhammadiyah Cik Ditiro Yogyakarta, Kamis (8/4), modified cassava flour atau Mocaf menjadi hadiah bagi keberadaan petani singkong yang selama ini sesuai data BPS, 98 persen di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan.


Pendiri Rumah Mocaf Riza Azyumaridha Azra pun bersyukur perjuangan panjangnya bersama MPM berhasil memberikan nafas baru bagi kesejahteraan petani singkong.


“Dulu tahun 2017, kita menjual Mocaf 50 kilo perbulan saja susahnya bukan main. Tapi Alhamdulillah berkat kegigihan, keistikamahan teman-teman Angkatan Muda Muhammadiyah di Banjarnegara, akhirnya kami bisa menjual minimal 30 ton per bulan,” terang Riza.

Ekspor tepung olahan singkong juga menjadi harapan bagi Indonesia yang merupakan negara pengimpor tepung terigu terbesar di dunia. Ekspor 60 ton Mocaf ke Inggris setiap bulannya, menurut Riza akan disimulasikan dengan pengiriman 10 ton tepung Mocaf terlebih dahulu.


Turut hadir dalam acara, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan dukungan penuh terhadap MPM sekaligus mengapresiasi Reza.

Menurut Haedar, ekspor Mocaf menjadi bentuk produktif dari Jihad Al Muwajahah (perjuangan kultural) Muhammadiyah. Yaitu bentuk perjuangan yang bersifat menopang dan memberikan jawaban alternatif yang nyata.


“Karena kalau kita terus habis-habisan melawan, apalagi melawan yang begitu rupa, tentu kita tidak akan sukses. Seperti melawan jaringan Mafioso, maka sebaiknya kita berbuat sesuatu yang bersifat terobosan dan nyata,” ungkapnya.


Tak hanya jawaban bagi petani lokal, melalui Mocaf, Muhammadiyah menurut Ketua MPM Muhammad Nurul Yamin juga berhasil menggerakkan kesejahteraan petani singkong dan masyarakat sekitarnya.
Menurutnya, minimal terdapat tiga klaster serapan kerja melalui program Mocaf. Pertama klaster petani singkong yang berjumlah lebih dari 400 orang. Kedua, klaster pengolah singkong menjadi tepung yaitu ratusan ibu-ibu di wilayah itu dan ketiga adalah klaster marketing yang berupa anak muda dengan segala kreativitasnya. (muhammadiyah.or.id)