Serial Istiazah (Perlindungan kepada Allah): Bagian Ketiga: Kejahatan Setan (162)

Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

‎السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Apa kabar saudaraku? Semoga kita senantiasa dianugerahi kesehatan dan kebahagiaan hidup serta selalau dilindungi oleh Allah dari gangguan setan. Āmīn!

Allah SWT berfirman,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚإِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui.” (QS Al-A’raf: 200)

Amankah orang beriman dalam beribadah kepada Allah SWT dan beramal saleh? Jawabnya tidak! Mengapa tidak aman? Beribadah adalah bentuk ketaatan hamba kepada Allah SWT dan beramal saleh adalah berbuat kebaikan. Setiap ketaatan dan kebaikan yang dilakukan mukmin pasti ada yang tidak senang terhadap yang melakukannya. Sehebat apa pun iman seseorang pasti ada yang merongrong pemilik iman itu. Siapa perongrong itu? Itulah iblis. Oleh karena itu, mukmin harus waspada terhadap sumpah iblis yang selalu mengganggu manusia dari segala penjuru: depan-belakang, kanan-kiri, dan atas-bawah. Allah SWT berfirman,

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

“Iblis berkata, “Karena Engkau (ya Allah) telah menghukumku untuk tersesat, sungguh aku akan menghalang-halangi manusia dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian, aku akan mendatangi (menggoda) mereka dari hadapan dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”. (QS Al-A`raf: 16-17)

Sumpah iblis untuk menyesatkan manusia, melunturkan imannya, membelokkan keyakinannya, dan mengalanginya untuk beribadah dan berbuat baik harus diwaspadai. Jika manusia berhasil ditundukkan oleh iblis, pada akhirnya manusia itu akan menjadi pasukan iblis. Pada awalnya keberhasilan iblis memasang perangkapnya dimulai dengan enggannya manusia berbuat baik, malasnya beribadah, merasa sayang mengeluarkan sedekah, merasa sedih membatu fakir miskin dan anak yatim, menganggap dirinya lebih baik daripada orang lain, merasa sesak dadanya jika melihat ada orang yang menyalib kekayaannya, merasa benci kepada orang yang maju di dalam hidupnya, dan merasa senang melihat istri orang lain. Tanda-tanda suksesnya iblis akan terus berlanjut dengan makin gigihnya iblis menanamkan kebencian kepada para ulama, para penggagas pebajikan, pelopor kemajuan, dan sebagainya.

Tekad iblis sudah mantap. Pembangkangannya kepada Allah SWT begitu gamblang. Siapa pun manusia menjadi sasaranny tipu daya dan penyesatan oleh iblis. Walaupun begitu, yang sulit ditaklukkannya adalah hamba Allah SWT yang ikhlas.

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83) [ص: 42-43

“Iblis menjawab, “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (Shaad: 82-83)

Iman memang menjadi benteng pertahanan hamba Allah SWT dari iblis dan setan. Namun, berapa banyak orang beriman takluk di bawah kekuasaan iblis. Tugas pokok manusia, juga jin, adalah mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian itu menjadi kewajiban karena manusia dijadikan oleh Allah SWT memang untuk menyembah-Nya. Bukankah Allah SWT sudah berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْأِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون

“Tidak Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS Aż-Żariyat: 56)
Kewajiban manusia dan jin beribadah kepada Allah SWT diakui oleh iblis karena iblis itu bagian dari jin yang memiliki kewajiban yang sama. Namun, iblis membangkang kepada Allah SWT. Karena membangkang kapada Allah dengan menyuruh iblis untuk sujud (hormat) kepada Adam a.s., Allah SWT mengusirnya dari surga. Itulah pengakuan iblis di dalam surah Al-A`raf: 16-17 untuk selalu menyesatkan manusia agar membangkang juga kepada Allah SWT. Yang pasti orang-orang yang tidak beriman kepada Allah SWT adalah para pengikut iblis. Itu banyak di dunia sejak Nabi Adam sampai saat ini. Namun, orang yang beriman sebagai orang-orang yang terpilih tentu akan menjadi musuh iblis dan setan.

Allah SWT pun tegas mengatakan bahwa orang mukmin pun harus menyatakan permusuhan dan perang melawan iblis dan setan itu. Alah SWT berfirman,

وَلا يَصُدَّنَّكُمُ الشَّيْطَانُ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

”Janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh setan (karena) sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS Az-Zukhruf: 62).

Allah SWT tidak hanya menjelaskan bahwa setan sebagai musuh untuk memalingkan orang beriman dari beribadah kepada Allah SWT, tetapi Dia juga menegaskan untuk menjadikan setan sebagai musuh.

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوّاً

“Sesungguhnya setan adalah musuhmu dan jadikan dia menjadi musuhmu. (QS Fathir: 6)

Walaupun menjadi musuh manusia, khususnya mukmin, setan tidak pernah tinggal diam untuk menjerumuskan mukmin. Berbagai cara dilakukannya dan berbagai jebakan dibuatnya. Tidak ada waktu lowong bagi setan untuk menyelewengkan iman dan menimbulkan tindakan jahat seseorang. Khusus perbuatan jahat, antara alain, adalah perbuatan membangkitkan emosi, menciptakan kedengkian, dan menginginkan ketergesa-gesaan, dan melarutkan manusia terhadap kecintaan kepada dunia.

Emosi bagi orang beriman digaduh oleh setan dengan selalu menimbulkan kemarahan dalam setiap keadaan. Gara-gara tersenggol oleh orang lain, emosinya memuncak dan terjadi keributan. Karena kendaraannya disalib orang lain, keperkasaannya muncul dengan mengejar dan menyalip lagi kendaraan orang yang mendahuluinya sehingga terjadi perang mulut. Karena tetangga membeli sesuatu, muncul emosinya kepada suaminya dengan ucapan “hidup kita hanya begini-begini saja, sedangkan tetangga sudah membeli ini dan itu sehingga suami-istri ribut dan berantam. Rasulullah saw. bersabda,

أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ

“Seorang lelaki berkata kepada Nabi saw., “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (tetapi) Nabi saw. (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.” (HR Bukhari No. 6116)

Kedengkian juga merupakan strategi setan melumpuhkan mukmin. Jika ada orang yang sukses sehingga menyalib kesuksesan seseorang, timbul rasa dengkinya untuk mejatuhkannya. Jika ada teman sekerja mandapat promisi jabatan, dadanya sesak dan timbul kedengkian untuk mengalanginya dengan berbagai cara dan tidak jarang meminta bantuan kepada setan. Jika hidup keluarga saudaranya rukun dan damai, timbul keirian untuk menciptakan kegaduhan rumah tangga orang dengan menebar fitnah. Jika ada sahabatnya mendapat rezeki dari Allah SWT, irinya muncul jangan-jangan uangnya didapat dari hasil korupsi? Intinya kedengkian merupakan berbagai celah dan kerja nyata setan yang membisikkan ke dalam diri seseorang.

Bukankah kedengkian iblis kepada Adam terjadi karena iblis merasa dirinya mulia atas asal penciptaannya dari api untuk sujud kepada Adam yang hanya diciptakan dari tanah yang hina?

اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ

“Saya lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”( QS Al-A‘râf: 12)

Beribadah kepada Allah SWT dilakukan dengan khusyuk dan santai. Namun, berapa banyak orang yang salat dengan tergesa-gesa sehingga tidak terlihat kesempurnaan salatnya. Pernahkah kita melakukan salat atau menjadi makmum dengan bacaan Alfatiah atau ayat dalam satu napas dan dalam kecepatan tinggi (150 km/jam)? Itu adalah strategi setan dengan melakukan sesuatu dengn tergesa-gesa agar salatnya tidak sempurna sehingga tidak bernilai di sisi Allah SWT. Rasulullah saw. bersabda,

التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah, sedangkan sifat tergesa-gesa itu berasal dari setan.” (HR Abu Ya’la dan Al Baihaqi dari Anas bin Malik).

Kecintaan kepada dunia menjadi sarana ampuh bagi setan untuk menggelincirkan orang beriman dari beribadah kepada Allah SWT. Lihatlah orang yang sibuk dengan urusan dunianya dan abai untuk mengingat Allah SWT. Bahkan, kewajibanya untuk beribadah ditinggalkannya demi mengerjakan tugas duniawinya, baik bekerja di kantor, pabrik, pasar, toko, mal, bahkan di rumah. Mereka mementingkan pekerjaannya daripada ibadah kepada Allah SWT. Allah SWT mengingatkan manusia agar tidak melalaikan zikir kepada-Nya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Siapa berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS Al-Munafiqun: 9)

Orang beriman harus melepaskan diri dari jebakan setan dan perangkap iblis, serta berlindung kepada Allah SWT agar mereka tidak menjadi pengikut dan pasukan setan dan iblis. Dalam beribadah, banyak sekali ganguan dan godaan yang datang. Oleh karena itu, istiazah atau perlindungan kepada Allah SWT menjadi penting agar terpelihara dari godaan dan gangguan setan. Setiap kali kita melakukan sesuatu kita diperintah untuk berlindung dari setan yang terkutuk dengan membaca,

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.

Selain itu, orang beriman dituntun untuk membaca doa surah An-Naas dan beberapa doa lain seperti di dalam Al-Qur’an,

وَقُل رَّبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِين وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَن يَحْضُرُونِ

“Dan katakanlah, ‘Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan dan aku berlindung (pula) kepada Engkau, ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (Al-Mu’minun: 97–98)

Beritiazah menjadi hal yang diperlukan bagi mukmin dalam menjalankan ibadah dan beramal saleh. Istiazah akan mengindari seorang mukmin dari berbagai upaya setan untuk menggangunya. Dengan demikian, mukmin tetap waspada terhadap berbagai cara setan untuk menjauhkannya dari taat kepada Allah dan enggan beramal saleh. Wallāhu a’lam biṣ-ṣawāb.

(Tunggu lanjutannya besok, insyaallah!)

‎والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Tangerang, 26 September 2020