Bagian Ketiga: Pemuda yang Rajin Beribadah

Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

‎السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Apa kabar saudaraku? Semoga kita senantiasa dianugerahi kesehatan, kebahagiaan hidup, dan kemampuan rajin beribadah. Āmīn!
Rasulullah saw. bersabda,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: … وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ،ز….

“Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah ketika tidak ada naungan, kecuali hanya naungan Allah, yaitu antara lain, (2) pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah….” (HR Bukhari No. 1423 dan Muslim No. 1031)

Setiap mukmin meyakini betul bahwa peristiwa Padang Mahsyar sesuatu yang pasti terjadi. Dasar keimanannya yang mangatakan begitu bahwa salah satu rukun iman adalah iman kepada hari Akhir. Oleh karena itu, mukmin yang istikamah dengan imannya adalah mukmin yang dengan keyakinannya itu berusaha beramal saleh agar dalam proses pertanggungjawabannya di sana mulus dan mendapat lindungan Ilahi dalam kondisi yang mencekam di Padang Mahsyar.

Agar dapat memperoleh lindungan Allah SWT itu, mukmin penting beriman kepada-Nya dan beramal saleh yang akan menadatangkan pahala serta menjauhi maksiat yang akan membebaskan diri dari dosa. Artinya, iman dan Islam menuntut seseorang untuk meraih pahala sebanyak-banyak dan meninggalkan dosa dengan seminim mungkin. Pahala dan dosa pada hakikatnya hadir jika manusia berbuat. Pahala tidak akan datang jika tidak diraih dengan syarat (tiket untuk meraihnya) iman tanpa menyekutukan Allah SWT dan harus beramal saleh. Sebaliknya, dosa tidak akan ada jika manusia tidak berbuat yang dilarang Allah SWT.

Apa yang dikatakan oleh Dewi Praswida yang viral di media sosial setelah bersalaman dengan Paus dan berdialog dengan seorang romo perlu disikapi secara imani. Katanya, “Manusia tidak perlu mengurus pahala dan dosa, apakah diterima atau tidaknya, itu hak Tuhan Yang Mahakuasa. Kalau diibaratkan manusia itu murid, sesama murid tidak bisa mengisi rapor temannya.” Pernyataan itu keliru besar. Jika semua hidup ini diserahkan kepada Tuhan, tidak ada untungnya bagi Tuhan apakah mau mencari pahala atau berbuat dosa. Yang penting Allah SWT sudah memberikan rambu-rambu melalui kitab suci-Nya yang disampaikan oleh para utusan-Nya untuk tidak menyekutukannya, berbuat baik, dan beramal saleh sehingga disediakan ganjarannya berupa pahala. Sebaliknya, tingalkanlah perbuatan syirik dan dosa karena pelakunya akan diberi ganjaran perbuatan dosanya itu berupa siksaan. Itu adalah janji Allah SWT dan mukmin harus berusaha mendapatkan pahala dan meninggalkan dosa.

Mengapa kasus Dewi itu diangkat? Jawabnya karena salah satu kelompok yang akan diberi naungan oleh Allah SWT berdasarkan sabda Rasulullah saw. di awal tulisan ini adalah pemuda, termasuk pemudi, yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah SWT. Adanya pernyataan yang viral itu ada baiknya diluruskan agar umat Islam, khususnya generasi muda Islam, tidak gampang memberikan pernyataan yang dia sendiri tidak paham dengan baik dengan mengandalkan rasa dan dia mengakui pro dan kontranya. Hal itu dikaitkan dengan pemuda yang akan mendapat lindungan Allah SWT di akhirat kelak jika beramal saleh dan taat beribadah.

Pemuda yang akan mendapat lindungan itu harus memurnikan imannya. Tanpa iman yang murni amal apa pun akan terdampak karena iman yang tidak khalis itu. Termasuk juga pernyataan Dewi itu bahwa “jangan mengatakan kafir kepada yang bukan Islam.” Perlu dipahami bahwa istilah kafir adalah istilah yang bersumber dari Al-Qur’an untuk menyebut orang yang tidak beriman kepada kebenaran firman Allah SWT sebagai kebalikan istilah mukmin. Sementara itu, saudara kita Nasrani menyebut orang yang di luar Nasrani, termasuk muslim, adalah domba yang sesat atau domba yang hilang, Hindu menyebut orang yang di luar Hindu sebagai maitrah atau nāstika, Buddha menyebutnya sebagai Abrahmacariyavasa. Biarkanlah istilah itu digunakan oleh agama masing-masing tanpa harus menanggapinya intoleran. Jika itu sudah istilah yang digunakan oleh sumber agamanya masing-masing, orang muslim sendiri yang tidak paham jangan nyinyir. Kita pun harus paham bahwa istilah adalah kata yang bermakna khusus di bidang tertentu, termasuk di bidang agama. Orang Islam pun tidak perlu gusar dan marah jika disebut domba tersesat dari saudara kita Nasrani dengan menggunakan kata domba alias hewan. Jika istilah kafir dihilangkan, akan ada istilah yang akan dipermasalahkan lagi, yakni musyrik, munafik, dan mulhid sehingga jangan sampai penghilangan istilah tertentu akan mereduksi agama yang selama ini memiliki kebebasan.

Pemuda yang diharapkan akan mendapat lindungan Allah SWT di akhirat adalah pemuda yang mampu memanfaatkan waktunya untuk beribadah kepada Allah SWT. Namun, pada saat ini sulit mencari pemuda yang rajin beribadah. Banyak di antara mereka yang manghabiskan masa mudanya untuk kesenangan dunia. Memang dapat dipahami bahwa remaja merupakan masa transisi ke masa dewasa, baik fisik, pikiran, maupun emosinya. Remaja jika tidak dibekali dengan pendidikan agama yang kuat dalam upaya membentuk karakter mulia akan terjerumus kepada pergauan anak muda yang cenderuang ugal-ugalan, suka berontak, mau mencari identitas diri yang beda dengan yang lain. Jika anak muda tidak merokok, apalagi terperangkap pada kehidupan yang akrab dengan narkoba, mereka bukanlah remaja gaul. Oleh karena itu, masa remaja itu perlu diarahkan kepada hal-hal yang positif sehingga masa depannya terarah pula.

Masa remaja ketika beranjak ke dewasa akan menjadi orang yang harus siap dengan tantangan masa depannya. Penguatan iman dan takwanya diperlukan agar dalam menapaki kehidupan di dunia ini dapat diseimbangkan dengan kehidupan akhirat. Pemuda yang seperti itu pada hakikatnya pemuda yang akan dinaungi Allah SWT di akhirat kelak

Pemuda saleh dalam hal ini bukanlah pemuda yang hanya menghabiskan waktunya untuk kepentingan akhiratnya. Namun, pemuda yang diharapkan adalah pemuda yang dapat melaksanakan tuntutan kehidupan dunianya dengan bergiat pula dengan amal akhiratnya. Pemuda yang dapat berhasil di dalam kehidupan dunianya dengan aktivitas dan profesinya yang dilakukan dengan bekal iman, takwa, dan ilmu untuk mencari karunia Allah SWT dan mengutamakan rida Alah SWT. Hal itu berarti bahwa kehidupannya bersumber dari rezeki yang halal yang hasilnya digunakan sebagai sarana pendekatannya kepada Allah SWT dan raihan rida-Nya.

Pemuda merupakan manusia yang diharapkan untuk masa depan yang gemilang. Banyak ulama yang tumbuh dari masa mudanya. Bahkan, para nabi pun tumbuh dari para pemuda yang memiliki kekuatan mental yang kuat, kepribadian yang luhur, dan keimanan yanmg kukuh sehingga misi yang dibawanya dapat diikuti pula oleh umatnya, khususnya pemuda. Bahkan, perkembangan Islam pada masa awal melalui misi Rasulullah saw. justru didukung oleh para pemuda yang tangguh, seperti Abdullah bin Mas’ud, Abd Rahman bin Auf, Said bin Zaid, Ali bin Abi Talib, dan Usamah bin Zaid. Oleh karena itu, Rasulullah saw. berpesan agar memperhatikan pemuda dengan sabdanya,

”Aku berpesan kepadamu supaya berbuat baik kepada golongan pemuda. Sesungguhnya hati mereka paling lembut. Sesungguhnya Allah telah mengutusku membawa agama hanif ini, lalu para pemuda bergabung denganku dan orang-orang tua menentangku,” (HR Bukhari)

Bahkan, Allah SWT memberikan gambaran pemuda yang memiliki iman yang tangguh dan kesalehan yang tinggi kerena petunjuk yang diberikan Allah SWT kepada mereka, yaitu Ashabulkahfi, dengan firman-Nya,

نَّحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِالْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى

“Kami ceritakan kepadamu (wahai Muhammad) perihal mereka dengan benar. Sesungguhnya mereka itu orang-orang muda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahi mereka dengan hidayah.” (QS Al-Kahfi: 13)

Di dalam kondisi krisis akhlak dan hebatnya serangan pelemahan iman dan karakter anak muda melalui teknologi informasi yang tak terkendali, kemunculan sosok pemuda yang tangguh seperti yang digambarkan Allah SWT dan yang mendukung perjuangan Nabi saw. menjadi harapan kemajuan Islam. Dari anak muda yang tampil sebagai pembawa kesegaran beragama bagi anak muda yang lain, masa depan Islam akan berkembang dan menjadi kekuatan yang mampu meberikan kemajuan dunia Islam, khususnya di lingkungannya. Sebaliknya, makala pemuda larut dari gelombang yang menerpa akhlak dan imannya, masa depan Islam akan menjadi tidak bermakna dan akan menjadi rebutan santapan empuk bagi musuh-musuh Islam.

Pemuda yang akan mendapat naungan Allah SWT nanti di Padang Mahsyar bisa jadi akan lahir dari lingkungan kita selama mereka menunjukkan iman yang kuat, gemar berbuat baik, senang beramal saleh, taat beribadah, konsisten dengan akidahnya, tidak mudah diombang-ambingkan oleh penyesat iman melalui pencitraan, dan tampil sebagai pemuda yang mampu mengisi kehidupan dengan tindakan yang bermanfaat bagi orang lain. Wallahu a’lam biṣ-ṣawāb.

(Tunggu lanjutannya besok)

‎والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ**

Tangerang, 2 September 2020