Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu

Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

‎السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Apa kabar saudaraku? Semoga kita senantiasa berikan kesehatan, kebahagiaan hidup, dan ketaataan kepada orang tua kita. Amin!

Muawiyah bin Jahimah as-Sulami menceritakan bahwa ayahnya Jahimah as-Sulami r.a. datang kepada Nabi Muhammad saw.

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ فَقَالَ هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا

Wahai Rasulullah, aku ingin ikut dalam peperangan (berjihad di jalan Allah Taala) dan aku datang untuk meminta pendapatmu.” Maka, Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu mempunyai ibu?” Dia menjawab, “Ya.” Rasulullah saw. bersabda, “Tetaplah bersamanya! Karena sesungguhnya surga ada di bawah kedua kakinya.” (HR Nasa-i: 6/11), Hakim: 2/114 dan 4/167, dan Thabrani: 2/289)

Apa benar surga berada di bawah telapak kaki ibu? Ada yang mengatakan bahwa hadis yang mengatakan “surga berada di bawah telapak kaki ibu” palsu. Jika teksnya الجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ اْلأُمَّهَاتِ memang hadis palsu karena tidak jelas perawinya. Akan tetapi, hadis dengan teks di awal merupakan hadis sahih yanag diriwayatkan oleh tiga imam. Hakikat dan makna hadisnya sama, sedang yang berbeda hanya redaksionalnya.

Surga di bawah kedua kaki ibu merupakan makna kiasan (metafora) tentang tingginya kedudukan ibu di mata Rasulullah saw. Seseorang tidak dapat menggantikan ibunya dengan siapa pun. Ibu hanya satu di dunia ini. Tidak ada orang yang lahir dari dua rahim ibu. Panggilan ibu boleh saja lebih dari satu, tetapi ibu kandung hanya satu. Karena itu, kemuliaan seorang ibu tidak dapat diganti dengan yang lain.

Berapa banyak orang yang dijadikan anak pungut yang diadobsi, baik langsung maupun tidak langsung melalui panti sosial. Begitu anak menyadari bahwa yang mengasuh dan memungutnya itu bukan ibu kandungnya, batin anak pasti ingin mangetahui dan mencari ibu kandungnya. Ada beberapa tayangan Youtube yang mengisahkan pencarian seorang anak yang dipungut oleh orang asing. Usaha keras anak untuk mencari ibunya banyak yang berhasil sehingga kedua orang yang terpisah puluhan tahun bersatu dalam pelukan. Pertemuan antara anak dan ibunya begitu mengharukan. Belum lagi dengan saudara-saudaranya yang lain. Kerinduan yang selama ini terpendam akhirnya berbuah kebahagiaan dengan pertemuan itu walaupun dibatasi dengan waktu yang singkat.

Hubungan orang tua dengan anak merupakan hubungan atau ikatan suci yang tidak dapat diremehkan. Begitu ikatan suci antara suami dan istri dipadukan dalam pernikahan, mereka berharap akan mendapatkan keturunan. Allah SWT menganugerahkan kepada mereka berdua anak-anak yang menjadi penyejuk hati (qurratu a’yun). Doa yang diucapkan oleh orang tua agar mereka mendapat anak sebagai penyejuk hati,
رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Furqan: 74)

Setelah orang tua mendapatkan anak, kegembiraan mereka begitu besar. Harapan mereka terkabul dengan lahirnya anak-anak ke dunia sebagai pelipur lara dalam kesendirian, penyejuk hati dalam kedukaan, pelanjut mereka dalam ketiadaan di dunia. Anak merupakan kebahagiaan yang luar biasa di dalam hidup ini. Karena itu, kasih sayang orang tua kepada anak tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang kepada yang lain.

Bagi orang tua kasih sayangnya kepada anak tanpa batas. Bagaikan kata pepatah, “Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalan.” Tidak ada ibu yang menyia-nyiakan anaknya. Jika kehadiran anak itu diharapkan, tidak akan pernah ibu membuang anaknya. Jika ada anak yang dibuang di dalam kantong sampah, kardus, pinggir jalan, pada dasarnya bukanlah pekerjaan si ibu. Pembuangnya adalah orang yang memang mengandung janinnya, tetapi kandungannya hanya sekadar tempat “penyimpanan” sampai kelahiran bayi karena dia tidak berharap kelahiran bayi. Namun, sayang dia sudah terlanjur menyandang panggilan “ibu” karena pernah melahirkan bayi melalui rahimnya.

Surga di bawah kedua telapak kaki ibu bermakna bahwa keikhlasan dan keridaan seorang ibu akan mengantarkan anak ke dalam surga. Jika ada anak yang tidak menuruti perintah ibunya selama tidak melanggar perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, anak harus siap tidak mendapatkan surga. Melawan keinginan orang tua atau apa pun yang menyebabkan hatinya sedih, perasaannya terusik, ridanya menjadi hilang kepada anak, itulah yang akan menjadi penghalangnya masuk surga. Sangat mengenaskan jika ada anak yang memperkarakan orang tuanya ke pengadilan atau melaporkan ibunya ke polisi.

Kita masih ingat kasus ibu yang diajukakan ke Pengadilan Garut oleh anak dan menantunya. Masalah warisan menyebabkan ibu menjadi pesakitan di pengadilan. Tuntutannya tidak tanggung-tanggung, yakni 1,8 miliar. Belum lagi di Pengadilan Negeri Bandung seorang ibu diajukan ke pengadilan oleh empat anaknya karena warisan juga. Masih di pengadilan yang sama ada seorang anak perempuan memperkarakan bapaknya yang sudah uzur sehingga bapaknya tidak mempunyai daya karena makan disuapi dan tidak beranjak dari tempat tidur. Semuanya tidak lepas dari persoalan warisan. Apakah mereka tidak sadar bahwa mereka keluar dari rahim ibunya dan pembiayaan bapaknya? Bukankah mereka bisa menjadi orang yang cerdas itu atas jerih payah dan jasa orang tuanya?

Ada lagi yang viral akhir-akhir ini, seorang anak berusia 45 tahun di NTB mengadukan ibunya ke pihak Kepolisian karena tuduhan penggelapan motor. Padahal, motor itu adalah milik ibunya yang dibelikan dari jatah warisan peninggalan ayahnya. Warisan dijual 200 juta, sedangkan ibunya diberi anaknya Rp11 juta. Dari uang itu si ibu membeli motor dan motor itu dipakai oleh keluarga ibu secara bergantian. Anak masih merasa motor miliknya karena BPKB masih disimpan anaknya. Semua orang menjadi tahu dan menyaksikan melalui media sosial. Untunglah laporan kepada pihak Kepolisian langsung ditangani oleh Kapolresnya. Laporannya tidak diproses karena keprihatinan polisi tentang arogansi anak yang tidak dapat menghargai ibunya. Bahkan, Kapolres sendiri merasa sedih dengan perilaku anak yang kasar di depan polisi sehingga anak pun diceramahi Kapolres. Itulah anak yang “tidak tahu diri” dan tidak pandai membalas budi atas kasih sayang, pengorbanan, dan perjuangan orang tua kepadanya selama ini.

Anak harus belajar dari kasus pengajuan tuntutan hukum ke pengadilan dan pelaporan orang tuanya kepada pihak keamanan. Anak, termasuk menantu, jangan sampai menjadikan ibu sebagai musuh karena kerakusan anak dan menantu terhadap harta kekayaan yang diinginkan. Kadang-kadang anak bisa jadi lancang dan memusuhi orang tuanya karena pengaruh suaminya. Kasus Ibu Amih di Garut tidak lain karena kerakusan mantu untuk memperoleh warisan. Dia Kalah di pengadilan, bahkan naik banding, tetapi tetap kalah. Pengajuan kasasi pun ditolak.

Bersama anak Bu Amih yang juga istrinya mencari alasan lain untuk “menghukum” ibu mertuanya. Pasal pencemaran dijadikan alasan untuk mengajukan kembali ibu mertua agar dihukum sebagai “kekesalan” atas kekalahannya. Nauzubilah, anak dan menantu lupa keindahan ketika masa baru-baru pernikahan di dalam suatu keluarga baru. Hormatnya bukan main kepada mertua? Namun, karena tidak mampu mengendalikan nafsu serakah yang menguasai dirinya yang istrinya juga ikut-ikutan bersamanya “mamaksa agar warisan miliknya” melalui pengadilan.

Hati-hatilah anak dan menantu. Doa ibu didengar oleh Allah SWT, apalagi ibu yang dizalimi dan didurhakai. Cerita Malin Kundang barangkali merupakan dongeng. Namun, apa yang dialami oleh ahli ibadah yang hanya tidak menyahut ketika dipanggil ibunya pada saat salat, lalu ibunya mendoakannya agar dipermalukan di depan pelacur terkabul. Itu adalah kebenaran, saudaraku!

Ada kisah di kalangan Bani Israil tentang seorang pemuda ahli ibadah. Namanya Juraij. Semula dia adalah pedagang, tetapi pekerjaan itu ditinggalkannya demi beribadah kepada Tuhannya. Dia membangun sebuah kuil untuk perkhalwatannya di sebuah bukit, jauh dari kediamannya. Kegiatannya sehari-hari hanya beribadah kepada Allah.

Juraij mempunyai seorang ibu yang salehah. Suatu ketika ibunya datang ke kuilnya untuk melepaskan rindu dengan anaknya. Si Ibu hanya ingin berbincang-bincang dengan Juraij. Ibunya memandang ke arah kulinya di bukit sambil berteriak karena agak kejauhan, “Wahai Juraij, aku ibumu! Kemarilah dan berbicaralah denganku!”
Ternyata tidak ada sahutan. Juraij sedang melakukan salat. Ia mendengar panggilan ibunya, tetapi hatinya berkecamuk antara menjawab atau melanjutkan salat. Ia pun melanjutkan salatnya dan mengabaikan teriakan ibunya.
Semestinya, Juraij meninggalkan salatnya dan menjawab panggilan ibunya karena menjawab ibu lebih baik daripada salat sunah. Akan tetapi, Juraij lebih mementingkan salat daripada ibunya.
Sang bunda pun pulang dengan hati masygul. Esok harinya ibunya mengulangi panggilannya. Namun, hal yang sama terjadi. Begitu pula di hari ketiga. Nasibnya, tidaklah lebih baik daripada nasibnya di kali pertama. “Wahai Juraij, aku ibumu. Kemarilah dan berbicaralah denganku,” teriaknya dari bawah bukit.
Sang ibu dengan setengah putus asa karena teriakannya tidak didengar Juraij berdoa, “Ya Allah, ini adalah Juraij,” rintihnya. “Dia adalah anakku. Aku mengajaknya berbicara, tetapi dia menolak,” lajutnya. “Ya Allah,” lanjut sang Ibu kembali memohon. “Jangan Engkau matikan dia sebelum Engkau memperlihatkan kepadanya wanita pezina,” ujar sang Ibu seperti melaknatnya.
Rasulullah saw. bersabda, “Seandainya dia berdoa agar Juraij terfitnah, niscaya dia akan terfitnah.” Doa ibu bagi Allah SWT terkabul karena Allah SWT menghendaki sesuatu sehingga terjadi dan memudahkan sebab-sebabnya.
Pada suatu ketika, seorang pelacur datang ke kuil Juraij. Pelacur itu sangat menawan. Di kalangan Bani Israil pelacur itu sebagai ikon kecantikan dan kemolekan. Kepergiannya untuk bertugas menggoda sang ahli ibadah baru pertama kali dia lakukan.
Perempuan itu pun bersumpah untuk menaklukkan Juraij. Ia meremehkan kesalehan dan ketakwaan lelaki Bani Israil itu. Maklum saja, selama ini tak ada lelaki yang bisa tahan menghadapi godaannya. Perempuan ini begitu percaya diri dengan kemolekannya. Ia pun berpikir, Juraij pasti akan bertekuk lutut kepadanya, sebagaimana laki-laki pada umumnya yang tergila-gila begitu melihatnya.
Ada orang yang mengira bahwa setiap orang dapat digoda dengan wanita cantik Mereka tidak menyangka bahwa di antara manusia terdapat hamba Allah yang menjauhi kenikmatan dunia. Padahal, orang seperti itu ada di dunia ini. Salah satu di antaranya adalah Juraij yang tidak takluk di bawah godaan wanita, sebagainmana Nabi Yusuf yang mampu mempertahankan kesucian dirinya.
Perempuan penggoda itu amat kecewa dan kesal atas ketidakberhasilannya menggoda Juraij. Padahal, ia telah berjanji kepada orang-orang yang membicarakan kebaikan Juraij bahwa dirinya bisa menjerumuskan Juraij ke dalam pelukannya. Sekarang, dia pulang tanpa hasil, keinginannya gagal, dan impiannya kandas.
Karena tidak bisa menerima hal ini, perempuan itu membuat makar besar terhadap Juraij. Di kuil tempat Juraij beribadah juga juga seorang penggembala. Di kuil itu, si pelacur merayu penggembala tersebut. Mereka pun berbuat mesum sehingga perempuan itu hamil.
Ketika bayi yang dikandungnya lahir, dia mengatakan kepada semua orang bahwa bayi itu sebagai hasil perbuatan serongnya dengan Juraij, si ahli ibadah. Orang-orang kaget bukan kepalang. Mereka langsung memvonis bahwa selama ini Juraij orang yang munafik. Mereka menganggap Juraij beribadah hanyalah berpura-pura untuk menipu orang-orang bodoh sama halnya serigala berbulu domba. Penduduk desa mendatangi Juraij dengan sangat marah. Mereka meminta Juraij turun dan meninggalkan ibadah dan kebohongan yang dia tunjukkan. Namun, Juraij tidak menghiraukan panggilan mereka sehingga dia terus larut dalam ibadah dan salatnya.
Pada saat itu masyarakat menghancurkan kuil Juraij. Juraij pun turun untuk menemui mereka. Akibatnya, mereka meneriaki dan memukulinya. Ketika Juraij bertanya tentang alasan kemarahannya, mereka mengatakan perbuatan Juraij. Mereka meminta agar Juraij bertanya kepada perempuan yang membawa bayi masih merah itu.
Juraij tersenyum mendengar ucapan mereka. Dia benar dalam ibadahnya dan jujur dalam sikapnya. Dia yakin tidak melakukannya seperti tuduhan mereka. Tuduhan wanita hina itu hanyalah dusta belaka. Juraij meminta kepada orang-orang yang marah agar memberinya waktu untuk berwudu dan salat. Selesai salat, dia mendatangi bayi yang belum lama dilahirkan. Juraij menekan perutnya sambil bertanya sementara orang-orang terdiam, “Siapa bapakmu?”
Karena kekuasaan Allah SWT, bayi itu menjawab, “Bapakku adalah fulan penggembala kambing.”
Orang-orang menyadari besarnya kejahatan mereka terhadap seorang hamba saleh. Mereka mengetahui bahwa Juraij tidak termasuk dalam deretan orang-orang yang mereka duga. Juraij bukan penjilat dan bukan penipu. Dia benar dalam ibadah dan kesalehannya. Sebenarnya, wanita tulah yang telah berdusta dengan menuduh Juraij sebagai bapak dari bayi itu.
Orang banyak yang bertindak terburu-buru itu sadar akan kekeliruannya dan mencoba menebus kesalahan mereka kepada Juraij. Mereka menawarkan kepadanya untuk membangun tempat ibadahnya dari emas atau perak, tetapi Juraij menolaknya. Dia hanya minta supaya tempat ibadahnya dikembalikan seperti sedia kala.
Akhirnya, tempat ibadahnya dibangun kembali seperti semula. Begitu selesai pembangunannya, Juraij masuk kembali beribadah kepada Tuhannya. Allah SWT telah menjawab doa ibu Juraij. Dia mewujudkan keinginannya agar Juraij dipertontonkan di depan pelacur dan itu terlaksana. Akan tetapi, Allah SWT menyelamatkannya dari kehinaan dengan kesalehan dan ketakwaannya.
Saudaraku, bukankah kita menginginkan kehidupan di dunia ini bahagia dan di akhrat pun bahagia? Setiap mukmin ingin agar dimasukkan Allah ke surga-Nya. Walaupun banyak beramal saleh dan rajin beribadah, surga tidak akan mungkin kita masuki karena kuncinya dipegang oleh bunda kita. Kita baru dapat memasukinya bila kunci ridanya kita peroleh, saudaraku? Selama keikhlasan dan keridaan orang tua belum kita dapatkan, jangankan masuk, bau surga saja tidak akan kita peroleh?
Saudaraku, demi keinginan hawa nafsu, apakah kita rela menyakiti hati ibu dan bapak kita, sampai hati menjatuhkan martabat bunda dan bapak kita, berani-beraninya melaporkan dan mengajukan mereka ke pengadilan? Apakah kita tidak malu di hadapan manusia bahwa kita memperlihatkan borok kita kepada orang banyak, apalagi di hadapan Allah SWT?
Saudaraku, doa orang tua itu makbul. Jika hatinya sedih, kemarahannya memuncak, mereka panjatkan doa serapah untuk kita, tunggulah kesengsaraan yang akan menjemput kita, kebinasaan yang akan menghampiri kita, musibah yang akan menimpa kita. Orang sekelas Juraij yang ahli ibadah dan doanya juga makbul, kesalehannya tidak dapat menolak doa bundanya yang hanya kesal karena mengabaikan panggilan bundanya dan mendahuklukan salatnya. Belajarlah dari dia bahwa panggilan orang tua jika diabaikan akan mendatangkan bencana kepada dirinya. Bahkan, ibadah tidak ada artinya jika orang tua tidak dipedulikan.
Wallahul-muwafiq ila aqwami-tariq.

‎والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Tangerang, 8 Juli 2020