Puasa pada Sembilan Hari Bulan Zulhijah

Serial Haji:

Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

‎السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Apa kabar saudaraku? Semoga kita senantiasa dianugerahi kesehatan, kebahagiaan hidup, dan mampu melaksanakan sunah Rasulullah dengan baik. Amin!

Allah SWT berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus. Maka, janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu…. (QS At-Taubah:36)

Dalam satu tahun ada dua belas bulan. Empat di antaranya merupakan bulan yang dihormati (bulan haram), yakni bulan Zulkaidah, Zulhijah, Muharam yang berurutan dan bulan Rajab yang terpisah. Karena itu, bulan Zulhijah termasuk bulan yang sangat dihormati sehingga memiliki kautamaan dari bulan yang lain.

Nama-nama empat bulan haram yang belum dijelaskan dalam surah At-Taubah ayat 36 itu diperinci dalam hadis sahih berikut ini.

إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّه السَّماواتِ والأَرْضَ: السَّنةُ اثْنَا عَشَر شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُم: ثَلاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقعْدة، وَذو الْحجَّةِ، والْمُحرَّمُ، وَرجُب مُضَر الَّذِي بَيْنَ جُمادَى وَشَعْبَانَ

“Sesungguhnya zaman ini telah berjalan (berputar), sebagaimana perjalanan awalnya ketika Allah menciptakan langit dan bumi, yakni satu tahun ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram, tiga bulan yang (letaknya) berurutan, yaitu Zulkaidah, Zulhijah, dan Muharam. Kemudian, Rajab yang berada di antara Jumadilakhir dan Syaban.” (HR Bukhari dan Muslim).

Bulan Zulhijah merupakan salah satu di antara bulan yang hormati itu. Terdapat keutamaan bulan Zulhijah daripada bulan yang lain. Pada bulan itu ada dua momen penting, yakni pada bulan itu ada pelaksanaan kewajiban muslim yang kelima dalam rukun Islam di Mekah, yakni haji, dan pelaksanaan Iduladha bagi orang yang tidak melaksanakan haji, yang meliputi salat Iduladha dan kurban. Karena itu, Iduladha disebut juga Hari Raya Kurban.

Di samping dua momen itu, terdapat pula sepuluh hari awal bulan Zulhijah yang memiliki amal yang bernilai khusus yang dilakukan pada masa itu, yakni salat, puasa, kurban yang dilakukan pada hari ke-10 Zulhijah, yakni Iduladhanya, serta memperbanyak tahlil, takbir, dan tahmid
.
Sepuluh hari keutamaan bulan Zulhijah disebutkan oleh Allah SWT pada surah Al-Fajr ayat 2 sebagai berikut.

وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ

“Demi fajar dan malam yang sepuluh. (QS Al-Fajr: 1—2)

Dalam hadis, Rasululullah saw menjelaskan maksud ayat itu dengan sabdanya,

إِنَّ الْعَشْرَ عَشْرُ الْأَضْحَى، وَالْوَتْرُ يَوْمُ عَرَفَةَ، وَالشَّفْعُ يَوْمُ النَّحْرِ”.

“Sesungguhnya malam yang sepuluh itu adalah malam yang sepuluh bulan Zulhijah, dan al-watr (ganjil) adalah hari Arafah, sedangkan asy-syaf’u (genap) adalah Hari Raya Kurban. (HR Ahmad dan Nasai)

Keutamaan amal saleh pada sepuluh hari pertama bulan Zulhijah disebutkan oleh Rasulullah saw. dalam hadisnya. Beliau bersabda,

“مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ” -يَعْنِي عَشَرَ ذِي الْحِجَّةِ -قَالُوا: وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ قَالَ: “وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا رَجُلًا خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، ثُمَّ لَمْ يَرْجِعُ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ”

“Tiada suatu hari pun yang amal saleh lebih disukai oleh Allah padanya selain dari hari-hari ini, yakni sepuluh hari pertama dari bulan Zulhijah. Mereka (para sahabat) bertanya, ‘Dan juga lebih utama daripada berjihad di jalan Allah?’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Dan juga lebih utama daripada berjihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar dengan membawa hartanya untuk berjihad di jalan Allah, kemudian tidak pulang selain dari namanya saja.’” (HR Bukhari, Ahmad, dan Tirmidzi dari Ibnu Abbas)

Pada hadis yang lain Rasulullah saw. bersabda,

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ، وَلا أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ الْعَمَلِ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ، فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ

“Tiada ada hari lain yang disukai Allah SWT untuk beribadah seperti sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama bulan Zulhijah). Maka, perbanyakkanlah padanya bertahlil, bertakbir, dan bertahmid.” (HR Ahmad No. 5446 dari Ibnu Umar).

Ibadah sunah puasa pada hari ke-1 sampai dengan ke-8 tercakup dalam ayat Surah Al-Fajr ayat 2 dan hadis yang menyebutkan keutamaan sepuluh hari bulan Zulhijah sebelumnya.

Puasa hari tarwiah, yakni hari ke-8 Zulhijah, secara khusus tidak ada dalil yang kuat. Memang ada hadis riwayat at-Taimi yang dikatakan oleh Ibu Hibban bahwa at-Thibbi seorang pendusta. Jadi, hadisnya ditolak. Namun, ada hadis sahih yang menjelaskan apa pun amal saleh yang dilakukan pada sepuluh hari Zulhijah merupakan amal yang istimewa, sebagai hadis Rasulullah saw. dari Ibnu Abbas yang disebutkan sebelumnya.

Selain itu, ada juga puasa pada hari ke-9 Zulhijah, yani puasa Arafah. Rasulullah saw. bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

“Puasa Arafah (9 Zulhijah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang dan puasa Asyura (10 Muharam) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim No. 1162 dari Abu Qatadah)

Jemaah haji di Arafah apakah juga disunahkan melakukan puasa Arafah? Berdasarkah hadis Rasulullah saw., orang yang berhaji tidak disunahkan untuk melaksanakan puasa Arafah.

عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ بِنْتِ الْحَارِثِ أَنَّ نَاسًا تَمَارَوْا عِنْدَهَا يَوْمَ عَرَفَةَ فِي صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ صَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَيْسَ بِصَائِمٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى بَعِيرِهِ فَشَرِبَهُ

“Dari Ummul Fadhl binti Al-Harits, orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi saw. Sebagian mereka mengatakan, ‘Beliau berpuasa.’ Sebagian lainnya mengatakan, ‘Beliau tidak berpuasa.’ Maka, Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau. Ketika sedang berhenti di atas unta beliau, beliau meminumnya.” (HR Bukhari No. 1988 dan Muslim No. 1123).

Selain itu, Maimunah menjelaskan sebagai berikut.

عَنْ مَيْمُونَةَ – رضى الله عنها – أَنَّ النَّاسَ شَكُّوا فِى صِيَامِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – يَوْمَ عَرَفَةَ ، فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِحِلاَبٍ وَهْوَ وَاقِفٌ فِى الْمَوْقِفِ ، فَشَرِبَ مِنْهُ ، وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ

“Dari Maimunah r.a., ia mengatakan bahwa orang-orang saling berdebat apakah Nabi saw. berpuasa pada hari Arafah? Lalu, Maimunah mengirimkan pada beliau satu wadah (berisi susu) dan beliau dalam keadaan wukuf, lantas beliau minum dan orang-orang pun menyaksikannya.” (HR Bukhari No. 1989 dan Muslim No. 1124).

Di dalam hadis sebelumnya disebutkan bahwa orang yang melaksanakan puasa Arafah akan diampuni dosanya setahun yang lalu dan setahun sesudahnya. Ada dua pandangan ulama tentang dosa yang diampuni itu. Ada yang mengatakan bahwa yang diampuni itu adalah dosa kecil sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam Syarah Muslim dengan perkatannya, “Jika bukan dosa kecil yang diampuni, moga-moga dosa besar yang diperingan. Jika tidak, moga-moga ditinggikan derajat.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 51)
Sementara itu, ada yang berpendapat dosa kecil dan dosa besar yang diampuni karena hadisnya bersifat umum sebagai pendapat Ibnu Taimiyah. (Lihat ’ Al Fatawa, 7: 498-500).

Puasa adalah amal saleh yang dilakukan pada waktu tertentu. Pada momentum awal bulan Zulhijah dapat dilakukan berbagal amal saleh yang antara lain adalah puasa dari awal bulan sampai dengan hari ke-9 Zulhijah. Paling tidak kita dapat melakukan puasa Arafah pada tanggal 9 Zulhijah saat jemaah haji sedang berada di Arafah mengadakan wukuf. Bagus lagi koita berpuasa dari tanggal 8 Zulhijah dengan puasa Tarwiah. Lebih bagus lagi kita berpuasa dari tanggal 1–9 Zulhijah.

Wallahu a’lam biṣ-ṣawab

‎والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Tangerang, 28 Juli 2020