Mengucapkan Sewalat dan Salam kepada Rasullah saw.


Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

‎السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Apa kabar saudaraku? Semoga kita senantiasa dilimpahkan kesehatan dan lindungan dari Allah SWT serta kecintaan kepada-Nya dan Rasulnya. Amin!

Allah SWT berfirman,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [QS Al-Ahzab: 56]

Berselawat kepada Nabi Muhammad saw. merupakan kewajiban umatnya. Selawat adalah bukti kecintaan dan penghormatan kita kepada manusia agung dan hamba pilihan Allah SWT. Keagungannya bukan saja bagi umat manusia, melainkan di mata Allah SWT dan para malaikat-Nya. Ayat tersebut menunjukkan betapa mulianya Baginda Rasulullah saw. sampai-sampai Allah SWT dan para malaikat berselawat kepada beliau. Karena Allah dan para malaikat-Nya berselawat kepada beliau, kita pun diperintah untuk berselawat dan bersalam kepada Rasulullah saw.

Ada dua kata perintah yang digandeng untuk diucapkan kepada Baginda Rasulullah saw., di dalam ayat itu, yakni berselawatlah kamu dan ucapkan salam dengan salam yang sebenarnya. Berarti berselawat dan mengucapkan salam merupakan kewajiban umat Islam, Sementara itu, salam merupakan ucapan yang disampaikan kepada baginda Rasulullah oleh Allah SWT dan para malaikat.

Makna selawat dapat dipahami dari pemberi selawat. Selawat dari Allah SWT adalah keridaan dan rahmat Allah SWT kepada Rasulullah saw. di hadapan para malaikat-Nya, selawat malaikat berarti doa dan pengampunan yang diucapkan para malaikat untuk beliau, dan selawat umatnya berarti doa dan pengagungan bagi Baginda Rasulullah saw. (Baca: Qurthubi dalam Al-Jâmi’ li Ahkâmil Qur’ân, VII: 523)

Allah SWT berselawat kepada Rasulullah merupakan bentuk penghormatan-Nya yang memberikan keridaan kepada hamba-Nya yang terpilih dan rahmat kepada kekasih-Nya. Karena itu, Rasulullah saw. adalah hamba yang paling diridai oleh Allah SWT dan yang paling dirahmati-Nya. Bahkan, Rasulullah bukan saja diberikan rahmat oleh Allah, bahkan menjadi rahmat bagi sekalian alam.

Selawat malaikat bermakna doa dan istigfar yang menunjukkann bahwa Rasulullah saw. merupakan hamba yang sangat dihormati oleh para malaikat sehingga doa dan istigfar dalam bentuk selawat senantiasa disampaikan. Tidak heran jika Baginda Rasulullah saw. adalah manusia yang bebas dari salah dan dosa sehingga beliau merupakan manusia yang suci dari dosa dan telah diampuni oleh Allah beriringan dengan istigfar yang dilantunkan para malaikat. Predikat beliau adalah manusia yang maksum (terpelihara dari dosa).

Bagaimana dengan selawat orang-orang yang beriman? Selawat mereka bergandengan dengan salam kepada Rasulullah. Selawat orang mukmin merupakan doa seluruh mukmin agar Baginda Rasulullah saw. selalu diberikan kemuliaan dan merupakan penghormatan kita kepada beliau yang telah datang kepada umat manusia membebaskan mereka dari belenggu kesyirikan dan kebatilan. Pantas dan seharusnya orang beriman menghormati beliau atas kemuliaan dan rahmat beliau kepada orang-orang beriman. Bukan hanya sekadar selawat, melainkan salam kesejahteraan selalu kita sampaikan kepada beliau agar beliau selalu pula memperoleh kemuliaan dan kesejahteraan.

Salam adalah kesejahteraan yang disampaikan umat beriman untuk Rasulullah saw. Doa keselamatan yang diucapkan merupakan bentuk penghormatan umatnya atas Rasulullah saw. Karena itu, berselawat dan mengucapkan salam merupakan dua doa dan harapan orang beriman agar Baginda Rasulullah selalu diberikan penghormatan dan keselamatan oleh Allah SWT.

Jangan kita termasuk orang pelit ketika nama Rasulullah saw. disebut, tetapi tidak mengucapkan selawat dan salam kepada beliau. Rasulullah saw. bersabda,

البَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ.

“Orang yang sangat pelit adalah orang yang ketika namaku disebut di sampingnya, ia tidak mau membaca selawat kepadaku.” (HR Tirmidzi)

Bahkan, Rasulullah saw. mengaminkan doa Jibril kecelakaan bagi orang yang tidak berselawat ketika nama Nabi Muhammad saw. disebut.
Ada seorang teman Nasrani bertanya, “Mengapa Nabi Muhammad masih saja didokan mendapat keutamaan, kemuliaan, derajat yang tinggi, sebagaimana doa yang diucapkan selepas azan? Bukankan dia sudah dijamin masuk surga dan akan memperoleh tempat yang mulia? Untuk menjawabnya, ada baiknya ditampilkan arti doa azan,

“Ya Allah Tuhan yang memiliki seruan yang sempurna dan salat yang tetap didirikan, kurniailah Nabi Muhammad wasilah (tempat yang luhur), kelebihan, kemuliaan, dan derajat yang tinggi dan tempatkanlah dia pada kedudukan yang terpuji yang telah Engkau janjikan. Sesungguhnya Engkau tiada menyalahi janji, wahai Zat Maha Penyayang.”

Saudaraku, doa yang disampaikan sebagai jawaban dari seruan muazin merupakan bentuk penghormatan yang luhur dari umatnya kepada Rasulullah saw. sebagai manusia yang luhur. Menghormti dan menghargai hamba yang agung dengan segala keutamaan dan kemuliaannya merupakan wujud cinta terhadap orang yang paling dicintai, wujud kasih sayang terhadap manusia yang paling disayangi, dan wujud kebahagiaan kepada orang yang telah dan akan memberi kebahagiaan kepada umatnya.

Itulah kesantunan umatnya dalam menghargai penyelamat umat manusia ke jalan kebenaran dan jalan keselamatan yang diridai Allah SWT. Walaupun Rasulullah sudah memiliki keutamaan, kemuliaan, dan derajat di sisi Allah SWT, tidak salah berdoa, bahkan disuruh untuk mendoakannya. Itulah perbedaan antara bentuk kesantunan dan penghormatan muslim terhadap nabinya jika dibandingkan dengan umat lain yang justru meminta pengampunan dan pembebasan dosa kepada yang dicintainya. Nabi Muhammad saw. didoakan bukan minta pengampunan kepadanya dan Rasulullah didoakan agar selalu mendapat keutamaan, kemuliaan, dan derajat yang mulia, bukan dimintai untuk membebaskan umatnya dari dosa-dosa agar menjadi orang yang utama, mulia, berderajat yang tinggi. Pangampunan dan pembebasan manusia dari dosa adalah hak prerogatif Allah SWT.

Mengucapkan selawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw. dianjurkan setiap waktu dan tempat. Namun, begitu nama Nabi Muhammad disebut atau ditulis selalu disambut ucapannya dan dilanjutkan tulisannya dengan صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (Sallallahu alaihi wasallam) ‘semoga selawat dan salam teruntuk baginya’.

Di dalam ucapan langsung, selawat dan salam dijawab dengan sempurna, Sallallahu alaihi wasallam”. Di dalam tulisan ada dua cara yang tentu tidak mengurangi maknanya, yakni ditulis lengkap atau disingkat dengan saw. Penyingkatan itu hanya sekadar kepraktisan penulisan yang sudah diatur di dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Perlu dingat bahwa penulisan saw.yang disingkat tidak akan dibaca dengan es-awe. Nabi Muhammad saw., tidak akan pernah dibaca dengan Nabi Muhammad es-awe, kecuali yang membacanya orang bodoh yang tidak terpelajar atau nomuslim yang belum akrab dengan singkatan itu. Hal itu penting dijelaskan agar umat tidak bingung dengan fatwa ustaz bahwa menuliskan Allah SWT dan Rasulullah saw. dengan singkatan tidak boleh, bahkan dianggap salah besar. Memberikan fatwa kalau didasarkan bukan karna ilmu itu yang salah besar. Kalau ada ilmunya, itu baru benar.

Bahasa adalah kesepakatan. Penulisan singkatan juga kesepakatan. Penulisan SWT, saw., r.a. (radiyallahu anhu) juga kesepakatan. Coba dibayangkan betapa borosnya kita menuliskan Subhanahu wataala, sallahu alaihi wasallam, dan radiyallahu anhu pada setiap nama disebutkan sebelumnya (Allah, Muhammad, atau nama sahabat). Saya bertanya kepada cucu di kelas 3 singkatan-singkatan itu. Ternyata dia lancar mengucapkan lengkapnya. Itu perlu pembelajaran untuk memahaminya. Jadi, orang yang tidak terpelajar pasti akan mengeja es-wete, esawe, dan er-a untuk SWT, saw. dan r.a.

Hal itu penting saya jelaskan karena ada pembaca yang menyampaikan WA temannya kepada saya bahwa selama tulisan saya itu menggunakan singkatan, dia tidak akan membacanya. Sayang sekali orang yang berpikiran demikian. Bukankah di dalam setiap bahasa singkatan itu lazim digunakan. Di dalam bahasan Arab صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ disingkat dengan صلعم atau ص م. Kalimat الحمد لله (Ahamdulillah) disingkat dengan حمدله (Hamdalah), لاحول ولا قوة الا بالله العلي العظيم (Lahaula wala quwwata illa billahil-‘aliyyil-‘azim) disingkat menjadi حوقله (Hauqalah). Belum lagi di dalam Al-Qur’an banyak kita temukan singkatan : آلم, كهيعص dan sebagainya. Kalau ada orang yang membacanya alama dan kahaya’asha, berarti dia tidak terpelajar dalam “mengaji”.

Ada beberapa macam selawat kepada Nabi saw. Di dalam beberapa riwayat, cara kita berselawat kepada Rasulullah disebutkan,

Abu Mas’ud Al-Anshari berkata, Rasulullah saw. pernah mendatangi kami ketika kami berada di majelis Sa’d bin Ubadah. Kemudian, Basyir bin Sa’d berkata kepadanya, Allah Azza wa Jalla memerintahkan pada kami agar berselawat kepadamu, ya Rasulallah? Lalu, bagaimana cara kami berselawat kepadamu? Lalu, beliau diam sepertinya beliau menghendaki kami tidak bertanya tentang hal itu. Kemudian, beliau bersabda, “Kalian ucapkan,

اللّهم صلّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صليت على آل إبراهم، وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على آل إبراهيم في العالمين إنك حميدٌ مجيد

Ya Allah, sampaikan selawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau sampaikan selawat kepada keluarga Ibrahim dan berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkahi keluarga Ibrahim di alam semesta. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Mahamulia. (HR Muslim)

Musa bin Thalhah dari ayahnya, ia berkata, “Kami bertanya, ‘Ya Rasulallah, bagaimana cara berselawat kepadamu? Beliau menjawab, ‘Kalian ucapkan,

اللّهمّ صلِّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صلّيت على إبراهيم وآل إبراهيم إنك حميد مجيد ، وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم وآل إبراهيم إنك حميد مجيد

“Ya Allah, sampaikan selawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau sampaikan selawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim! Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Mahamulia. Berkahi Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim! Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Mahamulia.” (HR Nasa’i 1/190, Bab 52, No.1289)

Waktu berselawat kapan saja, tetapi ada yang dianjurkan berdasarkan hadis Rasulullah saw., yakni pada hari Jumat. Rasulullah bersabda,

“Jika kalian mendengar azan oleh muazin, ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan. Kemudian, bacalah selawat untukku. Sesungguhnya siapa mengucapkan satu kali selawat kepadaku niscaya Allah mengucapkan selawat kepadanya sebanyak sepuluh kali.” (HR Ahmad)

Manfaat berselawat kepada Rasulullah saw. begitu banyak. Namun, ada beeberapa saja yang dijelaskan di sini, yakni (1) bentuk ketaatan kepada perintah Allah, (2) dapat terkabulkan doa apabila didahului dengan selawat, (3) mendapatkan syafaat dari Nabi saw. di Yaumil Mahsyar, (4) menjadi sebab diampuni dosa, (5) dihilangkan kesulitan dan kesusahan, (6) terhindar dari kefakiran, (7) menjadikan seorang hamba dekat dengan beliau pada hari Kiamat, dan (8) terpenuhi hajat dalam kehidupan.

Kita sebagai umat Nabi Muhammad saw. berkewajiban berselawat dan mengucapkan salam sebagai bukti kecintaan dan penghormatan kita kepada beliau. Selawat dan salam yang kita baca tidak hanya sekadar kewajiban, tetapi akan kita peroleh manfaat dari selawat itu. Satu ucapan selawat dan salam yang kita baca akan Allah SWT beri ganjaran kepada kita sepuluh kali lipat. Orang yang berat lidahnya untuk berselawat kepada beliau, baik pada saat mengucapkan nama beliau maupun ketika mendengarkann nama beliau disebut, termasuk orang kikir yang akan jauh dari Rasulullah di dunia, apalagi di akhirat.

أللّٰـهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحّمَّدٍ النَّـبِىِ اْلأُمِّىِّ وَعَلٰى اٰلِهِ وأصحابه وَسَلِّم

‎والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Tangerang, 1 Juli 2020