Bagian Kedua: Keluarga yang Beriman, Bertakwa, dan Saling Menyayangi

Serial Keluarga Idaman Menurut Islam

Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

‎السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Apa kabar saudaraku? Semoga Allah senantiasa mengaruniai kita kesehatan dan kebahagiaan hidup berumah tangga. Amin!

Allah SWT berfirman,

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar-Rum: 21)

Keluarga idaman adalah keluarga harmonis yang menegakkan nilai-nilai islami yang didasarkan atas saling menghormati dan menyayangi dengan selalu menjaga hak dan menjalankan kewajiban masing-masing sehingga terjauh dari konflik rumah tangga. Keluarga idaman lazim disebut dengan keluarga sakinah, mawadah, dan rahmah.

Pembentukan keluarga idaman bermula dari niat, tekad, dan kemauan untuk mewujudkannya. Kesepakatan antara suami istri dalam membangun keluarga idaman menjadi penting karena dalam menjalaninya akan mudah terwujud. Sebuah keluarga idaman memang bertujuan memperoleh sakinah yang didasarkan mawadah sehingga dianugerahi rahmah. Sakinah adalah kedamaian, ketenteraman, dan keamanan dalam keluarga; mawadah merupakan kasih sayang yang muncul dari setiap pasangan yang melandasinya; rahmat berarti bahwa keluarga dilimpahi kasih sayang dan rida Allah SWT.

Ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam mewujudkan keluarga idaman itu.

Berimanan dan bertakwa kepada Allah SWT

Sebuah keluarga akan menjadi kukuh jika ada landasan keimanan pada setiap anggota keluarga. Hal itu harus dimulai dari pasangan suami istri yang membangu rumah tangganya. Iman yang kuat menjadi penting karena akan memudahkan dan memuluskan biduk rumah tangga yang ditumpangi.

Suami adalah nakhodanya yang dibantu oleh istri sebagai wakil nakhodanya. Keduanya harus memiliki keyakinan yang sama agar anggota rumah tangganya akan memiliki keyakinan yang sama pula. Karena itu, sebuah rumah tangga yang pasangan suami istri memiliki keyakinan dan agama yang berbeda akan menimbulkan ketidaksamaan arah dalam mengayuh batera rumah tangganya. Bahkan, anak sebagai anggota keluarga akan kebingungan mengikuti komando dari nakhoda atau wakil nakhoda yang berbeda keyakinan dan akan menimbulkan kesalahan komando pula. Artinya, keimanan yang sama akan menghasilkan keluarga idaman.
Keimanan harus didukung dengan ketakwaan nakhoda, wakil nakhoda, dan awak kapal yang lainnya.

Ketakwaan akan memantapkan kesamaan arah dan menjadi pegangan dalam mengharungi lautan kehidupan berkeluarga. Di dalam ketakwaan akan ada kemauan kuat untuk melaksanakan aturan kehidupan dan akan menjadi tameng dalam mengatasi riak dan gelombang yang ditempuh. Ketakwaan merupakan penggerak dalam melakukan apa yang harus dilakukan dan penyaring mana yang tidak boleh dilakukan.

Ketakwaan adalah spirit dalam menempuh perjalanan, pendorong menjalankan bahtera, alarm dalam melewati karang di depan, sinyal terhadap gangguan mesin yang akan terjadi.
Dengan takwa tujuan berkeluarga akan mudah tercapai, perjalanan jauh yang ditempuh dilalui tanpa terasa, angin dan badai yang menerpa kapal keluarga tidak akan menggoyahkan tekad, serta gelombang dan ombak yang menghadang tidak mengapa. Apa pun yang mengahadang dan menerpa kapal rumah tangga dianggap sebagai ujian sehingga makin yakin akan kekuatan diri dan keluarga di bawah rida dan lindungan Ilahi.

Nakhoda, wakil nakhoda, dan awak yang ada di dalam kapal keluarga jika tidak dibekali dengan takwa akan gamang mengarungi lautan kehidupan, hilang nyali memandang jauhnya tujuan, lepas kendali mengahadapi gelombang dan ombak kehidupan, pupus harapan mencapai perjalanan jauh yang belum sampai ke tujuan, bingung menghadapi gelapnya di tengah lautan, ragu menempuh terpaan badai yang mengolengkan bahtera rumah tangga, buntu pikiran dalam mengambil keputusan penyelamatan, lenyap kepasrahan kepada Penguasa lautan kehidupan, dan ribut antara nakhoda, wakil nakhoda, dan awak kapal di tengah perjalanan.

Ketiadaan takwa baktera rumah tangga akan berentakan, tidak mampu mengatasi beratnya tantangan di tengah lautan, kandas di tengah kegelapan dan ditelan lautan dalam, serta porak poranda kapal rumah tangga karena lenyapnya ketakwaan.
Allah SWT berfirman,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً

“Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya.” (QS Aṭ-Ṭalāq: 4)

Keluarga yang takwa akan menjalankan ajaran agama dengan baik, menaati segala perintah Allah dan Rasul-Nya, menjauhkan segala larangan-Nya. Itulah tujuan manusia diciptakan, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT. Oleh karena itu, pengabdian itu merupakan pelaksanaan perintah Allah SWT.
Allah SWT berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia, kecuali supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Az-Zariyat: 56)

Saling mencintai dan menyayangi

Tujuan penikahan adalah agar terjalin saling cinta dan saling sayang di antara kedua pasangan suami istri. Cinta muncul dari hati karena adanya suatu ikatan pernikahan. Cinta harus dipupuk, disiram, dan dirawat. Pupuknya adalah nilai-nilai ketakwaan dan keikhlasan karena Allah. Cinta yang tidak didasarkan atas ikhlas menjadi semu atau pura-pura. Sementara itu, cinta harus disiram dengan perhatian, pemberian atau hadiah, hiburan, dan kegembiraan di antara kedua pasangan.

Saling menyangi menjadi penting di dalam keluarga. Kasih sayang akan terlihat dari sikap, perlakukan, tutur kata, dan hati kedua belah pihak. Sikap yang penuh perhatian kepada pasangan akan memunculkan kasih sayang. Perlakukan yang menyenangkan dan menambah kegembiraan kepada suami atau istri akan menjalin kasih sayang di antara mereka. Sikap dan perlakukan sangat diperhatikan dalam sebuah rumah tangga.

Sikap tak acuh terhadap pasangan akan menimbulkan reaksi yang tidak baik terhadap pasangan. Pasti akan timbul di pikirannya ada apa suamiku atau istriku mengapa berubah sikapnya?
Sikap yang cemberut pasti ada sesuatu yang tersimpan dan tertahan di dalam hati yang menimbulkan pasangan salah tingkah. Sifat mengerutu dalam bereaksi menandakan ada sesuatu yang terpendam di dalam hati sehingga orang yang melihatnya akan bertanya-tanya tentang yang dipendamnya? Kadang-kadang bantingan daun pintu yang keras dapat dipahami sebagai sesuatu kekesalan yang disimpan oleh pasangan yang membanting daun pintu itu.
Sebaliknya, senyuman yang tersimpul di bibir istri akan menyejukkan hari pasangan yang memandangnya. Senyuman dapat menambah gelora cinta pasangan sehingga cinta selalu bersemi di dalam hati.

Ciuman suami kepada istri atau sebaliknya akan meluluhkan hati yang gundah dan menambah amunisi cinta istri kepada suami atau istrinya. Oleh karena itu, sikap dan perlakuan di antara dua belah pihak dapat memberikan kesejukan dalam kasih sayang di dalam keluarga.
Tutur kata yang baik dari setiap pasangan akan memambah cinta dan kasih sayang. Bukankah tutur kata seorang perempuan dapat meluluhkan hati laki-laki? Banyak laki-laki tergoda kepada perempuan karena lembutnya sapaan dan manisnya ucapan.

Andaikata istri menyapa suaminya dengan kata yang manis dan ucapan yang menyejukan, dapat dipastikan bahwa suami akan berlama-lama di sampingnya, bahkan di pelukannya. Begitu pula suami yang memanggil istrinya dengan panggilan yang menyenangkan, panggilan kesayangan, kata-kata yang meluluhkan perasaan, yakinlah bahwa istri akan tidak akan mungkin berpaling dari suami. Rasulullah saw. memanggil istrinya, Aisyah a.s., dengan panggilan kesayangan, “Ya Humairah.” Panggilan itu berarti ‘wahai yang pipinya kemerah-merahan’. Indah sekali keluarga yang di dalamnya terdengar kata-kata yang enak didengar, sapaan yang menyenangkan, dan ucapan yang menggembirakan.
Dapat dibayangkan jika di rumah yang terdengar ucapan kasar dan tidak santun? Istri memanggil suaminya dengan panggilan, “Lu nggak dengar budeg? Ambil kek kobokan itu. Duduk aja di depan tipi?” Suami pun menjawabnya dengan, “Ngapain Lu Monyong?” Istri membalas lagi, “Dasar laki gak mau bantuin bini. Kalo dah masak, makannya nggak mikirin yang lain.” Suami menjawab lagi, “Emang kerjaan Lhu kan masak? Kerjaain aja sendiri!” Anak menimpali, “Pusiiiing. Pusiiing. Emak ama Babe barantem mulu.”
Bagaimana mungkin menciptakan kasih sayang di rumah tangga jika yang keluar adalah kaka-kata dan ucapan yang tidak pantas bagi keutuhan rumah tangga. Bukan Allah SWT sudah mengingatkan,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan berkatalah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya ia akan mendapatkan kemenangan yang besar. (QS Al-Ahzab: 70—71)

(Bersambung besok)

++++++

Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan pesantren Almuflihun yang diasuh oleh ust. Wahyudi Sarju Abdurrahmim, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899