Sumber Pengetahuan: Wahyu (Bagian XXXVIII)

Oleh: Wahyudi Sarju Abdurrahim Lc, M.M

اَمَّا بَعْدُ فَاِنَّ الفِرْقَةَ النَّاجِيَةَ (1 (مِنَ السَّلَفِ اَجْمَعُوا عَلَى الإِعْتِقَادِ بِأَنَّ العَالَمَ كلَّهُ حَادِثٌ خَلَقَهُ االلهُ مِنَ العَدَمِ وَهُوَ اَىِ العَالَمُ) قَابِلٌ لِلفَنَاءِ (2 (وَعَلَى اّنَّ النَّظْرَ فِى الكَوْنِ لِمَعْرِفَةِ االلهِ وَاجِبٌ شَرْعًا (3 (وَهَا نَحْنُ نَشْرَعُ فِى بَيَانِ اُصُولِ العَقَائِدِ الصَّحِيْحَةِ.


Kemudian dari pada itu, maka kalangan ummat yang terdahulu, yakni mereka yang terjamin keselamatannya (1), mereka telah sependapat atas keyakinan bahwa seluruh ‘alam seluruhnya mengalami masa permulaan, dijadikan oleh Allah dari ketidak-adaan dan mempunyai sifat akan punah (2). Mereka berpendapat bahwa memperdalam pengetahuan tentang ‘alam untuk mendapat pengertian tentang Allah, adalah wajib menurut ajaran Agama (3). Dan demikianlah maka kita hendak mulai menerangkan pokok-pokok kepercayaan yang benar.

Syarah HPT:

Kata Kunci: Kata Kunci: لِمَعْرِفَةِ االلهِ وَاجِبٌ شَرْعًا (Untuk mendapat pengertian tentang Allah, adalah wajib menurut ajaran Agama).

Wahyu

Wahyu dalam al Qur’an mempunyai banyak makna, terkadang sinonim dengan ilham atau insting seperti yang ada pada binatang, kadang bermakna fitrhah manusia, kadang bermakna isyarat terhadap sesuatu, seperti isyarat yang akan terjadi pada kisah nabi Zakariya ketika memberikan isyarat kepada kaumnya untuk bertasbih, dan lain sebagainya.

Pertama, wahyu mempunyai makna ilham sebagaimana firman Allah berikut:

وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ أُمِّ مُوسَىٰٓ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِى ٱلْيَمِّ وَلَا تَخَافِى وَلَا تَحْزَنِىٓ، إِنَّا رَآدُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ

Artinya: “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; ‘Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul’.” (QS al-Qashash: 7)

Kedua, wahyu berkaitan dengan naluri pada binatang:

وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ، ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ 

Artinya: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia’.” Ketiga, kata wahyu mempunyai arti bisikan jahat, baik bersumber dari setan, jin, maupun manusia. (QS an-Nahl: 68-69)

Juga ayat berikut:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ

Artinya: “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS. Al-An’am: 112)

Keempat, wahyu bermakna memberikan isyarat, tanda dan symbol:

 فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَىٰ إِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا

Artinya “Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang”. (QS. Al-Maryam: 11)

Wahyu yang kami maksudkan sesuai dengan kajian kita adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada para rasul dengan membawa satu risalah kepada umat manusia. Dengan kata lain, bahwa segala sesuatu yang di bawa oleh para rasul adalah wahyu. Kitab-kitab yang dibawa oleh para rasul seperti taurat, zabur, injil dan al-Quran adalah wahyu.

Wahyu membawa ajaran yang terkait dengan interaksi manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan makhluk lain dan manusia alam raya. Wahyu memberikan informasi mengenai berita yang telah lalu dan berita di masa yang akan datang. Wahyu tidak hanya memberikan informasi terkait sesuatu yang terjadi di alam fisik, namun juga di alam metafisik, bukan hanya tentang kehidupan di dunia, namun juga di akhirat.

Wahyu mengajarkan manusia tentang tauhid, ibadah, syariah dan akhlak. Wahyu mengandung ajaran terkait cara pandang manusia dengan Tuhan dan alam raya. Wahyu menjadi acuan normative bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas kehidupan di dunia. 

Tuhan menciptakan manusia tidak lantas membiarkan manusia hidup sesukanya. Namun Tuhan memberikan petunjuk (hudan) bagi umat manusia. Petunjuk tersebut diperlukan, karena meski manusia telah dibekali akal, namun banyaj hal yang berada di luar jangkauan akal manusia. Sementara hal tersebut adalah penting bagi kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Maka di sinilah wahyu menjadi sumber pengetahuan itu.

Sepanjang sejarah, Allah telah mengutus banyak nabi dan rasul. Hadi yang diriwayatkan oleh Abu Dzar ra menyatakan bahwa julah utusan Allah lebih dari 300 utusan. Tatkala abu dzar bertanya tentang jumlah utusan Allah, rasulullah saw menjawab:

ثلاثمائة وبضعة عشر جمّاً غفيرا

Artinya: “Sekitar tiga ratus belasan orang. Banyak sekali.” (HR. Baihaqi)

Dalam riwayat Abu Umamah, bahwa Abu Dzar bertanya kepada Nabi Muhammad saw: “Berapa jumlah persis para nabi.” Beliau menjawab:

مِائَةُ أَلْفٍ وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ أَلْفًا الرُّسُلُ مِنْ ذَلِكَ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا

Artinya: “Jumlah para nabi 124.000 orang, 315 diantara mereka adalah rasul. Banyak sekali.” (HR. Ahmad).

Mereka semuanya menerima wahyu dari Allah swt. dan membawa ajaran tauhid. Ajaran yang berupa perintah agar manusia hanya menyembah dan beribadah kepada Allah serta tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Meski secara tauhid sama, namun dalam praktek hukum syariah (fikih), terkadang wahyu membawa ajaran yang berbeda antara satu rasul dengan lainnya.

Bagaimanakah wahyu diturunkan? Ada beberapa cara, di antaranya adalah sebagai berikut:

Melalui mimpi, sebagaimana dalam hadits Aisyah:

Dari ‘Aisyah ra beliau mengatakan:

أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ

Artinya: “Wahyu pertama kali turun kepada Rasulullah saw dalam bentuk mimpi yang benar tatkala tidur. Dan tidaklah Rasūlullāh saw bermimimpi kecuali mimpi tersebut datang seperti cahaya shubuh (sangat jelas).  (HR bukhari).

Melalui perantaraan malaikat jibril, baik datang dengan bentuk yang sebenarnya, atau menjelma sebagai manusia sehingga dapat dilihat oleh para sahabat nabi saw. Hal ini seperti hadits ‘Umar bin Khaththab ra bahwa ia menceritakan sebagaimana berikut:

بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Pada suatu saat, kami sedang duduk bersama Rasulullah saw. Tiba-tiba muncul seorang lelaki yang berpakaian sangat putih, sangat hitam rambutnya, tidak terlihat tanda-tanda melakukan perjalanan jauh, dan tidak tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya, sampai dia duduk di dekat Nabi Muhammad saw.

Kemudian di akhirnya, yaitu sesaat setelah orang itu pergi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Umar Radhiyallahu ‘anhu :

يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ

“Wahai, ‘Umar. Tahukah engkau, siapakah orang yang bertanya tadi?” Aku menjawab,”Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui,” (kemudian) Rasulullah bersabda,”Dia itu adalah Malaikat Jibril datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian din (agama) kalian.” (HR. Bukhari).

Kadangkala wahyu turun kepada rasulullah saw., dan para sahabat tahu bahwa rasul sedang menerima wahyu melalui reaksi rasulullah saw. Bahkan Rasulullah saw terkadang mengucurkan keringat dalam suasana udara yang sangat dingin.

Aisyah ra paham betul tentang beratnya wahyu itu. ia menuturkan bagaimana keadaan Nabi saw saat turun wahyu di musim dingin.

وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ الْوَحْيُ فِي الْيَوْمِ الشَّدِيدِ الْبَرْدِ فَيَفْصِمُ عَنْهُ وَإِنَّ جَبِينَهُ لَيَتَفَصَّدُ عَرَقًا

“Sungguh aku melihat wahyu turun kepada beliau di hari yang sangat dingin namun beliau tidak merasa kedinginan. Bahkan dari dahi beliau mengeluarkan keringat.” (HR. Bukhari, Turmudzi, Nasai dan Ahmad).

إِنْ كَانَ لَيُوحَى إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ عَلَى رَاحِلَتِهِ، فَتَضْرِبُ بِجِرَانِهَا

“Apabila Rasulullah saw menerima wahyu saat berada di atas tunggangannya (ontanya), maka bagian perut onta itu akan menempel ke tanah.” (HR. Ahmad).

Al-Harits bin Hisyam ra pernah bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, bagaimana cara wahyu datang kepadamu?” Rasulullah saw menjawab,

أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ، وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ فَيُفْصَمُ عَنِّي وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ، وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِي الْمَلَكُ رَجُلاً فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ

“Terkadang wahyu itu datang kepadaku seperti suara lonceng. Inilah yang terberat bagiku. Dia memberitakan sesuatu dan aku memahami apa yang ia ucapkan. Dan terkadang malaikat datang dalam wujud seorang laki-laki, lalu dia berbicara padaku dan aku paham apa yang diucapkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

d.         Terkadang wahyu turun secara langsung dari Allah kepada rasulullah saw tanpa melalui perantara. Dan ini pernah terjadi pada malam isra dan mi’raj  nabi Muhammad saw.

Wahyu dapat di bagi menjadi dua, wahyu yang berupa kalam Ilahi (al-Qur’ân) dan wahyu yang diekspresikan oleh nabi Muhammad saw (hadits nabi). Al Qur’an merupakan perkataan Tuhan yang mu’jiz (melemahkan) yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw, tertulis dalam mushaf, diturunkan secara mutawatir dan dianggap beribadah bagi siapapun yang membacanya.

Rasululah saw menerima wahyu ini dengan lafadz dan maknanya dan diturunkan oleh jibril selama 23 tahun secara bertahap. Ketika menerima wahyu, rasulullah langsung memberitakan hal itu kepada para sahabat sesuai dengan apa yang diterimanya dari malaikat jibril tanpa ada pengurangan ataupun tambahan supaya dihapal dan ditulis oleh para sahabat.

Bagian kedua dari wayu adalah sunnah rasul, yaitu segala segala sesuatu yang datang dari rasulullah saw selain al Qur’an baik berupa perkataan, pekerjaan ataupun persetujuan nabi Muhammad saw. Hal ini sesuai dengan firman Allah berikut:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (٣) إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى

 “Dan tidaklah yang diucapkan Muhammad itu karena menurut keinginannya. Akan tetapi ia adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS An Najm: 3-4)

Hadits nabi berfungsi sebagai penguat apa yang termaktub dalam al Qur’an, menrinci sesuatu yang masih global dalam al Qur’an, menerangkan sesuatu yang masih mutlak, atau menerangkan terhadap sesuatu yang belum termaktub di dalam al-Quran .

—++—-+——–

Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan pesantren Almuflihun yang diasuh oleh ust. Wahyudi Sarju Abdurrahmim, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899