Sumber Pengetahuan: Karakteristik Wahyu (Bagian XXXIX)

اَمَّا بَعْدُ فَاِنَّ الفِرْقَةَ النَّاجِيَةَ (1 (مِنَ السَّلَفِ اَجْمَعُوا عَلَى الإِعْتِقَادِ بِأَنَّ العَالَمَ كلَّهُ حَادِثٌ خَلَقَهُ االلهُ مِنَ العَدَمِ وَهُوَ اَىِ العَالَمُ) قَابِلٌ لِلفَنَاءِ (2 (وَعَلَى اّنَّ النَّظْرَ فِى الكَوْنِ لِمَعْرِفَةِ االلهِ وَاجِبٌ شَرْعًا (3 (وَهَا نَحْنُ نَشْرَعُ فِى بَيَانِ اُصُولِ العَقَائِدِ الصَّحِيْحَةِ.

Kemudian dari pada itu, maka kalangan ummat yang terdahulu, yakni mereka yang terjamin keselamatannya (1), mereka telah sependapat atas keyakinan bahwa seluruh ‘alam seluruhnya mengalami masa permulaan, dijadikan oleh Allah dari ketidak-adaan dan mempunyai sifat akan punah (2). Mereka berpendapat bahwa memperdalam pengetahuan tentang ‘alam untuk mendapat pengertian tentang Allah, adalah wajib menurut ajaran Agama (3). Dan demikianlah maka kita hendak mulai menerangkan pokok-pokok kepercayaan yang benar.

Syarah HPT:
Kata Kunci: Kata Kunci: لِمَعْرِفَةِ االلهِ وَاجِبٌ شَرْعًا (Untuk mendapat pengertian tentang Allah, adalah wajib menurut ajaran Agama).

Kajian mengenai karakteristik wahyu dalam Islam bertujuan untuk memperjelas dan membuktikan bahwa wahyu sebagai salah satu sumber pengetahuan adalah benar adanya. Kajian inmi juga dapat digunakan untuk mengetahui dan membedakan mana wahyu yang sebenarnya dengan perkataan manusia yang mengaku menerima wahyu Tuhan. Di antara karakteristik wahyu dalam Islam adalah sebagai berikut:
Pertama, bahwa wahyu ditirunkan Allah kepada manusia yang dikehendai dan dipilih Allah swt dan sama sekali tidak ada campur tangan manusia. Karena wahyu lansung dari Allah, maka wahyu tidak dapat diperoleh manusia dnegan usaha apapun, baik dengan alas an melakukan kontemplasi atau olah jiwa dengan alasan bahwa jiwa manusia dapat dibersihkan sehingga mampu menangkap hal gaib dan dapat memperoleh wahyu Tuha.
Hal ini juga berbeda dengan wahyu yang diklaim oleh ahli kitab baik kalangan Yahudi atau Nasani yang menganggap bahwa mereka memperoleh wahyu, sementara sesungguhnya apa yang mereka sampaikan adalah hasil rekayasa dan karya para pendeta. Para rabbi itu, memanipulasi ayat-ayat dalam taurat dan injil kemudian dikatakan bahwa apa yang tertera dalam kitab suci tersebnut adalah wahyu Tuhan. Hal ini disebnutkan dalam al-Quran sebagai berikut:

فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat).” (QS. Al Maidah: 13)

فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 79).
وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui. ” (QS. Ali Imron: 78)
Kedua: wahyu turun di luar kehendak manusia. Para manusia pilihan Tuhan, sering terkejut tatkala menerima wahyu Tuhan dan diangkat menjadi utusan-Nya. Hal inmi setidaknya bisa dilihat dari dua kisah, pertama tatkala musa menerima wahyu Tuhan
menjadi , bahkan meski manusia tersebnut tidak dan hanya sesuai dengan kehendak Allah swt. Maka turunnya wahyu kepada Rasulullah saw sama sekali di luar kehendak dan keinginan beliau, ataupun karena permintaan beliau kepada Tuhan. Kadang kala wahyu Turun secara beruntun, namun terkadang lama tidak turun wahyu meskipun rasulullah saw sangat membutuhkannya. Diriwayatkan bahwa setelah surat al alaq diturunkan, wahyu Tuhan tidak turun lagi berselang selama tiga tahun. Demikian juga ketika terjadi peristiwa al ifk yang menimpa aisyah. Rasulullah menanti jawaban dari Tuhan namun lama tidak kunjung datang sampai akhirnya beliau bermusyawarah dengan para sahabatnya untuk mencari solusi alternatif. Baru kemudian turun surat al nur yang menjelaskan bahwa aisya dalam posisi yang benar, sementara berita yang tersebar dikalangan para sahabat adalah ulah kaum munafik.
Ketiga; kebenaran mutlak wahyu sebagai sumber pengetahuan. Wahyu sebagai bagian dari ilmu Allah adalah benar secara mutlak dan tidak terbatas. Karena bagaimanapun juga, ilmu Allah lepas dari ruang dan waktu. Berbeda dengan pengetahuan manusia yang sangat terbatas dan merupakan hasil dari usaha manusia yang terbatas pula. Apa yang terkandung di dalam wahyu, baik berupa berita masa lampau, catatan mengenai kejadian di masa nabi, berita atas kejadian yang akan datang, gambaran mengenai alam metafisika dll adalah benar adanya.
Keempat; wahyu tidak terpengaruh oleh tempat dan waktu. Wahyu sama sekali tidak terpengaruh oleh limgkungan di mana rasulullah saw hidup, juga tidak pada waktu kapan rasulullah berada. Maka tradisi, adat istiadat dan hal lain yang berada di lingkungan rasulullah saw tidak mempunyai pengaruh dalam pembentukan wahyu Tuhan. Namun demikian bukan bearti wahyu sangat idealisme yang jauh dari realitas dan tertutup dari kehidupan manusia pada waktu itu. Karena sesungguhnya al Qur’an adalah ilmu yang bersifat praktisi, turun pada realitas masyarakat dan bertujuan merubah tatanan masyarakat.
Wahyu memberikan pengetahuan manusia pada beberapa hal, diantaranya adalah:
a. Alam metafisika (al-ghaibiyat).
Alam metafisik mendapat perhatian lebih baik melalui wahyu al Qur’an maupun hadits rasul. Bahkan bisa dikatakan bahwa tujuan diturunkannya wahyu adalah agar manusia mengakui alam metafisik (al-ghaibiyat). Irman Allah:
الــم {1} ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ ِفيهِ هُدَى لِلْمُتَّقِينَ {2} الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ {3} وَالَّذِينِ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِاْلآخِرَةِ هُمْ يُوِقنُونَ {4} أُولَـئِكَ عَلَى هُدًى مِن رَبِّهِمْ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Alif lam mim. Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi merek ayng bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Alquran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunuuk dari Rabb mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Baqarah: 1-5)
Firman Allah:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَيَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَافِي الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ يَعْلَمُهَا وَلاَحَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَرَطْبٍ وَلاَيَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مًّبِينٍ
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al-An’am: 59)
Juga firman Allah:
قُل لاَّيَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ وَمَايَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Katakanlah (hai Muhammad), ‘Tiada siapa pun, baik di langit maupun di bumi yang mengetahui hal-hal yang ghaib kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka dibangkitkan’.” (QS. An-Naml: 65)
Dan juga Firman-Nya:
قُل لآأَقُولُ لَكُمْ عِندِى خَزَآئِنُ اللهِ وَلآأَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلآأَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَايُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُونَ
“Katakanlah (hai Muhammad), ‘Aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa perbendaharaan (rahasia) Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib, dan tidaklah aku mengatakan kepada kalian bahwa aku ini malaikat, akut idak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku’.” (QS. Al-An’am: 50)
Jika manusia mengakui dan pecaya mutlak terhadap keberadaan alam metafisik (al-ghaibiyat), maka manusia akan melaksanakan perintah Allah dan berinteraksi dengan sesama manusia sesuai hukum Allah. Manusia akan melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi dengan membangun peradaban sesuai dengan ridha-Nya. Iman berimplikasi kepada sifat waspada dan selalu merasa diawasi Allah sehingga ia akan melaksanakan semua kegiatan di muka bumi secara professional.
Para ulama membagi permasalahan metafisika menjadi dua, pertama, berkaitan dengan permasalahan metafisika itu sendiri dan kedua berkaitan dengan bukti empiris mengenai keberadaan alam metafisika. Untuk permasalahan pertama, wahyu telah menjelaskan secara gamblang mengenai realitas dan hubungan manusia dengan alam metafisika, diantaranya adalah masalah ketuhanan, tauhid, kenabian, hari akhir, awal dan tujuan penciptaan manusia, posisi manusia terhadap alam fisik, alam ghoib dan lain sebagainya.
Ketika Tuhan berbicara mengenai sifat-sifat-Nya, Tuhan mengharapkan manusia sedapat mungkin untuk meniru sifat-sifat Tuhan tersebut. Ketika Tuhan berbicara mengenai malaikat, Tuhan mengingatkan manusia bahwa segala amal perbuatan manusia diawasi dan direkam oleh malaikat. Ketika Tuhan berbicara mengenai hari akhir, Tuhan mengingatkan manusia bahwa dunia bukanlah tujuan akhir. Segala amal perbuatan manusia akan dipertanggung-jawabkan kelak di hari kemudian. Tidak hanya sampai di situ, wahyu juga memberikan keterangan rinci mengenai Malaikat, sifat dan nama baik Tuhan (asmâ’u’l husna), kejadian hari kebangkitan, sorga, neraka dan lain sebagainya sehingga pengetahuan manusia tidak lagi hanya sekedar meraba-raba.
Adapun bagian kedua yaitu yang berkaitan degan bukti empiris, wahyu secara tegas memberikan dorongan kepada manusia untuk selalu melakukan penelitian ilmiah. Dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang menyeru manusia agar melihat alam ciptaannya. Dengan ini diharapkan manusia akan meyakini bahwa alam yang berjalan dengan sangat rapi tentu ada yang mengatur dan menciptakan. Kepercayaan manusiakepada Sang Pencipta, akan beimplikasi kepada kepercayaan mutlak terhadap segala sesuatu yang berasal dari Tuhan. Ia akan mempercayai alam metafisika dan akan tunduk kepada dzat yang menciptakan alam fisik. Maka tidak heran jika Tuhan mengatakan bahwa orang yang paling takut kepada Allah adalah para ilmuan. Firman Allah:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para Ulama, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir: 28).
b. Segala sesuatu yang berhubungan dengan (syari’at)
Wahyu juga memberikan gambaran mengenai posisi manusia di muka bumi, bagaimana ia berinteraksi dengan Tuhan (ibadah), alam dan sesama manusia (muamalah). Wahyu memberikan gambaran jelas mengenai sistem interaksi manusia dengan sesamanya. Karena bagaimanapun juga, pemikiran manusia lemah dan sangat terpengaruh oleh ruang waktu sehingga yang bersumber dari manusia pun akan mengalami banyak kelemahan. Sementara Tuhan adalah Maha Sempurna dan ayat al-Quran seagai bagan dari alam Allah untuk petunjuk bagi umat manusia juga bersifat sempurna. Namun demikian, bukan bearti segala sesuatu yang ada di dunia ini termaktub dalam wahyu secara terperinci. Banyak hal yang hanya digambarkan wahyu secara global sehingga wahyu membutuhkan penafsiran. Di sinilah peranan para ulma dengan akal yang diberikanan kepadaya untuk menafsirkan wahyu tersebut sesuai dengan perkembangan dan maslahat manusia.
c. Berita masa lampau dan masa yang akan datang
Wahyu juga memberika pengetahuan mengenai berita masa lalu, mengenai awal penciptaan langit dan bumi, awal penciptaan manusia, sejarah para nabi dan bangasa-bangsa terdahulu yang sulit untuk diketahui oleh para sejarawan selain dengan perantara wahyu. Demikian halnya dengan kejadian yang akan datang, manusia lemah untuk dapat mengetahuinya hanya dengan terpaku pada akal. dalam sebuah hadits dikatakan:
أي المدينتين تفتح أولا : أقسطنطينية أو رومية ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : مدينة هرقل تفتح أولا . يعني : قسطنطينية
Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Roma?’ Rasul menjawab, ‘Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.’ Yaitu: Konstantinopel’.” (HR. Ahmad, ad-Darimi dan al-Hakim)
Hadits ini dapat dipahami, bahwa para sahabat telah mengetahui suatu saat umat Islam akan menguasai Konstitunapel dan Bizantium Romawi. Namun kota manakah yang terlebih dahulu ikuasai? Maka wahyu memberikan pengetahuan bahwa kota Hurkul, yaitu ibu kota Romawi Bizantium lebih dahulu akan dikuasai umat Islam. Apa yang disampaikan oleh ayat al-Qun tersebut terbukti ketika umat Islam di bawah pimpinan Muhammad bin Murad pada tanggal 29 mei 1453 dapat membuka kota Bizantium.
Demikian juga dengan tanda-tanda berakhir alam raya seisinya, tentang Dajjal, Y’juj Ma’juj, matahari akan terbit dari arah Barat, kejadian setelah kehidupan dunia, dll yang hanya mampu dijawab oleh wahyu.


—++—-+——–

Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan pesantren Almuflihun yang diasuh oleh ust. Wahyudi Sarju Abdurrahmim, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899

Wassalamualaikum wr. wb.