Suka Memberikan Makanan

Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

Assalamualaikum wr. wb.

Apa kabar saudaraku? Semoga kita senantiasa dianugerahi oleh Allah SWT kesehatan dan kelapangan hidup sehingga kita bisa berbagi dengan orang lain. Amin!

خَيْرُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ

“Sebaik-baik kalian adalah yang memberikan makanan.” [HR Ahmad, dihasankan al-Albani dalam Shahihul Jami’ (No. 3318)

Salah satu orang yang terbaik menurut pandangan Rasulullah adalah orang yang memberi makanan kepada orang lain. Sikap itu menjadi sikap mukmin yang tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi tetap harus peduli kepada orang lain. Kepedulian itu diwujudkan dengan pemberian makanan atau bantuan lain kepada saudara atau orang lain.

Islam adalah agama yang sangat menjaga hubungan seorang muslim dengan orang lain. Hubungan itu harus terjalin karena antara muslim yang satu adalah saudara yang lain. Persaudaran itu termasuk ukhuwah islamiah. Allah SWT dan Rasulullah sangat mementingkan masalah ukhuah itu karena suatu masyarakat Islam yang kuat akan tegak dari kekuatan persaudaraan sesama umat Islam.

Persaudaraan akan terbangun dari adanya perhatian dan kepedulian muslim terhadap saudaranya untuk memberi makanan. Sikap mulia itu lebih-lebih diberikan kepada tetangga dan orang yang membutuhkan. Rasulullah saw. mengingatkan orang yang tidak peduli dengan tetangganya,
Rosululloh SAW. bersabda,

مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالْـجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ

“Jibril senantiasa menasihatiku tentang tetangga hingga aku mengira bahwa tetangga itu akan mendapat bagian harta waris” (HR Bukhari)

Selain itu, Rasulullah saw. menyebutkan bahwa orang mukmin akan tercabut statusnya sebagai muslim manakala tidak memedulikan tetangganya. Nauzubillah, tarnya ancaman Rasulullah saw. sangat mengkhawatirkan keislaman seseorang. Sabda beliau,

لَيْسَ الْـمُؤْمِنُ الَّذيْ يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إلَى جَنْبِهِ

“Bukan seorang mukmin orang yang perutnya kenyang sementara tetangga sebelahnya kelaparan.” (HR Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra No. 18108)

Mengapa kepedulian kepada tetangga begitu penting? Tetangga adalah orang yang paling dekat dengan kita. Tidak dilihat apakah muslim atau nonmuslim. Manakala dia muslim, itulah wujud persaudaraan keislaman. Namun, manakala dia nonmuslim, itulah wujud persaudaraan kemanusiaan. Rasulullah saw. telah memberi contoh bagaimana Rasulullah memberi makan setiap pagi hari seorang pengemis Yahudi yang buta. Bukan hanya diberikan bahan makanannya, melainkan juga langsung beliau suapi setiap paginya. Hal itu beliau lakukan setiap pagi sampai beliau wafat.

Betapa mulianya hati junjungan kita Rasulullah saw. karena pada saat beliau menyuapinya, Yahudi buta itu selalu mencela dan memaki Rasulullah saw. dengan menasihati Rasulullah saw., “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad. Dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir! Apabila kalian mendekatinya, kalian akan dipengaruhinya.”

Cacian dan makian itu tidak menyurutkan hati beliau yang luhur dan tulus untuk tidak memberi makan dan suapan kepadanya. Beliau tetap setiap pagi menyuapi orang tua itu. Hal itu beliau lakukan sampai Rasulullah saw. wafat.

Suatu hari Abu Bakar r.a. berkunjung ke rumah putrinya, Aisyah r.a. yang juga istri Rasulullah saw. Beliau bertanya kepada putrinya, “Anakku, adakah sunah kekasihku (Nabi Muhammad) yang belum aku kerjakan?”
Aisyah menjawab pertanyaan ayahnya, “Wahai Ayah, engkau adalah seorang ahli sunah. Hampir tidak ada satu sunah pun yang belum Ayah lakukan, kecuali satu sunah saja.”
“Apakah Itu?” tanya Abu Bakar.
“Setiap pagi Rasulullah saw. selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana,” kata Aisyah.

Keesokan paginya, Abu Bakar pergi ke pojok kota Medianah membawa makanan untuk orang Yahudi buta itu. Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, “Siapakah kamu?”
Abu Bakar menjawab, “Aku orang yang biasa.”
“Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,” jawab si pengemis buta itu.
“Apabila ia datang kepadaku, tangan ini tidak susah memegang dan mulut ini tidak susah untuk mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku. Akan tetapi, terlebih dahulu makanan itu dihaluskannya dengan mulutnya. Setelah itu, ia berikan padaku,” kata pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya. Ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu. Aku adalah sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah saw.”

Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar, ia pun menangis sedih. Berita kematian orang yang selalu menyuapinya itu bagaikan petir di siang bolong. Ia pun juga malu berbuat selama ini kepadanya.
Kemudian, orang tua itu berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghina dan memfitnahnya. Ia tidak pernah marah kepadaku sedikit pun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi. Ia begitu mulia.” Akhirnya, pengemis Yahudi buta itu bersyahadat di hadapan Abu Bakar.

Ada baiknya kita lihat diri kita. Pernahkah kita melakukan kebaikan kepada orang lain sementara kebaikan kita dicelanya dan kita pun dimakinya? Pernah kita berbuat baik kepada orang yang membentak, mencaci, memfitnah, bahkan menganiaya kita? Sabarkah kita jika ada orang yang mengasari kita? Jengkelkah kita jika ada orang yang pernah menyakiti hati kita? Bencikah kita kepada orang yang pernah mengadu domba kita? Dendamkah kita kepada orang pernah menganiaya kita? Ternyata sulit kita menghilangkan kebencian terhadap orang yang membenci, menyakiti, dan menganiaya kita. Itulah kita yang jauh berbeda dengan kepribadian Rasulullah saw. yang luhur. Padahal, membalas kejahatan dengan kebaikan merupakan sikap yang mulia. Allah SWT berfirman,

ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ ۚنَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ

“Balaslah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.” (QS Al-Mu’minun [23]: 96).

Berbuat baik kepada tetangga harus disikapi dengan hati mulia. Hidup bertetangga perlu kesabaran. Hal-hal yang kecil dapat menjadi besar sehingga timbul perselisihan. Untuk itu, saling memberi atau lebih banyak memberi kepada tetangga merupakan perbuatan mulia. Ibu rumah tangga harus mampu memahami pesan Rasulullah saw. untuk berbuat baik kepada tetangga sehingga menjadi mulia di mata Rasulullah saw. Beliau bersabda,

إِذَا طَبَخْتَ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ ، ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيْرَانِكَ فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوْفٍ

“Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya. Lalu, lihatlah keluarga tetanggamu. Berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan cara yang baik.” (HR Muslim No. 4766)

Kebiasaan memberi makanan sangat mulia lagi pada saat kondisi masyarakat dalam kesulitan. Kondisi pandemi Covid-19 menjadi lahan kebaikan bagi orang yang beriman. Contoh yang diberikan Rasulullah saw. kepada pengemis Yahudi yang buta dapat memantik semangat kepedulian kita untuk memberi makan orang yang memerlukannya. Bisa jadi juga sejumlah uang kita sedekahkan untuk keperluan saudara-saudara kita yang muslim atau nonmuslim agar mereka dapat bertahan hidup dalam kondisi banyaknya penganguran karena wabah virius Corona. Oleh karena itu, kondisi saat ini membuka peluang kapada kita untuk berbagi dan peduli kepada orang yang memerlukan bantuan. Rasulullah saw. bersabda,

مَنْ أَطْعَمَ مُؤْمِنًا حَتَّى يُشْبِعَهُ مِنْ شَبْعٍ أَدْخَلَهُ اللهُ بَابًا مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ

“Siapa yang memberi makan kepada seorang mukmin sehingga dapat mengenyangkannya dari kelaparan akan Allah masukkan ke dalam salah satu pintu surga yang tidak dimasuki oleh orang lain, kecuali oleh orang-orang sepertinya.” (HR Thabrani).

Perbuatan memberi kelapangan kepada orang yang dalam kesulitan merupakan perbuatan terpuji. Hal itu akan memudahkan pelaku pada hari Kiamat. Allah akan melepaskan juga kesulitan yang dihadapinya pada hari itu karena dia telah melepas keulitan yang dialami saudaranya di dunia. Rasulullah saw. bersabda,

من سرَّه أن ينجيه الله من كرب يوم القيامة، فلينفِّس عن معسر، أو يضع عنه

“Siapa merasa senang karena diselamatkan oleh Allah dari kesulitan hari kiamat hendaklah ia menghilangkan kesusahan orang yang dalam kesukaran atau meninggalkan sesuatu yang ada padanya (HR Muslim)

Bahkan, Rasulullah dalam hadisnya yang lain sangat mengapresiasi orang yang menyenangkan seorang muslim, mangatasi kesulitannya, mengilangkan rasa laparnya, bahkan membayarkan utangnya sebagai amal yang paling dicintai Allah SWT.

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ, أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً, أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا, أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا

Amalan yang paling dicintai Allah adalah engkau menyenangkan seorang muslim, atau engkau mengatasi kesulitannya, atau engkau menghilangkan laparnya, atau engkau membayarkan hutangnya. (HR Thabrani No. 6026)

Bukan hanya memberi makan, memberi minum dan pakaian pun kepada saudara kita yang sangat membutuhkan dicatat oleh Allah sebagai amal yang akan diterima ganjarannya di akhit kelak Rasululah saw. bersabda,

“Siapa pun mukmin memberi makan mukmin yang kelaparan, pada hari Kiamat nanti Allah akan memberinya makanan dari buah-buahan surga. Siapa pun mukmin yang memberi minum mukmin yang kehausan, pada hari Kiamat nanti Allah akan memberinya minum dari minuman surga. Siapa pun mukmin yang memberi pakaian mukmin lainnya supaya tidak telanjang, pada hari Kiamat nanti Allah akan memberinya pakaian dari perhiasan surga.” (HR Tirmizi).

Kita berharap dapat menjadi orang yangb paling baik kepada sahabat dan tetangga kita, seperti sabda Rasululah saw.,

خَيْرُ اْلأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ، وَخَيْرُ الْـجِيْرَانِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِـجَارِهِ

“Sahabat yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap sahabatnya. Tetangga yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap tetangganya.” (HR At-Tirmidzi)

Semoga dalam kehidupan bermasyarakat, kita makin menaruh perhatian dan meberikan kepedulian kepada tetangga, saudara sesama muslim, bahkan kepada yang nonmuslim. Dalam hal kelaparan dan kesulitan pasti dialami oleh orang yang tidak lagi melihat keyakinannya. Apa pun yang kita berikan kepada saudara-saudara kita, terutama dalam kondisi Covid-19 , akan bermanfaat untuk mengatasi berbagai kesulitan hidup dirasakan saat ini. Namun, ada orang yang paling merasakan dampak pandemi ini. Mereka yang tadinya bekerja saat ini banyak yang istirahat, diistirahatkan sementara atau selamanya. Perbuatan baik kita itu akan dicatat oleh Allah sebagai perbuatan mulia dan Rasul pun memberikan predikat manusia terbaik di antara mukmin yang lain. Amin.

Wallahu a’lam bissawab

—++—-+——–

Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan pesantren Almuflihun yang diasuh oleh ust. Wahyudi Sarju Abdurrahmim, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899

Wasalamualaikum wr. wb.

Tangerang, 11 Juni 2020