Suami yang Terbaik terhadap Keluarganya

Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

Assalamualaikum wr. wb.

Apa kabar saudaraku? Semoga kita berada dalam keadaan sehat walafiat serta mendapat keridaan dan pelindungan dari Allah SWT. Amin!

Rasulullah saw.

  • خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى

“Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR Tirmidzi dan disahihkan oleh al-Albani di dalam Ash-Shahihah No. 285).

Rumah tangga adalah lembaga terkecil di dalam suatu masyarakat. Untuk membentuk sebuah keluarga, ada suatu ikatan yang dijalin dalam sebuah pernikahan. Ada pihak laki-laki yang menjadi suami dan perempuan sebagai istri. Adanya pernikahan itu membentuk sebuah keluarga kecil yang menjadi bagian dalam sebuah keluarga besar.

Suami berfungsi sebagai kepala keluarga, sedangkan istri berfungsi sebagai pendamping kepala keluarga. Jika keluarga itu sudah memiliki anak, akan ada tambahan anggota keluarga yang akan memperkuat bagunan sebuah keluarga.

Sebuah keluarga berdiri di atas fondasi keimanan dan ketakwaan. Keluarga yang beriman akan melahirkan keluarga yang sakinah, mawadah, dan rahmah. Sakinah akan diperoleh dari setiap unsur keluarga yang berbuat sesuai dengan perannya. Suami selaku kepala keluarga bertanggung jawab atas segala kebutuhan keluarga, baik pangan, sandang, dan papan. Bahkan, tanggung jawab itu termasuk juga kebutuhan mental spiritual anggota keluarga. Istri bertanggung jawab menjaga kepercayan yang diberikan suami, baik harta, kehormatan, pemeliharan anak, dan penyiapan keperluan rumah tangga sehari-hari.

Keluarga sakinah menjadi keinginan orang berkeluarga. Di dalam keluarga sakinah terdapat keharmonisan berkeluarga. Keluarga akan menjadi surga yang memancarkan kedamaian dan kebahagiaan hidup. Kebersamaan, kerukunan, kerja sama, saling menghargai, saling menghormati, saling mengerti, saling memercayai menjadi ciri suatu keluarga sakinah. Bahkan, mawadah (kasih sayang) dalam keluarga menjadi hal yang utama sehingga keluarga akan dicurahkan rahmat oleh Allah SWT.

Keluarga yang seperti apa yang diidamkan oleh setiap muslim dalam berkeluarga? Rasulullah adalah model bagi umat Islam berkeluarga. Rasululah menyebutkan bahwa keluarga beliau merupakan kebahagiaan. Beliau adalah oyang yang terbaik dalam keluarga. Bahkan, ada yang menyebutkan dalam hadis yang perawinya tidak terlacak (bukan hadis), “Rumahku adalah surgaku.” Setiap orang yang berkeluarga pasti mendambakan demikian.

Suami sebagai kepala keluarga menjadi perhatian dari Rasulullah saw. Suami yang terbaik adalah suami yang terbaik pula kepada keluarganya. Bagaimana menjadi suami yang terbaik itu?

Idealnya suami itu adalah orang yang mampu dalam segala hal. Biasanya orang memandang bahwa suami yang terbaik itu adalah suami yang memiliki materi yang cukup sehingga dapat memenuhi segala keperluan keluarga. Apakah memang demikian? Berapa banyak suami yang yang memiliki harta yang cukup, bahkan berlimpah, tetapi tidak dapat mewujudkan keluarga yang sakinah. Jika kita berharap bahwa rumah kita adalah surga kita, tetapi bagi yang hanya mengandalkan materi itu justru rumahnya ada nerakanya.

Suami adalah pemimpin di dalam keluarga. Statusnya itu sudah melekat padanya begitu dia sudah melaksanakan akad nikah. Status itu diberikan karena memang ada kelebihan yang dimilikinya, baik secara kodrati maupun nonkodrati. Allah menjelaskan di dalam Al-Qur’an dengan firman-Nya,

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS An-Nisaa’: 34).

Suami yang baik tidak hanya memiliki kekecukupan harta, tetapi jauh lebih penting lagi memiliki agama dan kepribadian yang luhur. Harta hanya ikutan yang akan menambah kebahagiaan keluarga.

Syarat pertama menjadi suami yang terbaik adalah keimanan dan ketakwaan. Keimanan mendasari segala tindak dan perbuatan suami sebagai hamba dari Yang Maha Mengatur hidupnya. Keimanan orang itu berbeda-beda dan tingkatannya pun tidak sama. Suami yang terbaik adalah yang memiliki iman yang kukuh dengan ketakwaan sebagai barometernya. Suami yang bertakwa akan memuluskan kehidupannya, baik secara rohani maupun jasmani. Bekal ketakwaan itu penting sebagai suami yang akan menjadi pertahanan diri dalam menciptakan keluarga yang sejahtera dan bahagia. Kemuliaan seorang suami terletak pada ketakwaannya. Allah SWT berfirman,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu” (QS Al-Hujurat: 13).

Suami memiliki kewajiban untuk mencari nafkah keluarganya. Kewajiban itu dilakukan atas rasa tanggung jawabnya kepada keluarga. Allah berfirman,

وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

“Kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf” (QS al-Baqarah: 233).

Kerja keras suami dalam mencari nafkah keluarga sangat dituntut untuk menjadi seorang suami yang baik. Rezeki Allah SWT harus dicari dengan sungguh-sungguh dan sekuat tenaga. Namun, ada dua syarat lagi agar kerja keras bermakna, yakni kerja cerdas dan kerja ikhlas. Kerja cerdas akan membantu percepatan hasil kerja secara maksimal. Kerja cerdas didukung oleh ilmu, teknologi, dan keterampilan yang dimiliki sehingga pekerjaan itu sesuai dengan bidang keilmuan dengan hasil yang optimal. Sementara itu, kerja ikhlas akan menjadi pembeda kerja orang yang beriman dengan yang tak beriman. Kerja ikhlas akan memberikan nilai ibadah terhadap pelakunya karena mencari rida Allah SWT. Oleh karena itu, kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas merupakan kesatuan yang tak terpisahkan bagi suami, bahkan siapa pun yang menginginkan hasil maksimal dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT.

وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

Katakanlah, (wahai Muhammad), “Bekerjalah kamu! Maka, Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata. Lalu, diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah [9]: 105)

Kasih sayang menjadi penting dalam kehidupan berkeluarga. Suami harus mampu memberikakan kasih sayang yang terbaik. Kelembutan kepada istri sangat dituntut karena perempuan itu memiliki perasaan yang halus. Karena itu, perlakuan yang baik dan lembut kepada mereka sangat membantu kebahagiaan rumah tangga. Allah SWT berfirman,

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian, apabila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu. Padahal, Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (An-Nisa: 19)

Bahkan, Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat di atas berkata, “Perindah ucapan kalian terhadap mereka (para istri) serta perbagus perbuatan dan penampilan kalian sesuai dengan kadar kemampuan. Sebagaimana engkau menyukai jika ia (istri) berbuat demikian, engkau (semestinya) juga berbuat hal yang sama. Allah SWT berfirman dalam hal ini, “Dan para istri memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf.” (Al-Baqarah: 228)

Perbuatan yang makruf tidak hanya dilakukan melalaui tutur kata yang lembut, tetapi harus diikuti dengan sikap dan tindak tanduk yang menyenangkan istri. Di samping itu, suami juga harus memiliki kesabaran dalam mengahadapi istri. Sering terjadi kesalahpahaman karena suami tidak sabar terhadap istri dan anak-anaknya. Dalam menghadapi istri, suami harus sabar dan tidak egois. Jangan memaksakan kemauan sendiri. Banyak ketenangan rumah tangga terusik karena tutur kata, sikap yang tidak santun, ketiadaan kesabaaran, dan mau menang sendiri dari suami. Abu Hurairah RA merekam nasihat Rasulullah saw. tentang cara yang terbaik dalam menasihati wanita. Rasulullah saw. bersabda, “Sampaikanlah pesan kebaikan kepada kaum wanita karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika ingin meluruskannya, kalian mematahkannya; jika kalian biarkan saja, niscaya ia akan tetap bengkok.” (HR Bukhari-Muslim)

Jangan sampai terjadi seperti pada masa Rasululah saw. Banyak istri yang mengadu kapada keluarga Nabi Muhammad tentang sikap para suaminya. Rasulullah saw. lantas bersabda, “Sungguh telah banyak wanita yang mendatangi keluarga Muhammad untuk mengadukan suaminya. Mereka itu (para suami) bukanlah orang-orang yang terbaik di antara kalian semua.” (HR Abu Daud).

Jika suami mengerti tentang beratnya pekerjaan istri di rumah, baik menyiapkan makan, minum, mencuci pakaian, mengasuh dan mendidik anak, suami tidak akan merasa paling berjasa dan menjadi segala-galanya di rumah tangga. Sejak subuh istri sudah bekerja mempersiapkan keberangkatan suami bekerja dan anak-anak ke sekolah. Suami berangkat ke kantor atau tempat kerja, istri masih bekerja di rumah membersihkan rumah, mencuci pakaian, mengantarkan anak ke sekolah, mampersiapkan segalanya menyambut kepulangan suami dari kantor. Kadang-kadang ada suami yang tidak mengerti beban kerja istri di rumah sehingga—ada yang demikian—hal-hal yang berat harus dilakukan istri. Di sinilah kepekaan suami dalam menyikapi kondisi istri yang pekerjaannya dilakukan dengan ikhlas, tetapi suami terlalu banyak menuntut pekerjaan yang seharusnya tidak dilakukan istri.

Kerja sama di dalam keluarga penting sekali. Ada pekerjaan rumah tangga yang dapat dilakukan oleh suami untuk meringankan pekerjaan istri. Malukah suami jika menemani, bahkan membantu istri di dapur? Hilangkah harga diri suami jika suami membantu membersihkan sandal dan sepatu? Hinakah suami di depan istri jika suami membantu mengangkat air? Berkurangkah nilai suami jika suami ikut membersihkan kamar mandi? Mungkin ada yang mengatakan ya. Jika ada asisten rumah tangga boleh juga merasa kurang harga diri. Bagaimana jika pada hari tua kita tinggal berdua dengan istri.

Rasanya yang berat akan menjadi ringan jika dilakukan secara bersama. Jika suatu pekerjaan dilakukan dengan ikhlas, suatu pekerjaan tidak akan berat dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Rasulullah sendiri termasuk orang yang biasa membantu istrinya di rumah. Aisyah r.a. berkata,

كَانَ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ

“Rasulullah saw. berada dalam kesibukan membantu istrinya. Jika tiba waktu salat, beliau pun pergi salat.” (HR Bukhari).

Urwah bertanya kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah saw. jika ia bersamamu (di rumahmu)?”, Aisyah menjawab,

أَحَدُكُمْ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُخِيْطُ ثَوْبَهُ وَيَرْفَعُ دَلْوَهُ

“Ia melakukan (seperti) apa yang dilakukan oleh salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sendalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember.” (HR Ibnu Hibban).

Di dalam berumah tangga, suami harus memberikan yang terbaik untuk istri atau keluarganya. Rasulullah sebagai teladan para suami memberikan yang terbaik kepada keluarga beliau. Dalam sebuah hadis dari Mu’awiyah Al-Qusyairi r.a., ia bertanya pada Rasulullah saw. mengenai kewajiban suami pada istri. Lantas, Rasulullah saw. bersabda,

أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ وَتَكْسُوَهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ – أَوِ اكْتَسَبْتَ – وَلاَ تَضْرِبِ الْوَجْهَ وَلاَ تُقَبِّحْ وَلاَ تَهْجُرْ إِلاَّ فِى الْبَيْتِ

“Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan, engkau memberinya pakaian sebagaimana engkau berpakaian (engkau usahakan), engkau tidak memukul istrimu di wajahnya, dan engkau tidak menjelek-jelekkannya serta tidak memboikotnya (dalam rangka nasihat) selain di rumah.” (HR Abu Daud No. 2142)

Banyak teladan yang diberikan Rasulullah saw. kepada para suami agar mereka mampu berbuat sesuatu yang terbaik bagi istrinya. Kasih sayang dan kelembutan dalam pergaulan dengan mereka akan menentukan predikat suami yang terbaik. Bahkan, keromantisan terhadap istri pun sangat diperlukan agar suasana cair dan tidak kaku dapat terbentuk dalam menjaga hubungan yang mesra. Rasulullah saw. adalah sosok yang romantis terhadap istrinya. Aisyah r.a. berkata, “Bahwa Nabi saw. mencium sebagian istrinya, kemudian keluar menunaikan salat tanpa berwudu dahulu.” (HR Ahmad).

Bahkan, Anas bin Malik berkata, “Kemudian, kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi saw. menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah. Kemudian, beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki unta tersebut.” (HR Bukhari)

Doa seorang suami yang berpredikat terbaik akan memberikan warna kebahagiaan di dalam rumah tangga, baik terhadap istri maupun kepada anak-anaknya. Hal itu disebutkan dalam firman Allah SWT,

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Orang-orang yang berkata, “Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami) dan jadikanlah kami imam (panutan) bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS al-Furqaan: 74).

Akhirnya, menjadi suami yang terbaik terhadap keluarga sangat didambakan di dalam keluarga. Hal itu muncul dari niat baik yang sudah tertanam sejak mengawali pembentukan rumah tangga. Modal materi tidak cukup untuk menjadi suami yang terbaik. Kesiapan rohani yang berbekal keimanan dan ketakwaan menjadi penting di samping materi. Kasih sayang dan kelembutan terhadap istri menjadi faktor penting dalam membina keluarga sakinah dan bahagia. Peran suami sebagai kepala keluarga dan istri sebagai pendamping setia akan menentukan kedamaian dan kerukunan rumah tangga. Kerja sama antara suami dan istri dalam menciptakan keharmonisan rumah tangga begitu penting. Saling memahami, menghormati, memeryayai antara suami dan istri menjadi sesuatu yang perlu diperhatihan. Kesabaran suami akan membantu kehidupan rumah tangga yang harmonis. Semoga para suami menjadi suami yang terbaik terhadap keluarganya. Amin?

Walahul- muwafiq ila aqqamit-tariq

—++—-+——–

Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan pesantren Almuflihun yang diasuh oleh ust. Wahyudi Sarju Abdurrahmim, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899

Wassalamualaikum wr. wb.

Tangerang, 13 Juni 2020