Selagi Sempat Beramal Mengapa Harus Menunda?


Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

Assalamulaikum wr. wb.

Apa kabar saudaraku? Semoga Anda sehat walafiat dan dapat melakukan apa yang dapat Anda kerjakan hari ini sehingga tidak menunda esoknya karena kita tidak tahu apa yang terjadi pada diri kita nanti. Amin!

Rasulullah bersabda,

إن قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا

“Jika terjadi hari Kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari Kiamat untuk menanamnya, tanamlah.” (HR Bukhari dan Ahmad)

Pada saat kita berada hari ini, hari kemarin tidak akan datang lagi karena sudah berlalu. Kita tidak perlu menyesal jika ada yang seharusnya kita lakukan, ternyata luput dari kita. Yang penting bagaimana kita bisa berbuat hari ini untuk kita nikmati nantinya.

Di dalam kehidupan adakalanya orang menyesali sesuatu yang sudah terjadi. Padahal, yang berlalu tidak perlu lagi dipikirkan. Kalau ada suatu keberhasilan, itu dapat kita kita syukuri. Namun, kalau itu sebagai kegagalan, tidak perlu kita bersedih. Jadikan saja kegagalan itu sebagai pelajaran yang berharga dalam kehidupan sehingga tidak terulang lagi.

Mengapa ada orang yang menyesal terhadap masa lalunya? Penyesalan tidak ada gunanya. “Nasi sudah menjadi bubur”.Namun, hikmahnya dapat dipetik. Mengapa saya tidak melakukan itu dulu ya? Padahal, jika saya lakukan, pasti saya akan menjadi orang yang sukses, tidak seperti sekarang. Barmacam pikiran dan bayang-bayang masa lalu dapat muncul di dalam benak kita.

Hadis di awal mengingatkan kita jika ada kesempatan untuk melakukan yang terbaik untuk kita dan orang lain, mengapa harus menundanya. Betapa pentingnya melakukan sesuatu yang terbaik untuk masa depan walaupun kita tahu besok akan Kiamat. Pikiran kita yang awam mengatakan bahwa apa gunanya melakukannya, padahal Kiamat segera datang?

Rasulullah saw. sangat mementingkan perbuatan baik umatnya untuk masa depan yang lebih baik lagi. Beliau mendorong umatnya untuk memanfaatkan kesempatan yang dapat dilakukan hari ini dan jangan menunda sampai esoknya.

Hadis Rasulullah saw. itu dikuatkan oleh Umar bin Khattab ketika beliau berdialog dengan seorang tua renta.

عن عمارة بن خزيمة بن ثابت قال : سمعت عمر بن الخطاب يقول لأبي : ما يمنعك أن تغرس أرضك ؟ فقال له أبي : أنا شيخ كبير أموت غدا ، فقال له عمر : أعزم عليك لتغرسنها. فلقد رأيت عمر بن الخطاب يغرسها بيده مع أبي

Amarah bin Khuzaimah berkata, “Aku mendengar Umar bin Khathab berkata kepada bapakku, ‘Apa yang menghalangimu untuk menanam lahanmu?” Bapakku berkata, “Aku sudah tua renta yang akan mati besok.” Umar berkata, “Aku yakinkan Kau harus menanamnya.”
(Dalam As-Suyuti: al-Jami’ al-Kabir)

Umar adalah sahabat Nabi saw. yang memiliki jiwa visioner. Dia memberi semangat kepada orang lain yang sudah tua renta agar dapat berbuat sesuatu yang terbaik untuk generasi berikutnya. Apa yang kita tanam hari ini akan berguna bagi orang lain pada esok harinya.

Dalam hadis Rasulullah dari Ibnu Umar, beliau bersabda,

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِسَقَمِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ.

Jika engkau memasuki waktu sore, jangan menunggu waktu pagi dan jika engkau memasuki waktu pagi, jangan menunggu waktu sore. Ambillah kesempatan dari masa sehatmu untuk menghadapi masa sakitmu dan dari hidupmu untuk menghadapi kematianmu.” (HR. Bukhari)

Hadis itu berkaitan dengan pemanfataan waktu. Rasulullah saw. mendorong umatnya untuk melakukan apa yang dilakulan pada pagi hari dan jangan menundanya pada sore hari. Begitu pula sebaliknya bahwa apa yang dapat dilakukan pada sore hari jangan pula ditunda pada pagi hari.

Dalam kehidupan sehari-hari ada kelalaian yang terjadi pada umumnya di masyarakat kita dalam memanfaatkan waktu, khususnya umat Islam. Kurangnya pemanfaatan waktu itu terjadi bukan saja dalam peribadatan, melainkan juga pada saat bekerja. Hal itu berkaitan dengan kedisiplinan.

Sebetulnya, umat Islam sudah dilatih dan dibina kedisiplinannya melalui ibadah mahdah (ibadah yang sudah pasti, ibadah pokok), seperti salat dan puasa. Bukankah awal salat setiap waktu sudah terjadwal dan di awal waktu itu sudah dikumandangkan azan?

إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتْ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ كِتَٰبًا مَّوْقُوتًا

“Sesungguhnya salat itu adalah fardu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” ( QS An-Nisa: 103)

Begitu pentingnya salat dilakukan pada waktunya, Rasulullah bersabda untuk menjawab pertanyaan Ibnu Umar,

سَأَلْتُ النَّبِيَّ : أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ ؟ قَالَ : ((الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا))
“Aku bertanya kepada Nabi, ‘Amal apa yang paling disukai Allah?’ Nabi menjawab, ‘Salat pada waktunya.'” HR Bukhari-Muslim)

Bukankah awal puasa sudah terjadwal waktu imsak yang tidak dapat dilewati kalau azan subuh sudah berkumandang? Apabila masuk waktu magrib, waktu berbuka pun akan tiba dan tidak dapat didahului walau satu atau dua menit? Itu adalah bukti bahwa Islam sudah mendisiplinkan umatnya dalam mengatur waktu.

Andaikata umat Islam konsisten dengan disiplin waktu yang sudah dibiasakan pada waktu salat dan puasa, insyaallah mereka akan disiplin pula dalam segala hal. Jika tidak disiplin waktu, umat Islam perlu malu dengan bangsa lain seperti Jepang dan Barat yang sangat mementingkan kedisiplinan dan ketepatan waktu. Dari cara kerja saja, orang Jepang bekerja dengan serius. Dalam bekerja tidak ada pegawai atau karyawan yang dibolehkan menggunakan telepon seluler. Berbeda dengan pegawai atau karyawan kita, mereka bekerja tetap saja asyik bermain game atau media sosial.

Pemanfaatan waktu senggang sebelum tiba waktu sempit menjadi kewajiban muslim untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT dan amal saleh yang lain. Seorang muslim harus pandai menggunakan waktu sebaik-baiknya dalam menjaga keimanan dan amal salehnya. Allah SWT bersumpah dengan waktu agar orang beriman pandai mengatur waktu. Apabila tidak, manusia akan mengalami kerugian, seperti dalam surah Al-Ashr.

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-Ashr: 1-3)

Mengapa Allah SWT bersumpah dengan waktu. Tidak mungkin Allah SWT bersumpah dengan sesuatu yang tidak penting. Karena pentingnya waktunya, Allah SWT ingin menyampaikan hal yang terkait dengan pemanfaatan waktu. Jika waktu tidak digunakan dengan sebaik-baiknya, manusia akan mengalami kerugian dalam hidupnya. Kerugian itu meliputi kerugian di dunia dan di akhirat. Kerugian di dunia terjadi karena manusia akan digilas waktu karena tidak mampu memanfaatkannya dengan baik. Sementara di akhirat, mereka yang tidak cerdas mengelola waktu hingga waktunya menjadi sia-sia akan dicampakkan ke neraka. Ada mereka yang tidak akan merugi, yakni (1) orang beriman, (2) orang yang beramal saleh, (3) mereka yang saling menasihati dengan kebenaran, dan (4) mereka saling menasihati dengan kesabaran.

1. Orang beriman

Iman akan membentuk manusia menjadi mampu mengatur waktu sesuai dengan aturan Allah SWT dan Rasulullah saw. Dengan iman kehidupan manusia akan lebih terarah sehingga mereka akan berhasil dalam hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

2. Amal saleh

Orang yang beramal saleh berarti orang yang mampu mengisi waktu dengan perbuatan baik, baik manfaat itu dirasakan sendiri maupun berguna bagi orang lain. Di dunia mereka telah memberi manfaat bagi kehidupan orang lain dan di akhirat mereka akan selamat dari jilatan neraka.

3. Saling menasihati kepada kebenaran

Kebenaran adalah sesuatu yang memberikan mafaat bagi manusia. Kebenaran akan memberi motivasi untuk memantapkan keimanan dan mengaktifkan amal saleh sehingga kehidupan dunia dan akhiratnya berjalan di atas kebenaran.

4. Saling menasihati dalam kesabaran

Dalam kehidupan ada tantangan dan keterbatasan. Dalam manghadapi tantangan keimanan dan ketaatan kepada Allah perlu kesabaran. Sebaliknya, dalam menghadapi kemaksiatan diperlukan kesabaran pula. Apalagi dalam berusaha ada keterbatasan manusia dalam menerima takdir sehingga diperlukan kesabaran.
Kerugian manusia juga disebabkan oleh ketidakmapuannya melakukan yang bermanfaat dan meninggalkan yang tidak bermanfaat, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Padahal, Rasulullah saw. mengatakan bahwa meninggalkan yang tidak bermanfaat itu menjadi tugas mulia.

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

“Di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah (dia) meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.” [HR Tirmidzi No. 2317; Ibnu Majah No. 3976]

Ada syair yang dapat juga kita perhatikan dalam memanfaatkan waktu.

وَالْوَقْتُ أَنْفَسُ مَا عَنَيْتَ بِحِفْظِهِ … وَأَرَاهُ أَسْهَلَ مَا عَلَيْكَ يُضَيَّعُ

Waktu adalah perkara
paling mahal yang perlu engkau perhatikan untuk dijaga, tetapi aku melihatnya paling mudah engkau sia-siakan.

Sebagai hamba yang memahami arti waktu, kita dapat melakukan apa yang dapat kita lakukan hari ini dan jangan menundanya esoknya. Kita yakin bahwa kita tidak akan mendapat kesempatan yang sama pada esoknya. Menyia-nyiakan waktu adalah kerugian besar dalam kehidupan, baik dunia dan di akhirat.

Selagi kita bisa beramal saat ini jangan menundanya lagi nanti karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri kita esoknya. Amin!

Wa’alallahi falyatawakkalil mu’minuun.

Wassalamualikum wr wb.

Ciledug, 4 Juni 2020

—++—-+——–

Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan pesantren Almuflihun yang diasuh oleh ust. Wahyudi Sarju Abdurrahmim, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899