Rida dalam Beriman kepada Rasulullah saw

Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

‎السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Apa kabar saudaraku? Semoga kita senantiasa dianugerahi Allah SWT kesehatan yang prima, diteguhkan keimanan kita, dijadikan kita sebagai umat Nabi Muhammad saw. yang setia, Amin!

Allah SWT berfirman,

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ يَٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَىَّ مِنَ ٱلتَّوْرَىٰةِ وَمُبَشِّرًۢا بِرَسُولٍ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِى ٱسْمُهُۥٓ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ قَالُوا۟ هَٰذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ

“(Ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, ‘Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah rasul utusan Allah kepada kalian, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). Namun, ketika Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang nyata.’” (QS Ash-Shaf: 6)

Ayat tersebut menjelaskan kadatangan Muhammad saw. Nabi Muhammad sebagai rasul diberitakan oleh Nabi Isa a.s. kepada Bani Israil. Ada pesan Nabi Isa, yakni kerasulan Nabi Isa a.s. yang (1) membenarkan kitab sebelum kedatangan Nabi Isa, yaitu Kitab Taurat dan (2) memberi kabar gembira akan kedatangan seorang rasul sesudah Nabi Isa, yakni Ahmad (nama lain Muhammad). Artinya, kerasulan Nabi Muhammad saw. sudah disampaikan Allah SWT kepada Nabi Isa a.s. Namun, di akhir ayat disampaikan bahwa pada saat Nabi Muhammad saw. datang dengan membawa bukti kebenarannya orang-orang musyrik mengatakan bahwa kedatangan rasul itu suatu sihir atau omong kosong belaka.

Kebenaran kerasulan Nabi Muhammad saw. selain diberitakan oleh Nabi Isa a.s. juga dibenarkan oleh pendeta Nasrani setelah Nabi Muhammad mendapat wahyu pertama di Gua Hira. Nabi pulang dari tempat menyendirinya di Gua Hira dan mengingat keagungan wahyu yang diturunkan Allah SWT kepadanya sampai menggetarkan dirinya sehingga beliau penuh kekhawatiran. Setiba di rumah, Rasul pun meminta Khadijah untuk menyelimutinya.

Rasul menceritakan semua peristiwa yang dialaminya kepada Khadijah. Setelah mendengarkan peristiwa yang dialami Nabi, Khadijah mengajak suaminya menemui sepupunya, yakni Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul ‘Uzza yang menulis kitab Injil dalam bahasa Ibrani.
Setelah bertemu dengan Waraqah, Rasulullah pun menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya. Waraqah pun meyakini dan membenarkan kerasulan Nabi dan menyatakan apa yang dialami Nabi Muhammad sama seperti yang telah diturunkan Allah SWT kepada Nabi Musa a.s.

Waraqah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad akan disakiti dan diusir kaumnya. “Ini adalah Namus (nama lain Makalikat Jibril), seperti yang pernah Allah turunkan kepada Musa. Seandainya aku masih muda dan aku masih hidup saat kamu nanti diusir oleh kaummu, pasti aku akan menolongmu dengan semampuku,” kata Waraqah. Namun, Waraqah tidak mewujudkan apa yang diucapkannya ketika kaum kafir Quraisy menyakiti Nabi karena dia terlebih dulu meninggal dunia.

Kerasulan Nabi Muhammad saw. tidak begitu mudah diterima oleh kaum Quraisy. Perlawanan dan intimidasi sebagimana yang disampaikan Waraqah itu betul-betul dirasakan oleh Rasulullah saw. dalam menyampaikan wahyu. Orang-orang tertentu pada awalnya dapat menerima risalah kenabian itu, termasuk Abu Bakar Siddik.

Perkembangan ajaran Islam pada periode Mekah selama tiga belas tahun tidak terlalu menggembirakan. Penduduk Mekah yang menerima ajaran Nabi tidak terlalu banyak jika dilihat dari masanya yang cukup lama. Penolakan, penghinaan, penyiksaan, dan penganiayaan yang dilakukan oleh orang-orang terdekat dan kaumnya begitu hebat.

Berbagai cara dilakukan oleh pemimpin suku di Mekah untuk menghentikan ajakan menauhidkan Allah dan dakwah untuk tidak menyekutukan Allah SWT. Namun, kebenaran itu lambat tapi pasti dapat diterima oleh masyarakat Mekah.

Begitu Rasulullah dan para sahabat berhijrah ke Medinah cahaya Islam makin bersinar. Kekuatan muslimin pun makin terlihat sehingga Islam dapat diterima oleh penduduk Medinah dan suku-suku di kawasan Arab. Akhirnya, Islam dan risalah Nabi Muhammad diterima oleh sebagian besar penduduk dunia, termasuk kita saat ini menjadi pengikut setia Rasulullah saw.

Rasulullah diutus oleh Allah SWT sebagai rasul untuk seluruh manusia. Bukan saja untuk orang Arab—sebagaimana didengung-dengungkan oleh orientalis–, melainkan untuk manusia dari berbagai suku dan bangsa di dunia sampai akhir zaman. Berbeda dengan para rasul sebelumnya yang misinya hanya terbatas pada kaumnya masing-masing, kerasulan Nabi Muhammad menyeluruh dan menjadi penyempurna kerasulan sebelumnya, sebagaimana firman Allah SWT,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ رُسُلًا إِلَىٰ قَوْمِهِمْ فَجَآءُوهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ فَٱنتَقَمْنَا مِنَ ٱلَّذِينَ أَجْرَمُوا۟ ۖ وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ ٱلْمُؤْمِنِينَ

“Sesungguhnya Kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang rasul kepada kaumnya. Mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (QS Ar-Rum: 47)

Kerasulan Nabi Muhammad saw. justru untuk seluruh manusia, bahkan kedatangannya menjadi rahmat bagi sekalian alam, sebagaimana firman Allah SWT,

وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ

“Tiadalah Kami mengutus kamu, kecuali untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya: 107)

Kerasulan Nabi Muhammad itu membenarkan para rasul dan kitab-kitab yang diturunkan sebelum kerasulannya. Para nabi yang telah diutus Allah SWT sebelum Nabi Muhammad yang jumlahnya ratusan itu dibenarkan oleh Rasulullah saw. Begitu pula kitab-kitab yang disampaikan kepada umatnya, seperti Suhuf kepada Nabi Ibrahim, Taurat kepada Nabi Musa a.s., Zabur kepada Nabi Daud a.s., dan Injil kepada Nabi Isa a.s. dibenarkan, bahkan ada hukum kitab-kitab terdahulu dilanggengkan oleh kerasulan Nabi Muhammad melalui kitab suci wahyu Al-Qur’an dan sunahnya.

نَزَّلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنزَلَ ٱلتَّوْرَىٰةَ وَٱلْإِنجِيلَ

“Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya, membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan Injil.” (QS Ali Imran: 3)

Keliru besar jika Islam itu ajaran baru yang dibuat-buat oleh Nabi Muhammad saw. . Islam adalah ajaran pelanjut ajaran para nabi dan rasul sebelumya. Ajaran dasarnya adalah ajaran tauhid yang disampaikan oleh para rasul terdahulu. Namun, manusia yang tidak mengimani kitab suci sebelumnya dengan baik sehingga menolak ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Tidak ada satu pun nabi dan rasul menyampakan ajaran syirik, yakni ajaran yang menjadikan Allah itu bersekutu (lebih dari satu).

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ ٱلضَّلَٰلَةُ ۚ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ

“Sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Tagut itu.’ Di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka, berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS An-Nahl: 36)

Nabi Muhammad saw. merupakan nabi terakhir yang ajarannya sudah sempurna.
dengan misi dan tugas kepada umat manusia sebagai rahmat bagi sekalian alam.
Misi dan tugasnya adalah mengajarkan ketauhidan dan membawa agama yang benar, membawa kabar gembira dan peringatan , memperpaiki akhlak manusia, dan membangun manusia yang mulia dan bermanfaat.

Pertama, mengajarkan tauhid dan membawa agama yang benar.
Nabi Muhammad saw. diutus oleh Allah SWT dengan misi menuhankan Allah Yang Esa. Dialah Tuhan yang benar dan tiada Tuhan selain Dia. Karena itu, agama Islam adalah agama tauhid yang sebagai ajaran yang benar. Allah SWT berfirman

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

“Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku. Maka, sembahlah Aku”. (QS Al-Anbiya: 25)

Kebenaran agama yang yang dibawa Rasululalh saw diungkapkan oleh Allah SWT seperti pada firman-Nya,

هُوَ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ لِيُظۡهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدٗا

“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (QS Al-Fath: 28)

Kedua, membawa kabar gembira dan peringatan.
Misi Rasulullah yang lain adalah memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman dengan kerasulan Nabi Muhammad saw. Kabar gembira berupa berupa kelselamatannya di dunia dan di akhirat dengan ganjaran surga sebagai balasan amal salehnya. Sebaliknya, Rasululah saw. juga memberi peringatan dan ancaman terhadap orang yang mengingkari kerasulannya, mengingatkan mereka agar tidak berbuat kesyirikan, kejahatan, dan kemaksiatan karena mereka akan mendapat balasan yang setimpal dengan perbuatannya dan akan dimasukkan ke dalam neraka.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ إِنَّآ أَرۡسَلۡنَٰكَ شَٰهِدٗا وَمُبَشِّرٗا وَنَذِيرا وَدَاعِيًا إِلَى ٱللَّهِ بِإِذۡنِهِۦ وَسِرَاجٗا مُّنِيرٗا

“Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi serta pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” (QS Al-Ahzab: 45–46)

Ketiga, memperbaiki akhlak manusia.
Akhlak manusia sebelum dan saat Nabi Muhammad saw. diutus menjadi rasul rusak dan bobrok. Masa kebodohan (jahiliah) dalam keimanan, perilaku, dan kemasyarakatan begitu merajalela di kalangan musyrikin Mekah dan umat manusia. Terputusnya rasul sekitarn hampir enam abad menyebabkan kondisi moral manusia rusak. Oleh karena itu, Allah mengirim Rasulullah saw. untuk mengubah perilaku kasar dan dekadensi moral di kalangan kaum Arab. Rasulullah saw. berabda,
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR Bukhari, Baihaqi, Ahmad, dan Hakim dari Abu Hurairah)

Pribadi Rasulullah saw. sendiri merupakan sosok yang memiliki akhlak yang agung dan menjadi teladan bagi umat manusia. Keagungan akhlak Rasulullah saw. itu dijelaskan melalui firman Allah SWT,
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Keempat, membangun manusia yang mulia dan bermartabat.
Nabi Muhammad saw. memiliki misi mengajarkan persamaan derajat manusia di sisi Alah SWT. Tidak ada perbedaan antarmanusia, tidak ada perbedaan antara orang Atab dan non-Arab. Semuanya sama derajatnya. Yang membedakannya ketakwaan. Allah SWT berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Al-Hujurat:13

Bahkan, Rasulullah ketika melaksanakan haji wadak (perpisahan) bersabda, “ Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Tuhan kamu Esa, ayah kamu satu, tiada kelebihan orang Arab atas non-Arab, tidak juga non-Arab atas orang Arab, atau orang (berkulit) hitam atas yang (berkulit) merah (yakni putih), tidak juga sebaliknya, kecuali dengan takwa. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” (HR Al-Baihaqi melalui Jabir Ibn Abdillah)

Sebagai umat Nabi Muhammad saw., kita wajib mengimani dengan keimanan yang benar bahwa Nabi Muhammad saw. adalah manusia pilihan yang diutus Allah SWT kepada umat menusia membawa wahyu untuk kebahagiaannya, baik di dunia maupun di akhirat. Kebenaran kerasulannya betul-betul kita terima dengan rida sebagai wujud keimananan kita kepada Baginda Rasululah saw. Di samping itu, kita rida pula ajaran Islam itu kita jadikan aturan hidup, baik secara pribadi, keluarga, dan masyarakat.

Ungkapan yang layak kita ucapkan adalah,

رضيت بالله ربًا وبالإسلام دينًا، وبمحمد رسولًا

“Aku rida terhadap Allah sebagai Tuhanku, Islam agamaku, dan Nabi Muhammad Rasulku.” (HR Muslim No. 386).

‎السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ‎و

Tangerang, 28 Juni 2020