Relasi Antara Pengetahuan, Filsafat dan Agama (Bagian XXXV)

Oleh: Wahyudi Sarju Abdurrahim, Lc. M.M

اَمَّا بَعْدُ فَاِنَّ الفِرْقَةَ النَّاجِيَةَ (1 (مِنَ السَّلَفِ اَجْمَعُوا عَلَى الإِعْتِقَادِ بِأَنَّ العَالَمَ كلَّهُ حَادِثٌ خَلَقَهُ االلهُ مِنَ العَدَمِ وَهُوَ اَىِ العَالَمُ) قَابِلٌ لِلفَنَاءِ (2 (وَعَلَى اّنَّ النَّظْرَ فِى الكَوْنِ لِمَعْرِفَةِ االلهِ وَاجِبٌ شَرْعًا (3 (وَهَا نَحْنُ نَشْرَعُ فِى بَيَانِ اُصُولِ العَقَائِدِ الصَّحِيْحَةِ.

Kemudian dari pada itu, maka kalangan ummat yang terdahulu, yakni mereka yang terjamin keselamatannya (1), mereka telah sependapat atas keyakinan bahwa seluruh ‘alam seluruhnya mengalami masa permulaan, dijadikan oleh Allah dari ketidak-adaan dan mempunyai sifat akan punah (2). Mereka berpendapat bahwa memperdalam pengetahuan tentang ‘alam untuk mendapat pengertian tentang Allah, adalah wajib menurut ajaran Agama (3). Dan demikianlah maka kita hendak mulai menerangkan pokok-pokok kepercayaan yang benar.

Syarah HPT:
Kata Kunci: Kata Kunci: لِمَعْرِفَةِ االلهِ وَاجِبٌ شَرْعًا (Untuk mendapat pengertian tentang Allah, adalah wajib menurut ajaran Agama).
Manusia dilahirkan dengan tanpa memiliki pengetahuan. Hanya saja Tuhan menganugerahkan akal pikiran dan panca indera kepada manusia. Dengan ini pula, manusia dapat memperoleh pengetahuan. Friman Allah:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberi kamu pengetahuan, pengelihatan dan hati, agar kamu bersyukur (QS. Al-Nahl: 78).
Islam sendiri menyeru umatnya agar selalu mencari pengetahuan sejak kita masih dalam buaian ibu hingga ajal menjemput nyawa. Bahkan orang yang menuntut ilmu derajatnya sama dengan para pejuang di jalan Allah. Sabda Rasulullah saw:

مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبُ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ
Artinya : ” “Barang siapa keluar dalam rangka mencari ilmu, maka dia berada di jalan Allah sampai ia pulang” (HR. Turmidzi).
Banyak pandangan sejarawan tentang keberadaan manusia dengan Tuhan. Dia antaranya adalah pendapat yang menganggap bahwa manusia kenal Tuhan muri karena interaksi manusia dengan alam raya. Pandangan ini tentu sangat materialistic dan sekadar melihat Tuhan sebagai kebutuhan manusia saja, bukan sesuatu yang sifatnya pasti.
Bagi mereka bahwa manusia tidak pernah lepas dari usaha untuk menundukkan alam dengan menggunakan akal pikirannya. Makin lama, pengalaman dan pengetahuan manusia semakin meluas. Manusia semakin jeli dan dapat membedakan sesuatu yang berada disekitarnya secara lebih mendetail. Manusia juga dapat mengambil manfaat dari segala sesuatu yang ada di lingkungannya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Ketika manusia melihat dua batu yang saling berbenturan kemudian menimbulkan titikan api, manusia berfikir bahwa batu dapat digunakan untuk membantu manusia dalam berbagai hal. Mula-mula barangkali hanya untuk menerangi goa-goa, namun bersama dengan perputaran waktu, manusia mulai mengetahui fungsi api secara lebih luas. Ketika manusia melihat bahwa batu yang berbenturan dengan benda tertentu menimbulkan keretakan misalnya, manusia primitif pun berpikir bahwa batu dapat digunakan sebagai alat untuk berburu, sebagai senjata dan lain sebagainya.
Arah pikiran manusia primitif sangat sederhana, karena kebutuhan hidup mereka masih dicukupi dengan alam sekitar mereka. Meski demeikian, manusia tetap butuh Tuhan Sang maha Esa. Bagi manusia primitive yang tak mengenal Tuhan, mereka percaya dengan kekuatan supranatural yang berada di luar mereka. Mereka pun menyembah alam, benda-benda di sekitarnya atau hewan-hewan buas yang dianggapnya mempunyai kekuatan gaib.
Secara fitrah manusia memang akan mengenal Tuhan. Dengan melihat fenomena alam yang sedemikian indah dan teratur, mereka berkeyakinan bahwa dibalik ini semua pasti ada Tuhan yang menciptakan. Mereka juga berupaya untuk memberikan tafsirkan atas berbagai gerakan dan kehidupan di alam raya sesuai dengan kemampuan mereka saat itu.
Bersama dengan putaran waktu, pengetahuan manusia primitif semakin bertambah. Mereka mulai berpikir bahwa sesuatu yang dulu diyakininya sebgai Tuhan ternyata tidak mampu memberikan solusi terhadap berbagai masalah yang sedang mereka hadapi. Manusia juga berpikir bahwa fenomena alam yang sedemikian indah dan teratur ini tidak mungkin diciptakan dari banyak Tuhan. Dari sini manusia mulai percaya bahwa di sana hanya ada satu Tuhan saja.
Semakin lama pengetahuan manusiapun semakin meluas sehingga satu persatu pengetahuan dapat berdiri sendiri secara tematis. Perlahan-lahan, pengetahuan mulai menjadi sebuah ilmu yang memiliki berbagai cabang sesuai dengan tema dan tujuannya masing-masing. Dari sini berkembanglah ilmu filsafat yang dapat menilai sesuatu secara lebih menyeluruh dan logis. Ilmu pun berkembang dengan filsafat, dan hal ini dapat dimanfaatkan manusia untuk mengimbangi kebutuhan mereka dalam berinteraksi dengan realitas. Dengan ini pula peradaban dapat berkembang sesuai dengan perkembangan pengetahuan manusia.
Anggapan di atas tentu banyak sisi kelemahan. Kita percaya bahwa sejak pertama kali manusia diciptakan, yaitu nabi Adam as, manusia telah mengenal Tuhan dan diajarkan tentang system interaksi dengan Tuhan. Manusia telah mengenal hokum syariat dan tata cara beribadah dengan TUhan. Bukan alam raya yang mengajarkan manusia tentang Tuhan, namun Tuhan secara langsung mengajarkan manusia tentang Tuhan. Namun dalam perjalanan sejarah, manusia lupa dan lalai dengan Tuhan. Pada akhirnya, muncul berbagai aliran sesat dan menyimpang dan bertentangan dengan hukum yang telah Allah ajarkan kepada nabi Adam.
Kita tetap percaya bahwa agama pertama adalah tauhid. Firman Allah:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku” (QS. al-Anbiya’: 25).

Namun manusialah yang kemudian mendistorsi agama. Karena agama adalah fitrah manusia yang diberikan Tuhan semenjak manusia diciptakan. Firman Allah:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah alah yang telah menciptakan manusia menurut firah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. al-Rûm: 30).
Sabda Rasulullah saw:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Artinya: “Manusia dilahirkan dalam keadaan suci, maka orang tuanyalah yang akan menjadikannya menganut agama yahudi atau nasrani atau majusi (HR Bukhori).
Tuhan mengutus para rasul agar mereka meluruskan apa yang telah melenceng dari pemahaman manusia tentang ketuhanan. Ketika Tuhan menurunkan agama serta memberikan kitab suci sebagai petunjuk bagi manusia, bukan berarti Tuhan melarang manusia untuk menggunakan akal pikirannya. Bahkan dengan berpikir dan merenungi ciptaan Tuhan, manusia akan menyadari bahwa firman Tuhan itu benar.
Seringkali muncul pertanyaan, mungkinkah agama dapat bertemu dengan pengetahuan, antara wahyu dengan akal, antara filsafat dengan agama atau antara ilmu dengan agama? Di Barat, pertanyaan seperti ini muncul terutama semenjak masa pencerahan. Namun dalam Islam, antara akal, agama dan ilmu pengetahuan dapat berjalan beriringan. Tidak pernah ada benturan antara ilmu pengetahuan dengan agama atau akal.
Dalam Islam, antara ilmu pengetahuan dengan agama dapat berjalan secara harmonis tentu ini berbeda dengan agama sejarah peradaban Barat di mana pernah terjadi benturan antara ilmu pengetahuan dengan dewan gereja (agama Kristen). dari sini muncul paham sekuler yang memisahkan antara agama dan ilmu pengetahuan. Agama hanya bertugas untuk mengurusi manusia dengan Tuhan. Posisinya pun, hanya cukup berada di rumah ibadah saja, tidak lebih dari itu.
Dalam Islam sejarah kelam seperti ini tidak pernah terjadi. Maka bagi mereka yang menyerukan pada paham secular di dunia Islam, mereka adalah orang yangtidak memahami sejarah Islam. Mereka hanya melihat pada sejarah peradaban Barat dan mencoba untuk menjeneralisir peradaban Barat ke peradaban lain, termasuk dunia Islam. mereka ini sesungguhnya salah alamat.
Pada mulanya filsafat berkembang sebagai ekspresi manusia sebagai bentuk kecintaan terhadap hikmah serta bertujuan untuk menyingkap sesuatu yang janggal dalam alam realitas. Filsafat dapat mengekspresikan hubungan saling mempengaruhi antara manusia dengan alam semesta. Pemahaman seperti inilah yang berkembang pada masa keemasan peradaban Islam. Bahkan dapat dikatakan bahwa filsafat Islam merupakan puncak kreatifitas akal. Filsafat Islam mempunyai pengaruh besar terhadap pencerahan di dunia Barat. Buku-buku karya Ibnu Rusd seperti faslul maqal Fi Ma Baina Asy-Syariah fal Hikmah Minal Ittishal memberikan pengaruh luarbiasa terhadap kebangkitan pemikiran filsafat di dunia Barat.
Para ulama dan filosof Islam terdahulu menganggap bahwa pengetahuan adalah bagian dari fisafat. Mereka selalu berupaya untuk menemukan berbaga solusi yang berkaitan dengan alam fisik dan alam metafisik. Imam Al-Rozi adalah seorang dokter sekaligus serang filosof besar. Dalam mengkaji ilmu kedokteran dan filsafat, ia tidak segan-segan untuk memberikan kritikan kepada mereka yang berlawanan dengan pendapatnya. Studi mengenai alam fisik dilakukan dengan menggunakan metodologi riset. Demikian pula yang dilakukan oleh Ibnu Sina dan para filosof Islam lainnya.
Ringkas kata bahwa dalam Islam terdapat hubungan erat antara agama, pengetahuan dengan filsafat. Agama tidak dapat dipisahkan dari pengetahuan, dan filsafat dapat membantu manusia untuk mengetahui kebenaran.

—++—-+——–

Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan pesantren Almuflihun yang diasuh oleh ust. Wahyudi Sarju Abdurrahmim, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899