Orang Kaya yang Taat kepada Allah SWT

Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

Assalamualaikum wr. wb.

Apa kabar saudaraku? Semoga kita tetap diberikan nikmat iman, Islam, dan sehat sehingga kita tetap mampu menjaga ketaatan kepada Allah SWT. Amin!

Allah SWT berfirman,

وَوَهَبْنَا لِدَاوُودَ سُلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ

“Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, Dia (Sulaiman) adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS Shad: 30)

Nabi Sulaiman diberikan oleh Allah SWT kekuasaan yang tidak ada yang menyainginya. Pada saat itu ada kerajaan di Yaman yang dipimpin oleh seorang ratu yang menurut ukuran saat itu sudah hebat. Namun, Kerajaan Sulaiman melebihinya. Sulaiman sebagai raja dan pasukannya bukan saja manusia, melainkan juga jin, binatang, ikan, dan kekuatan alam yang lain, seperti angin. Semuanya tunduk kepada Sulaiman. Nabi Sulaiman mampu memerintahkan apa saja yang dinginkan dan mampu pula berbicara dengan bahasa masing-masing. Nabi Sulaiman berdoa untuk memiliki kerajaan yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun,

قالَ رَبِّ ٱغْفِرْ لِى وَهَبْ لِى مُلْكًا لَّا يَنۢبَغِى لِأَحَدٍ مِّنۢ بَعْدِىٓ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ

“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun sesudahku.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (QS Shad: 35)

Bahkan, bukan hanya kerajaan yang diminta oleh Sulaiman, melainkan juga kekayaan seperti doanya,

ربِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

“Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS An-Naml [27]: 19)

Allah SWT mengabulkan doanya, baik kerajaan yang kuat dan kekayaan yang berlimpah. Hebatnya kekuasaannya, kuatnya kerajaannya, dan berlimpahnya kekayaannya tidak menyebabkan dia angkuh. Ia tetap bersyukur atas nikmat Allah SWT walaupun istananya gemerlap dengan bertatahkan intan permata dan ornamen istana terdiri atas emas murni yang bisa menimbulkan decak kagum orang yang memandangnya.

Betapa hebat kerajaan Sulaiman. Pasukannya terdiri atas bebagai kelompok, termasuk binatang. Suatu hari Nabi Sulaiman menginspeksi pasukannya. Dia tidak melihat burung hudhud ada dalam barisan. Sulaiman kesal karena hudhud mangkir dari barisan sehingga dia berkata ingin menyembelih hudhud, yang tergambar dalam firman Allah SWT,

وَتَفَقَّدَ ٱلطَّيۡرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَآ أَرَى ٱلۡهُدۡهُدَ أَمۡ كَانَ مِنَ ٱلۡغَآئِبِينَ ٢٠ لَأُعَذِّبَنَّهُۥ عَذَابٗا شَدِيدًا أَوۡ لَأَاْذۡبَحَنَّهُۥٓ أَوۡ لَيَأۡتِيَنِّي بِسُلۡطَٰنٖ مُّبِينٖ ٢١ فَمَكَثَ غَيۡرَ بَعِيدٖ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ وَجِئۡتُكَ مِن سَبَإِۢ بِنَبَإٖ يَقِينٍ ٢٢ إِنِّي وَجَدتُّ ٱمۡرَأَةٗ تَمۡلِكُهُمۡ وَأُوتِيَتۡ مِن كُلِّ شَيۡءٖ وَلَهَا عَرۡشٌ عَظِيمٞ ٢٣ وَجَدتُّهَا وَقَوۡمَهَا يَسۡجُدُونَ لِلشَّمۡسِ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَعۡمَٰلَهُمۡ فَصَدَّهُمۡ عَنِ ٱلسَّبِيلِ فَهُمۡ لَا يَهۡتَدُونَ ٢٤ أَلَّاۤ يَسۡجُدُواْۤ لِلَّهِ ٱلَّذِي يُخۡرِجُ ٱلۡخَبۡءَ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَيَعۡلَمُ مَا تُخۡفُونَ وَمَا تُعۡلِنُونَ ٢٥ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡعَظِيمِ۩ ٢٦ ۞قَالَ سَنَنظُرُ أَصَدَقۡتَ أَمۡ كُنتَ مِنَ ٱلۡكَٰذِبِينَ ٢٧

“Dia memeriksa burung-burung, lalu berkata, ‘Mengapa aku tidak melihat hudhud? Apakah dia termasuk yang tidak hadir? Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya, kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.’ Maka, tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu berkata, ‘Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah, dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka. Lalu, ia menghalangi mereka dari jalan (Allah sehingga mereka tidak dapat petunjuk agar mereka tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan yang disembah, kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai ´Arasy yang besar”. Sulaiman berkata, ‘Akan kami lihat apa kamu benar ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.’” (QS An-Naml: 21-27)

Hudhud datang pada waktunya. Hudhud menjelaskan apa yang terjadi di negeri Saba. Ratu yang memimpin kaumnya dengan singgasa yang besar dan menyembah matahari itu adalah Bilkis. Apa yang disampaikan tentang penguasa di Saba, Yaman yang juga memiliki kekayaan yang luar biasa menyebabkan Sulaiman ingin memastikan apakah benar demikian atau hudhud itu berbohong. Namun, berita itu adalah suatu kebenaran yang terjadi bahwa penguasa yang hebat menyembah matahari.

Sulaiman menunjukkan kehebatannya dengan berkirim surat yang diantarkan juga oleh hudhud untuk mengajak ratu dan kerajaannya menyembah Allah SWT. Awalnya datang keraguan pada Bilkis dengan mengirimkan hadiah kepada Sulaiman berupa emas dan permata yang diantarkan oleh utusan Ratu Bilkis. Namun, sesampai di Istana Sulaiman yang lebih megah lagi, hadiah itu ditolak oleh Sulaiman yang baginya tidak ada akan melebihi apa yang ia miliki.

Utusan itu kembali ke Sana. Undangan yang diberikan Sulaiman melalui utusan Ratu Bilkis untuk datang ke istananya disampaikan kepada sang Ratu. Timbul kekhawatiran dari dirinya dan disampaikan perihal itu kepada para menterinya. Namun, mereka menyerahkan kepada kebijaksanaan Ratu sehingga Bilkis mengabulkan undangan Sulaiman.

Sebelum Ratu Bilkis sampai di istana Sulaiman, Nabi Sulaiman meminta kepada siapa saja untuk dapat memindahkan Istana Ratu Bilkis itu ke Istana Sulaiman. Ifrit dari kalangan jin berkata bahwa dia mampu memindahkannya sebelum Nabi Sulaiman berdiri dari tempat duduknya. Namun, salah seorang yang memiliki kemampuan ilmu yang luar biasa justru mampu memindahkan istana itu sebelum mata bekerdip. Hal itu dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an,

قَالَ عِفۡرِيۡتٌ مِّنَ الۡجِنِّ اَنَا اٰتِيۡكَ بِهٖ قَبۡلَ اَنۡ تَقُوۡمَ مِنۡ مَّقَامِكَ‌ۚ وَاِنِّىۡ عَلَيۡهِ لَـقَوِىٌّ اَمِيۡنٌ. قَالَ الَّذِىۡ عِنۡدَهٗ عِلۡمٌ مِّنَ الۡـكِتٰبِ اَنَا اٰتِيۡكَ بِهٖ قَبۡلَ اَنۡ يَّرۡتَدَّ اِلَيۡكَ طَرۡفُكَ‌ؕ فَلَمَّا رَاٰهُ مُسۡتَقِرًّا عِنۡدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنۡ فَضۡلِ رَبِّىۡ‌ۖ لِيَبۡلُوَنِىۡٓ ءَاَشۡكُرُ اَمۡ اَكۡفُرُ‌ؕ وَمَنۡ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهٖ‌ۚ وَمَنۡ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّىۡ غَنِىٌّ كَرِيۡمٌ

• “Ifrit dari golongan jin berkata, ‘Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu. Sungguh, aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya.’ Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, ‘Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. Maka, ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, ‘Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan siapa ingkar, sesungguhnya Tuhanku Mahakayalagi Mahamulia.” (QS An-Naml: 39—40)

Ada hal yang penting dicatat dari kehebatan Nabi Sulaiman dengan kekuasaan dan kekayaan yang dianegerahkan Allah SWT berkat doanya adalah pernyataan Sulaiman,

هٰذَا مِنۡ فَضۡلِ رَبِّىۡ‌ۖ لِيَبۡلُوَنِىۡٓ ءَاَشۡكُرُ اَمۡ اَكۡفُرُ‌ؕ وَمَنۡ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشۡكُرُ لِنَفۡسِهٖ‌ۚ وَمَنۡ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّىۡ غَنِىٌّ كَرِيۡمٌ

“Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan siapa yang ingkar, sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.” (QS An-Nahl: 40)

Di dalam kehidupan kekuasaan adakalanya diberikan Allah SWT kepada manusia. Mereka yang mendapat kekuasaan itu tidak banyak. Ada orang yang memperoleh kekuasaan itu dengan amanat yang diberikan kepadanya, baik melalui penunjukan maupun pemilihan atau sekesi. Ada pula kekuasaan itu diperolehnya melalui warisan. Bahkan, ada pula yang mendapatkannya tanpa diinginkan, tetapi kepercayaan itu diberikan kepadanya tanpa diperkirakan sebelumnya.

Orang yang mendapatkan kekuasaan itu melaui apa pun pada dasarnya adalah amanah yang harus dijalankan. Lazimnya, ada pengangkatan melalui pembacaan sumpah untuk dapat melaksanakan tugas dan kepercayaan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, penerima amanah itu tidak main-main dengan sumpahnya.

Mengucapkan sumpah paling mudah, tetapi melaksanakaan amanah dengan sebaik-baiknya sesuai dengan sumpahnya itu sulit. Betapa banyak orang yang bersumpah untuk tidak menerima apa pun terkait dengan jabatannya justru dalam perjalanan jabatannya tetap saja menerima “upeti” atau sogok untuk kepentingan orang tertentu, baik memuluskan pekerjaan maupun untuk tujuan tertentu. Di sinilah pentingnya komitmen berupa keyakinan bahwa jabatan itu amanah. Amanah harus dlaksanakan dengan sebaik-baiknya. Mukmin yang istikamah dengan imannya tidak akan melanggar amanah yang diberikan.

Mengapa begitu marak kasus korupsi di negara kita? Apakah mereka yang melakukan korupsi itu tidak disumpah sebelum memegang jabatannya? Mereka disumpah sesuai dengan agamanya masing-masing. Yang muslim disumpah dengan menaruh Al-Qur’an di atas kepalanya. Yang nonmuslim pun disumpah di atas kitab sucinya. Pertanyaannya mengapa korupsi masih terjadi?

Seseorang melakukan korupsi bertujuan ingin mendapatkan uang dan harta benda sebanyak mungkin. Tidak ada orang yang korupsi hanya sekadar iseng. Korupsi dilakukan secara sadar dan diam-diam atau terang-terangan. Diam-diam dilakukan melalui orang ketiga seolah-olah dia tidak berbuat. Namun, hakikatnya dia melakukannya, tetapi strateginya menghilangkan kesan atau jejak.

Apa pun dan cara apa pun yang dilakukan manusia bagi Allah SWT tidak ada yang tersembunyi. Pencatat setia (dua malaikat) tetap melakukan tugasnya mencatat perbuatan jahatnya itu. Sadarkah pelaku korupsi itu bahwa Allah SWT selalu mengawasi perbuatannya? Mereka pasti tahu dan sadar. Namun, karena Allah SWT gaib, dia seolah-olah menutup mata terhadap Pengawas Yang Mahatahu apa yang dilakukan hamba. Allah SWT berfirman,
وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ

“Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan. [QS An-Nahl/16: 19]

Kekayaan yang diperoleh dengan cara yang tidak halal akan menjadi bencana dalam kehidupan. Di samping dapat menimbulkan ketidaktenangan penggunanya, harta itu juga tidak akan membawa berkah. Keberkahan itu akan dapat diperoleh jika pemerolehahannya benar, sesuai dengan kehalalannya. Karena itu, doa yang harus disampaikan agar yang kita terima itu sesuatu yang halal dan terjauh dari yang haram.

اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal dari-Mu dan jauhkanlah aku dari yang Engkau haramkan. Cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dan jauhkan dari bergantung pada selain-Mu. (HR Tirmidzi No. 3563 dan Ahmad 1: 153)

Nabi Sulaiman adalah sosok yang menyadari bahwa kekayaan yang diperolehnya itu secara halal merupakan anugerah Allah SWT yang patut disyukuri. Makin kaya seseorang seharusnya makin dekat kepada pemberi kekayaan sebagaimana Nabi Sulaiman telah menunjukkan kesyukuran dan ketaatannya kepada Allah SWT. Namun, kebanyakan manusia makin kaya dirinya makin jauh dari pemberi rezeki. Muncul kesombongan bahwa dengan kekayaan itu dia dapat melakukan apa saja yang diinginkan. Ia pun bebas mengikuti hawa nafsunya. Oleh karena itu, kekayaan itu menyebabkan lupa diri dan lalai untuk taat kepada Allah SWT. Allah SWT memperingatkan dalam Al-Qur’an,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلَٰدُكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ

“Wahai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Siapa yang berbuat demikian mereka itulah orang-orang yang merugi. (QS Al-Munafiqun: 9)

Orang yang melupakan ketaatan kepada Allah SWT akan merugi dalam hidupnya. Allah SWT tidak menyukai orang yang seperti itu dan akan menegurnya dengan berbagai ujian. Bisa jadi Allah SWT mengambil kembali harta yang Dia titipkan kepada seseorang. Namun, jika dengan kekayaannya itu seseorang mampu bersyukur kepada Pemberi rezeki niscaya nikmat Allah SWT akan ditambah. Sebaliknya, jika ingkar terhadap nikmat Allah SWT, akan ditimpakan azab. Allah SWT berfirman,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيد

(Ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim: 7)

Harta kekayaan hanya titipan Allah SWT. Walaupun kita bersusah payah mendapatkannya, pada hakikatnya rezeki itu Allah SWT yang menganugerahkan kepada yang dikehendaki-Nya. Namun, rezeki itu pun dapat lenyap jika Allah SWT mengendakinya. Oleh karena itu, orang yang telah dikehendaki Allah SWT memperoleh rezeki dengan mudah sehingga memiliki kekayaan, hubungan baik dengan Yang Maha Memberi harus dijaga. Memelihara hubungan itu dengan taat beribadah merupakan wujud syukur kapada Allah SWT. Jangan sampai kekayaan itu menjadikan hamba makin jauh dari Allah SWT. Jika hal itu yang terjadi, harta yang dimliki itu cepat atau lambat dapat menjadi bencana, bahkan siksaan dalam kehidupan.

Wabillahi-taufiq wal-hidayah.

Wassalamualaikum wr. wb.

Tangerang, 16 Juni 2020

—++—-+——–

Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan pesantren Almuflihun yang diasuh oleh ust. Wahyudi Sarju Abdurrahmim, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899