Akhlak Kepada Allah SWT

Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

Assalamualaikum wr. wb.

Apa kabar saudaraku? Semoga Allah SWT senantiasa menganugerahkan kesehatan kepada kita sehingga kita mampu mensyukuri nikmat Allah SWT. Amin!

Rasulullah saw. bersabda,
أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR Tirmidzi No. 1162 dan disahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah No. 284)
Rasulullah saw. menyebutkan bahwa mukmin yang terbaik adalah mereka yang memiliki akhlak yang terbaik pula. Mereka termasuk orang-orang yang paling dicintai dan dekat dengan beliau pada hari Kiamat nanti. Rasulullah saw. menambahkan dan sabda beliau,

إِنَّ مِنْ أَحِبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحْسَنُكُمْ أَخْلَاقًا

“Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya pada hari Kiamat denganku adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya.” (HR Tirmidzi No. 1941 dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami’ No. 2201).

Manusia yang terbaik tidak terlepas kesempurnaan iman seorang mukmin. Iman sangat berperan dalam kehidupan manusia. Keimanan itu diejawantahkan melalui syariat Islam sehingga ada kewajiban yang harus dilaksanakan dan larangan yang wajib ditinggalkan. Namun, iman dan syariat tidak akan bermakna kalau mukmin tidak mampu mengarahkan perilakunya yang lazim disebut akhlak. Oleh karena itu, akhlak merupakan buah dari iman dan pelaksaaannya syariat.

Orang beriman yang terbaik adalah orang akhlaknya terbaik pula. Mengapa demikian? Rasulullah saw. diutus Allah SWT justru memperbaiki akhlak manusia. Akhlak manusia yang melenceng dari aturan Allah SWT diluruskan dan disempurnakan oleh Rasulullah saw. Itulah tujuan kerasulan Nabi Muhammad saw.
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR Baihaqi dalam al-Sunan al-Kubrâ’ No. 20782), Bukhari dalam Al-Adaab al- Mufraad hlm. 42, Ahmad 2/381, dan Hakim 2/613)

Akhlak dapat dikelompokkan menjadi akhlak mulia/terpuji (al-akhlaq alkarimah/ mamduhah) dan akhlak buruk/tercela (al-akhlaq asiyyi’ah/al-mazmumah). Akhlak mulia/terpuji adalah segala sifat dan perilaku manusia yang menjunjung nilai-nilai kemuliaan sehingga Allah SWT dan manusia senang terhadap perilaku itu. Sebaliknya, akhlak buruk/tercela berarti semua sifat atau perilaku manusia mengabaikan nilai-nilai kemuliaan sehingga tidak disenangi Allah SWT dan manusia.

Seseorang, bahkan suatu bangsa, akan dilihat dari akhlaknya. Jika akhlak mulia tidak dimiliki manusia, derajat manusia akan turun yang tidak bernilai, baik di sisi Allah SWT maupun manusia. Suatu bangsa jika akhlaknya hancur, bangsa itu akan binasa. Penyair Mesir, Ahmad Syauqi Beyk di dalam syairnya mengatakan,

وإنما الأممُ الأخلاقُ ما بقيت * فإن همو ذهبت أخلاقهم ذهبوا

“Suatu bangsa akan jaya selama akhlaknya bertahan. Sebaliknya, suatu bangsa itu akan binasa pula berasamaan dengan hilangnya akhlaknya.”

Kedudukan akhlak dalam Islam tinggi sekali. Bahkan, ketika ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, Nabi saw. menjawab,

تَقْوى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ

“Bertakwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Nabi Muhammad saw. adalah sosok yang menapilkan akhlak yang mulia. Kemuliaan akhlak beliau diakui oleh Allah SWT dan dinukilkan dalam Al-Qur’an,

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.” (QS Al-Qalam: 4)

Di dalam ayat yang lain, Allah SWT menjelaskan keluhuran akhlak Nabi Muhammad saw.,

لقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّـهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّـهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّـهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah bagi kalian contoh yang baik bagi orang yang mengharap pertemuan dengan Allah dan hari Akhir dan mengingat Allah dengan zikir yang banyak.” (QS Al-Ahzab: 21)

Cakupan akhlak dalam Islam begitu luas. Sasaran akhlak pun bermacam-macam. Ada akhlak hamba terhadap Allah SWT, ada akhlak manusia dengan orang lain yang mencakupi akhlak kepada Rasulullah saw, orang tua, dan orang lain. Ada pula akhlak terhadap lingkungan, baik binatang, tumbuhan, dan benda mati (jumud). Pembicaraan tentang akhlak ini akan dibahas secara terpisah. Pada tulisan ini akan dibahas akhlak hamba kepada Allah SWT.

Akhlak mukmin kepada Allah SWT menjadi utama dari segala akhlak kepada yang lain. Perilaku seorang terhadap Tuhannya akan menentukan perilaku terhadap yang lain. Jika akhlak kapada Allah SWT tidak benar, akhlak kepada yang lain pun juga tidak benar.

Berakhlak kepada Allah SWT diawali dengan pengakuan manusia kepada-Nya bahwa hanya Allah SWT yang patut disembah. Tiada Tuhan selain Dia. Dialah Yang Maha Pencipta dan Pengatur hidup manusia. Menyekutukan-Nya dengan yang lain merupakan kezaliman yang nyata.

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, saat dia menyampaikan nasihat kepadanya, ”Wahai anakku, Janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar suatu kezaliman yang besar.” (13) – (QS Luqman: 13

Penyembahan hanya kepada Allah SWT merupakan ketauhidan yang menjadi ukuran dalam kehidupan. Apa pun perilaku baik yang ditampilkan seseorang kepada orang lain, tetapi tidak mengakui keesaan Allah SWT nilai baik itu tidak bermakna di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, penyembahan tidak lain hanya ditujukan kepada Allah SWT sebagaimana firman-Nya,

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ

“Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia.” (QS Al-Isra’ [17]: 23)

Mengapa manusia harus menyembah dan mengesakan Allah? Paling tidak ada empat alasan manusia harus mengabdi kepada-Nya. Bukankah Allah SWT yang menjadikan manusia? Bukankah Allah SWT memberi kesempurnaan manusia daripada makhluknya yang lain? Bukankah Allah SWT telah memberikan fasilitas hidup bagi manusia? Bukan Allah SWT telah memberi kemuliaan dan kemampuan manusia di darat dan di lautan?

Allah SWT telah menciptakan manusia setelah Dia menciptakan yang lain di langit dan bumi. Penciptaan manusia tentu ada tujuannya. Selain menghuni bumi, manusia diciptakan untuk mengabdi kepada Allah SWT. Manusia harus menyadari bahwa kejadiannya berasal dari air yang hina, yang terpancar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. Allah SWT mengingatkan manusia tentang kejadiannya itu dengan firman-Nya,

فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ مِمَّ خُلِقَ ﴿٥﴾ خُلِقَ مِن مَّاءٍ دَافِقٍ ﴿٦﴾ يَخْرُجُ مِن بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ ﴿٧﴾

“Maka, hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (QS Ath-Tahriq: 5—7)

Manusia harus memikirkan penciptaannya itu agar dia memahami siapa penciptanya. Dengan begitu, manusia akan melakukan pengabdian kepada penciptanya yang tidak ada pencipta selain Dia. Bahkan, Allah SWT menyatakan bahwa manusia ini tidak akan dijadikan Allah, kecuali untuk beribadah kepada-Nya.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْأِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون

“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS Az –Zariyat: 56)

Penciptaan manusia sangat sempurna jika dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Pancaindra manusia memiliki kesempurnaan yang luar biasa dan menempati posisi yang tepat sesuai dengan kemuliaannya. Keserasian bentuk dan ukurannya pun jauh lebih sempurna daripada makhluk lain, misalnya hewan. Mata terletak di posisi depan, telinga di samping dengan ukuran telinga yang ideal, mulut dengan lengkung yang sempurna, baik lebar mapun ketebalan bibir, hidung dengan bentuk dan posisi yang sesuai. Hati pun diciptakan yang merupakan kelebihan dari makhluk lain. Itulah kesempurnaan yang dianugerahi Allah SWT, seperti yang difirmankan-Nya,

وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur. (QS An-Nahl: 78)

Akhir ayat itu mengingatkan manusia agar menyadari anugerah Allah SWT dengan bersyukur kepada Pencipta dan Penyempurna kejadian manusia itu. Wujud syukur itu dilakukan dengan mengabdi hanya kepada-Nya.

Selanjutnya. Allah SWT memberikan fasilitas kehidupan yang bersumber di laut dan di darat. Manusia tinggal berusaha mendapatkan rezeki Allah SWT. Di laut rezeki Allah SWT begitu banyak yang dengan kapal, manusia basa bepergian mengharungi laut dan mendapatkan rezeki di dalamnya. Di darat pun terbentang luas bumi Allah SWT yang diperuntukkan bagi manusia. Allah SWT dalam firmannya-Nya menjelaskan,

ٱللَّهُ ٱلَّذِى سَخَّرَ لَكُمُ ٱلْبَحْرَ لِتَجْرِىَ ٱلْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِۦ وَلِتَبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِهِۦ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ. وَ سَخَّرَ لَکُمۡ مَّا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا مِّنۡہُ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّقَوۡمٍ یَّتَفَکَّرُوۡنَ

“Allahlah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir.” (QS Al-Jasiah: 12—13)

Masihkan manusia tidak bersyukur kepada Allah selaku penyedia anugerah yang tersimpan di lautan dan di daratan? Tidakkah sepantasnya manusia berakhlak karimah terhadap Allah SWT dalam bentuk ibadah kepada-Nya dan bersyukur atas rezeki yang diberikan-Nya?

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا

“Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna (QS Al-Isra: 70)

Kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada manusia adalah ilmu pengetahuan dan teknologi untuk transportasi berupa kendaraan dan ternak di darat dan kapal di perairan. Allah SWT masih memberikan kelebihan dari makhluk yang lain berupa akal pikiran dan struktur tubuh yang ideal. Oleh karena itu, manusia harus memikirkan kelebihan dan keutamaan itu sehingga terpanggil untuk beribadah kepada-Nya.

Tidakkah manusia bersyukur kepada Allah SWT yang telah memuliakan dan melebihkan mereka dari makhluk-makhluk-Nya untuk beribadah kepada-Nya? Bahkan, mereka gunakan nikmat-nikmat itu untuk mendurhakai-Nya.

Banyak akhlak yang harus ditunjukkan oleh manusia kepada Allah SWT, yakni cinta kepada-Nya, berbaik sangka kepada Allah SWT, rida terhadap takdir-Nya, bertawakal, zikir, tafakur, melaksanakan perintah dan menghentikan larangan-Nya, taubat. doa, dan tawaduk. Semuanya dibicarakan dalam pembahasan tersendiri.

Akhirnya, kita sebagai hamba Allah SWT penting menyadari bahwa kehidupan ini atas kehendak Allah SWT. Kehidupan ini tidak lain harus diisi dengan ibadah kepada-Nya. Itulah tujuan kita diciptakan, yakni untuk mengibadahi Allah SWT. Kesyukuran kita sebagai bentuk akhlak manusia kepada-Nya ditunjukkan dengan melakukan ketaatan kepada-Nya dalam bentuk ibadah. Amin!

Wallahu a’lam bis-sawab.

Wassalamualaikum wr. wb.

Tangerang, 17 Juni 2020

++++++

Telah dibuka Pendaftaran Pondok Pesantren Modern Almuflihun Putra.

Formulir pendaftaran sebagai berikut:
https://bit.ly/3d9LaR0

Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan pesantren Almuflihun yang diasuh oleh ust. Wahyudi Sarju Abdurrahmim, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899