Ujian Jiwa atau Kematian

Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

  • السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ*

Apa kabar Bapak, Ibu, dan Saudaraku? Semoga semua dalam keadan sehat walafiat selalu dilindungi Allah Swt. Amin!

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

(Dia) yang menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu, amal siapa yang lebih baik amalnya di antara kamu. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Surah al-Muluk: 2)

Ujian yang ke-4 dalam surah al-Baqarah:155) adalah (berkurangnya) jiwa (الأنفس). Ahli tafsir menjelaskan bahwa ujian berkurangnya jiwa adalah kematian, seperti yang disebabkan peperangan (menurut Ibnu Abbas), wabah (menurut Imam Syafii), dan sebab yang lain. .

Di dunia ini tidak ada yang abadi. Hanya Allah Swt, yang tak akan berakhir. Pepohonan dari biji, tumbuh, berpokok, besar berbuah, layu dan kering, terus mati. Hewan lahir, berjalan, besar, tua, dan mati. Manusia pun demikian, dari janin, bayi, balita, kanak-kanak, remaja, dewasa, tua, dan meninggal. Bahkan, janin di dalam kandungan, bayi, dan kanak-kanak dapat saja meninggal. Itulah makhluk yang akhirnya kembali kepada Sang Pencipta.

Urusan kematian adalah urusan Allah Swt. Surah al-Muluk:2 di atas menjelaskan bahwa Allah yang menghidupkan dan mematikan. Manusia hanya menerima ketetapannya.

Bisakah manusia lari dari kematian? Pasti tidak.
Nabi Sulaiman pernah didatangi Malaikat Maut. Waktu itu ada tamu Sulaiman, seorang pemuda. Izrail menatap pemuda itu dengan tatapan yang tak putus-putusnya. Setelah malaikat pergi, pemuda itu bertanga kepadanya tentang siapa orang yang selalu menatapnya itu. Sulaiman menjelaskan orang datang itu adalah Malaikat Maut. Pemuda itu ketakutan dan minta dikirim ke suatu tempat yang jauh. Dengan kelebihan Sulaiman yang dapat memerintah angin, dalam waktu sekejab pemuda itu diterbangkan angin ke tempat yang jauh itu. Ada riwayat yang menyebutkan, tempat itu Himalaya (India) .

Setibanya pemuda itu di sana, Malaikat Maut sudah menunggu untuk mencabut nyawa pemuda itu. Izrail kembali menemui Sulaiman untuk memberitahukan bahwa pemuda itu sudah menemui ajalnya. Benarlah firman Allah Swt.,

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya akan menemuimu. Kemudian, kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah: 8).

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

“Di mana saja kamu berada, kematian akan menjemputmu walaupun pun kamu (bersembunyi) di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (Surah an-Nisa’: 78).

Kematian menjadi ujian bagi yang ditinggalkan. Kematian bisa saja menimpa ayah-bunda, suami, istri, anak, dan orang yang kita cintai. Ada yang dipanggil Allah yang didahului dengan sakit. Tidak jarang pula kematian yang tidak disangka-sangka. Pagi hari masih makan bersama dengan keluarga. Siang hari keluarga dapat berita bahwa orang yang dicintai telah dipanggil oleh Allah Swt. utk selamanya. Apakah karena penyakit jantung, kecelakaan, atau sebab yang lain.

Saat ini virus Corona sangat menakutkan. Banyak orang yang terpapar virus itu. Bahkan, ada yang menemui ajalnya. Kita mengetahui dari media massa/sosial banyak juga petugas medis yang nenjadi kornannya. Tidak lain yang terlontar dari mulut kita ketika mendengar kematian, termasuk korban pandemi itu, adalah
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ 

“Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kembali kepada-Nya.”

Hal itu dijelaskan oleh Allah Swt. dalam surah al-Baqarah:156 sebagai lanjutan ayat yang memuat topik pembicaraan ini.

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ.

(Orang yang sabar itu) adalah mereka yang apabila ditimpa musibah berkata, ‘Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kembali kepada-Nya.”‘

Sedihkah kita karena ditinggalkan orang yang kita sayangi? Pasti sedih. Itu adalah manusiawi. Meratapkah kita atas kepergian orang yang kita cintai? Itu adalah gambaran orang yang tidak menerima takdir Allah. Bagaimana sikap seorang mukmin? Kita harus menerima ujian itu dengan ikhlas dan rida. Kita tidak meratap seolah-olah menyesali dan menyalahkan kenapa Allah terlalu cepat mengambil nyawanya? Allah punya rahasia tentang musibah yang diberikan dan cepat atau lambatnya seseorang “diambil”-Nya. Bisa jadi Allah sayang kepadanya. Kita pun yang masih hidup pasti akan mengikutinya. Kita tinggal menunggu giliran saja.

Rasulullah bersabda dalam hadis riwayat Tirmizi,

وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ

“Sesungguhnya apabila Allah sayang kepada suatu kaum niscaya mereka diuji. Siapa yang rida terhadap ujian itu Allah pun rida dan siapa yang marah terhadap ujian itu Allah pun akan marah. “

Akhirnya, ketabahan, keikhlasan, dan keridaan kita menerima ujian kematian sebagai takdir akan membuat kita tenang dalam hidup. Kalimat “Inna lillahi wainna ilaihi rajiuan” akan menyadarkan kita bahwa yang neninggalkan kita bukan milik kita, tetapi milik Allah Yang Maha Pencipta.

Wailallahi turja’ul-umuur!

Wassalamualikum wr wb.

—++—-+——–

Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan pesantren Almuflihun yang diasuh oleh ust. Wahyudi Sarju Abdurrahmim, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899