Indahnya Kejujuran


Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

Assalamualaikum wr. wb.
Apa kabar saudaraku?
Semoga Anda sehat walafiat, senantiasa diberikan kemuliaan dan pelindungan dari Allah SWT. Amin!

Allah SWT berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (QS At-Taubah: 119)

Jujur berarti lurus hati, tidak berbohong (KBBI). Dari makna itu dapat diketahui bahwa jujur merupakan aktivitas hati. Hati menjadi sentral yang dapat bereaksi ke lisan, tindakan, dan sikap. Suara hati merupakan kebenaran yang tidak dapat dibantah. Mestinya ucapan itu menuruti suara hati. Bilamana ucapan mengikuti suara hati yang muncul adalah kejujuran. Namun, ucapan yang tidak sesuai dengan suara hati itulah kebohongan. Selama seseorang mengikuti suara hatinya, selama itu pula dia selalu benar. Jika dia benar, berarti dia telah jujur.

Mengapa ada orang berbohong? Kebohongan itu lahir dari pengingkaran suara hati. Setiap orang yang berbohong, dapat dipastikan bahwa hatinya tidak menerima apa yang dikatakannya. Tidak jarang orang menyesal karena berbohong. Penyesalan itu terjadi karena adanya kesadaran untuk kembali ke suara hati yang mengatakan bahwa apa yang diucapkan itu salah.

Di dalam pergaulan ada orang yang ucapannya tidak sesuai dengan suara hatinya. Ketidaksesuaian itu disebabkan ada “kepentingan” yang diinginkannya sehingga dia menyembunyikan apa yang ada dalam suara hatinya. Artinya, dia tidak mengikuti apa yang sebenarnya dalam suara hatinya. Setiap orang yang akan mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan suara hatinya awalnya pasti ada keraguan apakah akan mengatakan sebenarnya atau tidak? Jika yang muncul adalah kehendak suara hatinya, dia sudah berlaku jujur. Namun, jika yang muncul adalah ucapan yang tidak sesuai dengan suara hati, berarti dia telah membohongi suara hati dan dirinya?

Rasulullah saw. bersabda,
إِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِيْنَة، وَالْكَذِبَ رِيْبَة.

“Sesungguhnya kejujuran itu ketenteraman dan dusta itu keragu-raguan.” [HR At-Tirmidzi, No. 2518]

Jujur dapat dilihat dari beberapa segi, yakni jujur hati, jujur kata, jujur perbuatan, jujur janji, dan jujur keadaan.

  1. Jujur hati (صدق االقلب)

Hati merupakan pusat di dalam diri manusia. Dari hati terpancar semua ucapan, tindakan, dan sikap. Bahkan, dari hati seluruh energi fisik akan muncul. Oleh karena itu, Rasulullah bersabda,

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ 

“Ingatlah bahwa dalam jasad terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, baiklah seluruhnya; jika jelek, jeleklah seluruh tubuhnya. Ingatlah itu adalah hati.” (HR Bukhari-Muslim)
Karena itu, hati mengandung kejujuran. Kejujuran itu bersumber dari hati.

  1. Jujur ucapan (صدق الحديث)
    Kejujuran tampak dalam setiap perkataan seseorang. Orang dianggap jujur dapat diketahui dari ucapannya. Jika ucapan sesuai dengan yang ada dalam hatinya, ia sudah berkata jujur. Sebaliknya, ucapan yang tidak sesuai dengan suara hatinya, berarti dia berdusta.
    Ali bin Abi Talib berpesan,
    “Wahai manusia, cobalah berlaku jujur karena Allah akan menolong orang-orang yang jujur. Hindari berbohong karena itu akan merusak imanmu. Ketahuilah bahwa orang jujur berada di ambang kemuliaan dan kehormatan, sementara pendusta berada di ambang kehancuran dan kebinasaan.”
  2. Jujur berbuat (صدق العمل)

Orang melakukan kewajiban atau tugas dapat diketahui apakah jujur atau tidak. Jika perbuatannya terlaksana dengan baik tanpa diawasi oleh siapan pun berarti telah jujur dalam bekerja. Hal itu dapat dilihat di tempat kerja atau di kantor. Manakala dia rajin jika di hadapan atasannya, tetapi malas setelah atasnya ditinggalkannya, itu tandanya dia tidak jujur bekerja. Begitu pula dalam melaksanakan ibadah atau amal kebaikan. Manakala dia dalam kesendiriaan tidak beribadah, sedangkan jika dilihat orang lain beribadah, pada hakikatnya dia tidak jujur beribadah.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ. كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

” Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (As Shaff: 2-3)

  1. Jujur berjanji (صدق الوعد)
    Berjanji itu mudah. Yang sulit menepatinya. Untuk menepati janji, perlu kejujuran. Sebaliknya, jika menyalahi janji, seseorang sudah tidak jujur.
    Setiap pejabat selalu mengucapkan sumpah atau janji. Di dalam perjalanannya memegang suatu jabatan, terjadi pelanggaran terhadap janjinya, misalnya, tidak akan menerima pemberian dalam bentuk apa pun yang terkait dengan jabatannya. Namun, godaan untuk mendapatkan pemberian itu besar. Akhirnya, dia menerimanya, baik itu diberikan orang maupun diminta sendiri kepada orang lain karena jabatannya. Orang seperti itu tidak jujur dengan janjinya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ ۚ

“Wahai orang beriman, sempurnakanlah janji.” (QS Al-Maidah:1)

  1. Jujur berkenyataan/apa adanya (صدق الحال)

Kejujuran itu sesuatu yang tulus dan spontan, bukan kepura-puraan. Kejujuran yang tulus sesuai dengan kenyataan. Yang ditampilkan adalah kejujuran apa adanya.
Ada orang yang kehidupannya sulit, tapi memperlihatkan gaya hidup mewah. Hal itu termasuk kepura-puraan dalam ketidakjujuran terhadap dirinya. Memang memperlihat kesusahan tidak baik, tetapi kesusahan itu ditampilkan dalam kesederhanaan. Itulah kejujuran berkeadaan.

Ada penelitian berbentuk disertasi berjudul “The Practice of High Lifestyle di antara Orang-Orang Kelas Menengah Bawah di Indonesia” yang dilakukan di Jakarta dan Salatiga oleh Tri Harmaji. Disertasi itu dipertahankanya di UGM. Terdapat cukup banyak kalangan muda, bahkan orang tua, yang kehidupan mereka tidak memungkinkan bergaya hidup mewah, tetapi mereka paksakan demi penghormatan diri. Lebih lanjut, “Orang kaya begitu mendapat penghormatan dan sebaliknya orang miskin mendapat penghinaan. Akibatnya, banyak yang ingin menjadi kaya dan bagian dari pihak yang memperoleh penghormatan di masyarakat,” ujarnya.

Kejujuran pada hakikatnya ketulusan hati yang ditampilkan dalam ucapan, tindakan, sikap, dan gaya hidup. Kejujuran mempresentasikan sikap batin dalam bentuk perilaku luhur yang akan mengarahkan kita kepada kebaikan. Rasulullah bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا.

“Hendaklah kamu berlaku jujur karena kejujuran menuntunmu pada kebenaran dan kebenaran menuntunmu ke surga. Seseorang senantiasa berlaku jujur dan selalu jujur sehingga dia tercatat di sisi Allah SWT sebagai orang yang jujur. Hindarilah olehmu berlaku dusta karena kedustaan menuntunmu pada kejahatan dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Seseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta sehingga dia tercatat di sisi Allah SWT sebagai pendusta.” (HR Muslim)

Rasulullah saw. adalah sosok yang menampilkan kejujuran hakiki yang terbentuk dari pribadi mulia sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan. Kepribadiannya yang jujur bukan saja diakui oleh kawan, bahkan dari lawan kaum musyrikin yang membenci risalahnya. Gelar “Al-Amin” (orang tepercaya karena kejujuran) sudah disandangnya sejak kecil.
Mahabenar Allah SWT menukilkan karakter mulianya itu di dalam Al-Qur’an,

وَاِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki akhlak yang sangat agung.” (QS Al-Qalam: 4)

Akhirnya, salah satu contoh kesederhanaan ialah kejujuran. Lalu, kesederhanaan ialah bentuk kekayaan terbesar yang dimiliki oleh seseorang. Jangan menampilkan kemewahan, padahal Anda mengingkari kejujuran dan menampilkan kepura-puraan. Jika memiliki kejujuran dan bersikap sederhana, Anda akan memperoleh kedamaian dan menemukan ketenangan. Itulah kebahagiaan.

Wallahu a’lam bissawab.
Wassalamualaikum wr. wb.

—++—-+——–

Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan pesantren Almuflihun yang diasuh oleh ust. Wahyudi Sarju Abdurrahmim, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899