Bermuhammadiyah itu Sense of Belonging

Memiliki tak hanya sebatas kata-kata manis yang diucapkan tatkala bersanding atau berhadapan dengan orang-orang. Para narapidana dan koruptor yang telah terjerat kasus pun ucapannya cukup manis untuk didengar. Kyai Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah pernah berucap agar warga Muhammadiyah senantiasa menghidup-hidupi Muhammadiyah bukannya mencari hidup di Muhammadiyah. Sebuah falsafah nan elok dari kyai Dahlan yang semestinya dipegang teguh oleh para kader persyarikatan untuk memupuk rasa memiliki dan kepekaan terhadap persyarikatan. Di usia Muhammadiyah yang kini tidak muda lagi, telah lebih dari satu abad telah banyak aktor-aktor atau bisa disebut oknum yang menyatakan dirinya adalah bagian dari persyarikatan ini ketika hendak mencari popularitas atau jabatan tertentu. Padahal dalam keseharian ia jarang ataupun tak pernah menyentuh ubin-ubin maupun dinding tempat ibadah yang berlabel Muhammadiyah.  Kejadian seperti ini cukup miris namun masih bisa dimaklumi karena sejatinya oknum tersebut tak benar-benar terlahir dari proses kaderisasi yang terstruktur di persyarikatan.

Sebagai organisasi dakwah keislaman Muhammadiyah mempunyai dua Ikatan yang merupakan anak kandung dari Muhammadiyah itu sendiri. Yang satu bergerak dalam ranah pelajar yaitu Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan yang satu di ranah kemahasiswaan yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Namun di era yang gandrung akan teknologi dan serba instan saat ini kedua ikatan tersebut seolah-olah kian meredup dan kurang terlihat kontribusinya terhadap kemajuan persyarikatan yang memayungi Ikatan tersebut. Hal itu tak terlepas dari para kadernya yang mulai memperbanyak citra daripada karya sehingga lupa atas makna dan rasa dalam sebuah ikatan.

Kalimat yang tendensius jika dikatakan kondisi kader saat ini lebih bangga memamerkan almamaternya daripada berbuat untuk almamaternya. Namun seperti itulah kebanyakan kader saat ini tapi tak terlepas kemungkinan masih banyak yang peduli dan mau berbuat lebih untuk ikatannya. Patut diingat  ketika seorang kader telah  menyatakan ikrar tentunya dimulai saat itulah keberlakuan dirinya sebagai kader ikatan. Dan sejak ikrar telah diucapkan pula sejatinya rasa memiliki atau Sense of belonging itu harus ada pada diri setiap kader.

Perihal konteks rasa memiliki atau sering disebut sense of belonging itu tak hanya sekedar berbicara namun juga harus melakukan. Berjalannya roda ikatan dapat ditinjau dari segi keaktifan kader dalam menjalankan ikatan untuk mencapai tujuan ikatan tersebut. Untuk memajukan dan menjalankan tentunya bukan hanya peran ketua dan pengurus harian namun semua efektifitas kader sangat amat diperlukan. Apabila tujuan telah dicapai dan perjalanan ikatan telah baik berarti prosedur  dalam melakukan telah baik pula. Untuk itu perlu adanya rasa memiliki dari setiap kader agar mampu terciptanya prosedur yang baik dan  menjadikan perjalanan roda organisasi menjadi baik. Maka dirasa ada beberapa hal yang harus ditanamkan dalam diri seorang kader agar mampu menjalankan organisasi dengan baik.

Memaknai Ikatan

Hal yang pertama adalah memaknai Ikatan. Dalam kehidupan sehari-hari pemaknaan akan kehidupan itu sangat penting. Untuk apa hidup dan untuk apa melakukan sesuatu itu tentunya berdasar dari segi pemaknaanya. Setiap orang mempunyai pandangan terhadap sesuatu yang berbeda-beda begitu juga setiap orang memaknai sesuatu. Maka dari itu seorang kader tentunya harus memiliki pemaknaan terhadap ikatan namun bukan makna dari pandangannya  sendiri melainkan pemaknaan secara kongkret perihal ikatan. Untuk memberikan pemahaman dan pemaknaan yang kongkret terhadap ikatan tentunya ini merupakan tugas utama bagi para instruktur dan fasilitator ketika perkaderan. Tak ayal jika dikatakan jika instruktur dan fasilitator merupakan gambaran dari kader-kader kedepannya. Namun disisi lain pemaknaan juga dapat diperoleh dari lingkungan sekitar baik itu keluarga, teman ikatan, lingkungan sekitar dan dari proses pembelajaran sendiri untuk menggali tentang ikatan itu sendiri. Memaknai sama halnya dengan mengenal sesuatu maka ada istilah tak kenal maka tak sayang. Begitu pulalah dalam ikatan ini apabila ia tak mengenal maka rasa memiliki terhadap ikatan pun sedikit bahkan tak ada. Bagaimana mungkin akan memajukan apabila ia sendiri tak kenal terhadap ikatannya?

Mencintai Ikatan

Kemudian yang kedua adalah mencintai ikatan. Mencintai tak hanya memiliki arti sebagai rasa yang ada diantara kedua orang. Mencintai merupakan aspek rasa terhadap kepedulian. Pengibaratan sesuatu seperti rumah sendiri tentunya akan menimbulkan rasa kepekaan dan kelekatan tersendiri. Kepekaan akan rasa akan menimbulkan suatu tanggung jawab akan keberadaannya mau itu sebagai manusia ataupun sebagai kader. Semua itu bermuara pada rasa cinta dan peduli serta toleransi , pembelajaran yang amat berarti adalah kamu memiliki berarti kamu harus menjaga sebagaimana tanggung jawab yang telah diemban.

Ghirah Berikatan

Selanjutnya adalah ghirah dalam berikatan. Ghirah merupakan suatu rasa cemburu atas ketertinggalan sehingga membangkitkan sebuah semangat agar mengejar ketertinggalan. Menurut penulis ghirah merupakan implementasi dari fastabiqul khairat dimana saling berlomba dan bersemangat atas sebuah kebaikan. Kader-kader baik IPM maupun IMM tentunya harus memiliki ghirah ini dalam dirinya. Membandingkan sesuatu terhadap kebaikan yang lebih baik bukanlah suatu yang salah asal tak mencerca. Ikatan kita telah tersebar di 34 provinsi di Indonesia dan tentunya ada perbedaan baik kualitas maupun kuantitas hal tersebut mampu menjadi bahan evaluasi setiap pimpinan dan kader agar menjadikan ikatannya di daerahnya lebih baik lagi.

Aksi dan Antusias

Terakhir adalah aksi dan antusias. Memiliki berarti harus melakukan, tak cukup hanya untaian kata yang dapat disajikan dari hal yang disebut memiliki. Melakukan adalah fase terakhir dari rasa memilki. Dengan rasa memiliki kader-kader ikatan seyogyanya akan timbul rasa untuk berpartisipasi lebih. Namun saat ini cukup miris antusias dan pasrtisipasi kader saat ini cukup minim. Dalam ikatan ini tidak terdapat imbalan secara kontan yang dapat dirasakan, mungkin itu salah satu faktor tingkat partisipasi rendah ketimbang organisasi ataupun komunitas beasiswa yang mendapat imbalan secara langsung. Melakukan ataupun Implementasi di Ikatan ini memang bukanlah menghasilkan sesuatu yang instan. Namun  melalui proses-proses dan kegiatan akan timbul suatu pembelajaran yang sangat bermakna dan akan memberi pengajaran akan arti kehidupan. Aksi parsitipasi dalam kegiatan-kegiatan merupakan hal yang sangat terpenting dalam memajukan ikatan ini dan merupakan perwujudan dalam rasa memiliki. Didalam ikatan ini tak ada perbedaan antara konseptor maupun eksekutor, kader ikatan harus memiliki kemampuan berimbang dari keduanya yaitu mampu membuat konsep dan mampu terjun langsung walaupun pasti terdapat satu sisi yang lebih menonjol

Menumbuhkan rasa memiliki merupakan suatu hal yang sangat penting dalam ikatan ini terlebih para kader ikatan merupakan penerus pengemban amanah persyarikatan. Berawal dari memaknai dan mengenali ikatan, mencintai ikatan dan memperdulikan, memiliki rasa ghirah dan kemudian diwujudkan dalam aksi nyata berupa partisipasi dalam kegiatan-kegiatan baik event kecil maupun besar. Kolaborasi antara hal-hal ini semua akan menjadikan rasa memiliki yang hakiki ditambah manfaat saling bertemu dan silaturahimm tentunya akan menambah kekompakan dan kerja sama tim. Semoga ikatan dan persyarikatan ini semakin jaya kedepannya.

Nuun Walqolami wama yasthurun ,Billahi Fii Sabililhaq Fastabiqul Khairat

Ditulis oleh:
Muhammad Dwi Cahyo
Kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Provinsi Aceh