Belajar Kebaikan Dari Lebah

Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

Apa kabar Saudaraku? Semoga semua berada dalam keadaan sehat walafiat serta dapat belajar dari ayat-ayat Allah SWT, baik ayat qauliah maupun kauniah, dan selalu dalam pelindungan Allah SWT. Amin!

Rasulullah saw. bersabda,

  اِنَّ مَثَلَ الْمُؤَمِنِ لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ اَكَلَتْ طَيْبًا وَوَضَعَتْ طَيْبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تُكْسَرْ وَلَمْ تُفْسَدْ

“Sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin seperti lebah. Dia memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik, hinggap tidak memecah dan merusak.” (HR Ahmad)

 Di dalam Al-Qur’an dan hadis Rasulullah banyak ditemukan perumpamaan (tamsil). Salah satunya terdapat dalam hadis Rasulullah bahwa orang beriman diumpamakan dengan lebah.

Lebah adalah serangga yang memiliki sayap yang hidup di gunung, hutan, pohon, dan rumah penduduk. Serangga itu termasuk binatang yang istimewa karena diabadikan di dalam Al-Qur’an sebagai sebuah surah, yakni surah An-Nahl (lebah), surah ke-16. Bahkan, lebah mendapat wahyu dari Allah SWT untuk membuat sarang di beberapa tempat, makan sari bunga, dan menghasilkan madu yang berfungai sebagai obat, seperti firman Allah SWT,

وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ (68) ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (69)

“Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, pohon-pohon, dan tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian, makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).’ Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS An-Nahl: 68–69)

Pembuatan sarang yang diperintahkan Allah SWT di bukit, pohon, dan rumah penduduk pasti mempunyai maksud tertentu. Allah akan menganugerahkan sesuatu yang bermanfaat bagi manusia melalui lebah berupa madu. Produksi lebah itu dapat dijadikan obat dan penyegar bagi manusia.

Hadis Rasulullah di awal mengajak manusia agar belajar dari lebah, baik secara biologis maupun nonbiologis, seperti kehidupan sosial kemasyarakatan. Banyak pelajaran yang dapat diperoleh dari lebah yang dapat diterapkan dalam kehidupan mukmin.

1. Memakan yang baik-baik
Lebah adalah serangga yang makannya berasal dari sari bunga, yaitu nektar dan serbuk sari.(pollen) yang merupakan alat penyebaran dan perbanyakan generatif dari tumbuhan berbunga.
Nektar adalah air manis yang dihasilkan oleh dan dikumpulkan pada tanaman seperti bunga, sedangkan serbuk sari adalah bubuk kaya protein. Lebah mengisapnya sebanyak mungkin nektar. Lalu, dibawa ke sarangnya untuk produksi madu. Nektar dan serbuk sari memberi lebah madu ramuan untuk menghasilkan berbagai jenis madu yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup koloni. Madu itu menjadi obat yang mujarab bagi manusia.

Filsafat lebah yang memakan yang baik-baik mestinya menjadi karakter muslim. Makanan yang dikonsumsi, baik untuk dirinya maupun keluarganya, harus bersumber dari makanan yang baik dan halal. Makan yang baik dan halal itu tidak saja secara bahannya, tetapi juga cara mendapatkannya. Bisa jadi yang dimakan itu makanan yang halal, tetapi diperoleh dari penipuan, pemalsuan, pencurian, korupsi, dan sejenisnya. Makanan itu memberi protein bagi jasmani dan rohani, mengalir ke darah manusia, dan tumbuh menjadi manusia yang kuat secara jasmani. Namun, secara rohani tidak menutup kemungkinan akan tumbuh kepribadian yang kasar, culas, dan jauh dari agama.

Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 168 menjelaskan makanan yang baik dan halal.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُوا۟ مِمَّا فِى ٱلْأَرْضِ حَلَٰلًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

 “Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”

Makan halal ditinjau dari segi hukumnya, sedangkan makanan yang baik ditinjau dari kegunaannya. Walaupun halal, tidak semua makanan baik dikonsumsi oleh seseorang. Makanan berkolesterol tinggi tidak baik bagi orang yang berpenyakit asam urat dan kolesterol dan makanan yang manis-manis tidak baik bagi orang yang mengidap diabetes.

Rasulullah saw. bersabda,

إِنَّ الْخَيْرَ لاَ يَأْتِى إِلاَّ بِخَيْرٍ أَوَ خَيْرٌ هُوَ

“Sesungguhnya yang baik tidaklah mendatangkan, kecuali kebaikan. Namun benarkah harta benda itu kebaikan yang sejati?”  (HR. Bukhari no. 2842 dan Muslim no. 1052)

Berdasarkan hadis itu, kebaikan akan menumbuhkan kebaikan pula, sedangkan keburukan pasti akan menumbuhkan keburukan pula. Harta bukanlah kebaikan sejati, tetapi sarana untuk mencapai kebaikan sejati.

2. Mengeluarkan yang baik

Di sinilah keistimewaan lebah jika dibandingkan seranggga yang lain. Ada serangga yang memakan makanan yang baik dan mengeluarkan yang busuk dan buruk. Ada juga yang memakan yang buruk dan busuk, pasti mengeluarkan yang buruk dan busuk juga. Namun, lebah mengonsumsi makanan yang baik dan yang dikeluarkannya justru yang baik pula berupa madu.
Rasululah menjelaskan bahwa seorang mukmin hendaknya memiliki karakter seperti lebah. Hal itu berarti bahwa apa yang dihasilkan dari pemikiran, lisan, dan aktivitas tangan harus yang baik. Tulisan yang bersumber dari pikiran harus bermutu dan memberikan manfaat bagi orang banyak. Ucapan yang dilontarkan membawa kesejukan dan kedamaian bagi teman bicara dan pendengarnya. Aktivitas tangan, seperti keputusan, instruksi tulis, dan tanda tangan dapat memberikan kenyamanan dan kebaikan bagi orang banyak. Pokoknya, produk berupa kata-kata, gagasan, pendapat, dan tulisan harus bermakna dan mengandung nilai manfaat bagi orang lain. Itulah makna dari hadis Rasulullah berikut.

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR Ahmad, Thabrani, Daruqutni)

3. Tidak menyebabkan ranting patah jika hinggap

Lebah dapat hinggap di mana saja. Jika hinggap di ranting, ranting tetap utuh dan tidak patah. Walaupun ranting itu rapuh, keberadaan lebah tidak pernah mengganggu keberadaan ranting. Hal itu berarti manusia harus mampu menempatkan diri di lingkungan apa pun dan dengan siapa pun. Menempatkan diri secara baik di lingkungan rumah tangga, tetangga, tempat kerja dan usaha menjadi prasyarat sebagai mukmin yang baik. Sebaliknya, kebaradaan seseorang di suatu lingkungan justru menimbulkan keresahan, kekacauan, perselisihan, permusuhan tentu menjadi pribadi yang jauh dari mukmin sejati. Betul kata orang bijak, kebahagiaan akan datang ketika Anda mampu membuat orang lain bahagia.

4. Bekerja keras untuk kepentingan bersama

Tipe lebah adalah pekerja keras. Untuk mendapatkan neklar dan serbuk sari, lebah mampu menjelajah puluhan kilometer. Apa yang diperolehnya dibawa kembali ke kloni lebah di sarangnya. Ada pembagian kerja yang jelas di antara kawanan lebah itu. Lebah ratu dapat menghasilkan 2.000 sampai 3.000 butir setiap hari. Lebah pekerja bertugas mengangkut air, serbuk sari bunga, mengangkut sari madu, mengumpulkan zat perekat yang biasanya didapat dari puncak pohon,dan membawa calon ratu.Sementara itu, lebah jantan bertugas mencari tempat tempat yang banyak mengandung sari madu.Dengan suaranya yang nyaring, lebah jantan memberi sinyal kepada lebah lain bahwa di suatu tempat terdapat bunga yang mengandung banyak sari madu.

Mukmin yang baik adalah orang yang dapat bekerja sama dengan orang lain. Pembagian tugas yang jelas, baik di rumah tangga, lingkungan, organisasi, dan tempat kerja akan membawa kesuksesan bersama pula. Sebaliknya, orang yang gagal bekerja sama di tengah-tengah masyarakat dengan menujukkan egoisme yang tinggi pada dasarnya bukanlah mukmin yang baik. Dia harus banyak belajar dari ilmu lebah.

Hal itu sudah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat dalam suatu perjalanan. Nabi saw. meminta para sahabat agar memotong kambing. Mereka antusias merespons perintah Nabi. Sebagian mereka berkata, “Aku yang menyembelihnya.”
Sebagian lagi berkata, “Aku yang mengeset kulitnya.” Yang lain berkata, “Aku yang memasaknya.”
Nabi saw. juga ikut andil. “Aku yang mencari kayu bakarnya,” kata Nabi saw.

Betapa indahnya kebersamaan dalam Islam. Walaupun Rasulullah saw. sebagai pemimpin tertinggi bagi umat tetap mengambil bagian dalam suatu pekerjaan yang bermanfaat bagi orang banyak. Namun, umat tetap mengikuti perintah pimpinan selama membawa kepentingan bersama.

5. Tidak pernah melukai, kecuali diganggu

Lebah memiliki senjata ampuh untuk mempertahankan diri berupa sengat di ekornya. Lebah tidak akan mengeluarkan sengatannya jika tidak diganggu. Apabila ketenangannya di sarang tergangu dan kebersamaannya diobrak-abrik, lebah secara bersama akan mempertahankan kehormatan dirinya dengan mengeluarkan sengatan sebagai senjata pamungkasnya.

Orang mukmin juga harus menjaga harga diri, kebersamaan, dan ukhuwahnya. Dalam hadis yang lain Rasulullah saw. menyebutkan bahwa mukmin bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan.

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا.

“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” [HR Muslim No. 4684]

Begitu indahnya tuntunan Allah SWT dan Rasulullah saw dalam membangun masyarakat islami yang sehat, kuat, dan tenteram. Belajar dari karakter lebah akan membentuk mukmin yang sejati. Keberadaannya akan diterima di lingkungan mana pun dia berada dan dengan siapa pun dia bekerja. Solidaritas harus dikembangkan untuk mewujudkan masyaraIkat yang damai. Itulah kepribadian yang perlu dimiliki mukmin. Amin.

Wallahul-muwafiq ila aqwaminh-thariq.

Wassalamualaikum wr. wb.