Argumen Alam Baharu (Dalilul Hudus), Bearti Menafikan Pendapat Para Filsuf (Bagian XXII)

Matan HPT
اَمَّا بَعْدُ فَاِنَّ الفِرْقَةَ النَّاجِيَةَ (1 (مِنَ السَّلَفِ اَجْمَعُوا عَلَى الإِعْتِقَادِ بِأَنَّ العَالَمَ كلَّهُ حَادِثٌ خَلَقَهُ االلهُ مِنَ العَدَمِ وَهُوَ اَىِ العَالَمُ) قَابِلٌ لِلفَنَاءِ
Kemudian dari pada itu, maka kalangan ummat yang terdahulu, yakni mereka yang terjamin keselamatannya (1), mereka telah sependapat atas keyakinan bahwa seluruh ‘alam seluruhnya mengalami masa permulaan, dijadikan oleh Allah dari ketidak-adaan dan mempunyai sifat akan punah (2)

Syarah:
Kata Kunci: العَالَمَ كُلَّهُ حَادِثٌ خَلَقَهُ االلهُ مِنَ العَدَمِ (Semua alam raya sifatnya baharu yang diciptakan dariketiadaan)
Apa yang termaktub dalam HPT Muhammadiyah, sesungguhnya berbeda dengan pendapat para filsuf yang mengatakan bahwa alam itu qadim. Yang dimaksudkan para filsfuf di sini adalah Aristoteles dan para filsuf muslim yang banyak terpengaruhi oleh pemikiran Aresto seperti Ibnu Sina, Al-Kindi, Al-Farabi dan lain sebagainya. Pemikiran para filsuf tersebut berpijak kepada argumen illat ma’lul.
Illat ma’lul artinya bahwa bahwa setiap benda yang wujud, membutuhkan sesuatu yang mengadakan (illat). Wujud dari sesuatu yang mengadakan tadi, tentu juga membutuhkan hal lain (illat) untuk mewujudkannya. Hal ini akan berlangsung secara berkelanjutan.
Para filsuf beranggapan bahwa tidak mungkin, sesuatu yang wujud, akan membutuhkan wujud lain untuk mewujudkannya secara berantai dan tiada batas akhir. Maka wujud benda-benda itu, tentu akan sampai pada titik ahir yang wujudnya, ada dengan sendirinya dan tidak bermula. Ia disebut dengan illat pertama atau sebab terahir. Ia adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut para filsuf, benda-benda selain Tuhan, dianggap sebagai mumkinul wujud. Dikatakan mumkinul wujud, karena wujud dari benda tersebut, muncul dari ketiadaan dan berasal dari wujud yang abadi dan bersifat azal. Wujud abadi tadi, mereka sebut dengan wajibul wujud, yaitu wujud yang harus ada dan tidak akan pernah sirna. Ia dianggap sebagai zat yang qadim, karena ia tidak bermula.
Sementara itu, ma’lul adalah wujud benda yang muncul karena adanya sebab pertama. Ma’lul tidak akan ada, manakala tidak ada illat. Jadi, keberadaan ma’lul tadi sangat bergantung dengan keberadaan illat. Wujud alam raya, sangat bergantung kepada adanya wujud Tuhan Yang Maha Esa. Tanpa adanya Tuhan, alam raya tidak akan wujud. Tuhan sebagai illat terahir.
Terkait hal ini, imam Ghazali dalam kitab Tahafutnya mengatakan sebagai berikut:
Inti dari pendapat mereka adalah sebagai berikut:
Para filsuf berbeda pendapat terkait dengan pendapat qidamul alam. Pendapat yang umum di kalangan para filsuf awal dan juga belakangan, bahwa alam sifatnya qadim. Alam raya ada bersama dengan adanya Allah. Ia sifatnya ma’lul, da nada tanpa ada jeda waktu dengan Allah. Kebersamaan antara ma’lul dengan illat, itu seperti berberangennya antara sinar mentari dengan matahari. Ini persis dengan qidamnya alam raya dengan qidamnya Tuhan. Bedanya qidamul alam dengan tuhan itu sekadar beda pada sisi substansi, bukan pada sisi keberadaannya dalam waktu tertentu. Konon Plato mengatakan bahwa alam raya sifatnya pada sisi qidam secara tingkatan.
Di antara mereka juga ada yang meragukan bahwa alam itu baharu. Di ahir hayatnya, Galinus dalam bukunya, “Pendapat Galinus” menyatakan bahwa ia tidak tau, apakah alam itu baharu ataukan tidak. Ketidak tahuan itu, bukan karena ia bodoh, namun karena rumitnya persoalan ini. Hanya saja, pendapat galinus ini dianggap sebagai pengecualian, karena umumnya para filsuf mengatakan bahwa alam sifatnya qadim.
Bagaimanakah relasi antara wujud yang qadim dengan alam raya? Menurut para filsuf bahwa relasi keduanya, sifatnya aksiomatis. Bagi mereka, keberadaan illat, secara otomatis mengharuskan adanya ma’lul. Adanya matahari, secara otomatis mengharuskan adanya sinar. Adanya api, secara otomatis mengharuskan adanya panas. Adanya es, secara otomatis mengharuskan adanya dingin. Jadi, keberadaan ma’lul selalu melekat pada illat. Sifat yang muncul pada ma’lul, juga melekat pada illat.
Sebagaimana disampaikan tadi, bahwa illat sifatnya qadim. Wujud ma’lul sifatnya aksiomatis dengan adanya illat. Karena illat qadim, maka ma’lul menjadi qadim. Karena Tuhan qadim, maka alam raya juga harus qadim. Inilah argumen para filsuf yang beranggapan bahwa alam raya sifatnya qadim.
Terkait argumen illat ma’lul, sering juga dijadikan sebagai argumen keberadaan Tuhan Yang Maha Esa oleh para ulama kalam mutaakhirin seperti al-Iji, Al-Jurjani, Ar-Razi dan lain sebagainya. Meski demeikian, terdapat perbedaan mendasar antara para ulama kalam dengan para filsuf, yaitu terkait relasi antara illat dengan ma’lul.
Bagi ulama kalam, hubungan antara illat dengan ma’lul tidak bersifat aksiomatis. Illat boleh ada tanpa adanya ma’lul. Namun adanya ma’lul, mengharuskan adanya illat. Karena hubungan keduanya tidak aksiomatis, maka mereka tetap dapat mempertahankan argumen alam hadis (baru) meski dengan hujah illat ma’lul itu. Illat tetap wajibul wujud dan ma’lul menjadi mumkinul wujud. Ma’lul wujud dari ketiadaan dan berasal dari kehendak mutlak Tuhan.
Ulama kalam konsisten dengan keberadaan illat yang tidak harus ada ma’lul. Ini juga alasan mengapa ulama kalam menolak hubungan sebab akibat. Ini juga alasan ulama Asyari yang juga dirajihkan oleh Muhammadiyah dengan teori al-kasbnya dan bahwa tidak ada hubungan antara al-kasb dengan nilai dan sesuatu yang dihasilkan.
Bagaimana dengan Muhammadiyah? Jika kita lihat teks HPT Muhammadiyah di atas, kita melihat bahwa Muhammadiyah menggunakan dalilul hudus yang berimplikasi pada anggapan bahwa alam itu hadis. Alam muncul dari ketiadaan, kemudian wujud atas kehendak Allah, dan kelak akan fana. Apa yang disampaikan oleh Muhamamdiyah seperti yang termuat dalam manhaj tarjih di atas, sekaligus sebagai tanggapan kepada para filsuf yang menganggap bahwa alam itu qadim.


—++—-+——–

Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan pesantren Almuflihun yang diasuh oleh ust. Wahyudi Sarju Abdurrahmim, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899