Amal yang Diterima


Oleh Abdul Gaffar Ruskhan

Assalamualaikum wr. wb.

Apa kabar saudaraku?
Mudah-mudahan di akhir Ramadan ini, kita dapat menyempurnakan amal ibadah kita. Jangan sampai amal kita sia-dia di sisi Allah SWT, semoga bimbingan dan hidayah-Nya senantiasa tercurah kepada kita. Amin!

Allah SWT berfirman,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً
“Siapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya hendaklah mengerjakan amal yang saleh dan janganlah mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Rabb-nya.” (QS Al-Kahfi: 110)

Hari ini kita berada di akhir bulan Ramadan. Umat Islam segera menyelesaikan kewajiban berpuasa pada bulan Ramadan tahun ini. Para salafus-salih (orang-orang saleh terdahulu/sahabat) sedih atas kepergian Ramadan. Mereka justru meningkatkan kuantitas dan kyalitas ibadah menjelang puasa berakhir.

Kita pun sebagai mukmin sejati tetap sedih akan kepergian Ramadan. Jauh-juah beberapa bulan Ramadan kita harapkan dapat berjumpa. Perjumpaan itu sudah berlangsung selama satu bulan. Ternyata tamu agung ini harus pergi karena sudah genap tugasnya. Beberapa jam lagi dia akan pamit. Masuknya waktu magrib, Ramadan akan bertolak dan akan datang lagi sebelas bulan yang akan datang. Dia pasti datang, tetapi apakah kita masih bisa menyambut kedatangannya tahun depan. Tidak ada yang dapat memastikan perjumpaan dengan Ramadan yang akan datang.

Ibnu Rajab dalam Lathaiful Maarif berkata,

كيف لا تجري للمؤمن على فراق رمضان دموع. وهو لا يدري هل بقي له عمره إليه رجوع

“Bagaimana mungkin seorang mukmin yang terpisah dari Ramadan tidak membuat air mata bercucuran, dan ia tidak tahu apakah masih tersisa umurnya baginya (Ramadan) untuk kembali.”

Sudahkan kita meraih predikat takwa dengan berpuasa dan beramal salehnya kita selama Ramadan. Kita tidak dapat mengetahui apakah predikat itu sudah kita raih atau belum? Apakah yakin puasa kita diterima oleh Allah atau tidak? Di situlah status kita sebagai hamba yang hanya bisa memohon kepada-Nya agar amal kita diterima dan dosa-dosa diampuni.

Kita berharap agar amal saleh yang kita lakukan selama bulan Ramadan diterima oleh Allah SWT.

Dalam beramal seorang muslim, ada beberapa hal yang berlu diperhatikan agar amalnya itu bernilai di sisi Allah SWT, yaitu ikhlas dan sesuai dengan sunah Rasulullah. Keikhlasan beramal menjadi penting karena apa pun amal yang dilakukan tanpa niat karena Allah akan tertolak. Bukankah Rasulullah sudah mengingatkan,

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى.

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR Bukhari No. 1 dan Muslim No. 1907)

Jika niat seseorang karena Allah, pasti dia akan mendapatkan apa yang diniatkan. Namun, jika niat itu karena orang lain atau apa yang diniatkan pasti tidak akan bernilai di sisi Allah SWT.

Puasa bertujuan untuk mencapai derajat takwa. Hal itu disebutkan
dalam firman Allah mengakhir ayat puasa Ramadan (QS Al-Baqarah:.183). Selain itu, sebagai hamba yang tidak luput dari dosa, pasti yang diharapkan adalah pengampunan dari Allah SWT.

Selain itu, amal ibadah yang kita lakukan harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Jika sesuai, insyaallah amalnya akan diterima.

Rasulullah saw. bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Siapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, amalan tersebut tertolak.” (HR Muslim No. 1718)

Sebagai contoh, akhir-akhir di media sosial ada anjuran untuk melakukan salat kafarat (pengganti) salat wajib yang pernah ditinggalkan. Kafaratnya dilakukan pada Jumat terakhir Ramadan. Salat kafarat tidak ada dalam tuntunan Rasulullah. Mengapa demikian?

Salat adalah kewajiban perseorangan pada waktu tertentu. Allah SWT berfirman,

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

“Sesungguhnya salat merupakan kewajiban bagi orang beriman yang telah ditetapkan waktunya.” (QS An-Nisa: 103).

Siapa yang melakukan di luar waktunya termasuk yang melalaikan salat melanggar aturan Allah SWT. Jika dia melanggar aturan dan lalai, berarti dia terancam dengan bencana/dosa besar (QS Al-Ma’un: 4). Karena itu, kafarat salat wajib tidak ada. Bahkan, jika kita lupa salat, tidak kafarat. Yang dilakukan adalah salat pada saat ingat. Rasul saw. bersabda,

مَنْ نَسِىَ صَلاَةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا ، لاَ كَفَّارَةَ لَهَا إِلاَّ ذَلِكَ

“Siapa yang lupa salat harus salat ketika ingat. Tidak ada kafarah untuk menebusnya selain itu.” (HR Bukhari 597 dan Muslim 1598)

Hadis itu jelas sekali bahwa salat kafarat itu mengada-ada dan tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. Orang yang mengatakan salat kafarat dasarnya hadis jelas hadisnya tidak dapat diterima. Ahli hadis sependapat bahwa hadisnya mauduk (palsu).

Tertidur pun bukan menyia-nyaikan salat. Salat dilakukan setelah terbangun walaupun waktunya telah luput.

أَمَا إِنَّهُ لَيْسَ فِيَّ النَّوْمِ تَفْرِيطٌ، إِنَّمَا التَّفْرِيطُ عَلَى مَنْ لَمْ يُصَلِّ الصَّلَاةَ حَتَّى يَجِيءَ وَقْتُ الصَّلَاةَ الْأُخْرَى، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَلْيُصَلِّهَا حِينَ يَنْتَبِهُ لَهَا

“Sesungguhnya ketiduran bukan termasuk menyia-nyiakan salat. Yang disebut menyia-nyiakan salat adalah mereka yang menunda salat hingga masuk waktu salat berikutnya. Siapa yang ketiduran hingga telat salat hendaknya dia laksanakan ketika bangun.” (HR Muslim 1594)

Kita harus berhati-hati agar tidak termasuk kelompok yang tempat tinggalnya di neraka, seperti hadis Rasulullah,

إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

“Sesungguhnya berdusta atas namaku, tidak seperti berdusta atas nama orang lain. Siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, hendaknya dia siapkan tempatnya di neraka.” (HR Bukhari No. 1291 dan Muslim No. 5)

Syaikul Islam Ibnu Taimiyah (Baca Al-Ikhtiyarat:34)
menjelaskan bahwa orang yang pernah meninggalkan salat dengan sengaja dianjurkan memperbanyak salat sunah karena dapat menutupi kekurangan salat wajib,

وتارك الصلاة عمدا لا يشرع له قضاؤها ، ولا تصح منه ، بل يكثر من التطوع ، وهو قول طائفة من السلف

“Orang yang meninggalkan salat dengan sengaja tidak disyariatkan mengqadanya. Jika dilakukan, salat qadanya tidak sah. Namun, yang dia lakukan adalah memperbanyak salat sunah. Ini merupakan pendapat sebagian ulama masa silam.”

Kita berharap agar setiap amal yang kita lakukan secara ikhlas dan ikut sunah mampu memberikan nilai kebaikan dan bernilai di sisi Allah SWT. Kita juga berharap kepada Allah agar semua amal kita diterima-Nya sehingga Ramadan mampu kita jadikan sebagai ladang amal dan menjadi sarana datangnya rahmat dan pengampunan dari Allah SWT. Pada akhirnya, baik puasa maupun qiyamulail yang kita lakukan selama bulan Ramadan akan dapat meningkatkan derajat takwa kita dan mendapatkan keampunanan dari Allah SWT.
Kita sambut datangnya hari suci, hari kemenangan orang berpuasa: Idulfitri.

Selamat Idulfitri 1441 H Taqabbalallahu minna waminkum taqabbal ya karim. Mohon maaf lahir dan batin!

Wallah al-muwafiq ila aqwam at-tariq.

Wassalamualaikum wr wb.

—++—-+——–

Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan pesantren Almuflihun yang diasuh oleh ust. Wahyudi Sarju Abdurrahmim, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899