5 Poin Risalah Pembaharuan Perkaderan Muhammadiyah

Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 telah menjadi keniscayaan, Muhammadiyah perlu menyiapkan sistem dan sumber daya agar tetap terdepan menjadi gerakan pembaruan.

Kesiapan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan yang merdeka dan beradab dengan tetap berpedoman pada nilai-nilai Al-Quran dan As-Sunnah Al-Maqbullah dalam rangka mengantarkan kader menjadi insan kamil, khaira ummah, menuju masyarakat islam yang sebenar-benarnya.

Peningkatan budaya perkaderan dimulai dari perkaderan keluarga sebagai embrio sekaligus basis, dilanjutkan dengan perkaderan organisasi otonom, perkaderan di amal usaha Muhammadiyah, dan perkaderan Muhammadiyah. Model perkaderan itu perlu mendapat sambutan dan dukungan dari seluruh level dan jenjang Persyarikatan

Pimpinan Muhammadiyah terpilih dalam setiap jenjang permusyawaratan hendaknya adalah mereka yang memiliki komitmen dan mengawal gerakan kaderisasi. Hal ini dikarenakan perkaderan adalah inti organisasi, Sehingga setiap level kepemimpinan perlu diisi oleh kader yang memiliki visi dakwah islam amar ma’ruf nahi munkar, membangun, dan membesarkan Muhammadiyah.

Muhammadiyah adalah harakah wasatiyyah yang berkemajuan bercirikan i’tidal, tawazun, tasamuh, syura, qudwah dan muwathonah. Dengan demikian, Muhammadiyah dapat mengingatkan peran dan kontribusi dalam ranah kebangsaan, kemanusiaan universal sebagai wujud kosmopolitanisme Islam.