Sekjen Pemuda Muhammadiyah Gagap Membaca dan Nir Etika

Sebenarnya kami enggan menanggapi manuver Sekjen PP Pemuda Muhammadiyah yang mengeluarkan rilis resmi ke media menanggapi penyataan Ayahanda Din Syamsuddin namun riuhnya netizen Muhammadiyah yang merespon rilis Sekjen PPPM mendorong kami menyikapinya.

Rilis pernyataan sekjend PPPM dimuat di link berikut Timesindonesia , Okezone , Beritasatu

Pertama, tulisan Ayahanda Din Syamsuddin yang dipersoalkan sesungguhnya sangat compatible dengan instruksi PP Muhammadiyah bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi netral dalam Pilpres selanjutnya Din Syamsuddin menyerukan walaupun Muhammadiyah Netral namun warga Muhammadiyah harus pro aktif menggunakan hak pilih dan menentukan pilihannya. Jadi tidak ada tulisan Pak Din yang mereduksi dan mendelegitimasi sikap resmi PP Muhammadiyah.

Link pernyataan Prof Din Syamsuddin :
https://sangpencerah.id/2019/03/prof-din-syamsuddin-muhammadiyah-tak-boleh-netral-pada-pilpres-2019/

Sampai disini tidak ada yang keliru dari pernyataan Pak Din dan Insyaallah seluruh warga Muhammadiyah bisa menangkap maksud pak Din dan yang lebih penting dalam pernyataan Pak Din tidak sekalipun mengarahkan atau menyuruh memilih salah satu pasangan Capres/Cawapres.

Sehingga menjadi aneh kenapa Sekjen PP Pemuda menjadi panik dan halusinasi sendiri menanggapi tulisan Pak Din.

Banyak respon netizen Muhammadiyah di fanspage Sang Pencerah yang berpendapat Sekjen PP Pemuda Muhammadiyah gagap membaca pernyataan pak Din atau mungkin hanya membaca judul tulisan Pak Din saja tanpa memahami makna dan pesan tulisan tersebut.

Kedua, netralitas seorang Dzulfikar Ahmad Tawalla selaku Sekjen PP Pemuda dipertanyakan dalam rilisnya Dzulfikar menggaungkan sikap Pemuda bersama AMM lainnya yang mengeluarkan surat pernyataan bersama menjaga netralitas Angkatan Muda Muhammadiyah sebagai salah satu dasar mengkritik tulisan Pak Din namun dia tidak bereaksi sedikitpun ketika sekelompok orang di Bandung mengatasnamakan Angkatan Muda Muhammadiyah mendeklarasi dukungan kepada Capres yang juga dihadiri oleh Fahd Pahdepei tidak ada kritik yang dilayangkan ke Fahd Pahdepei dan mereka yang mengatasnamakan AMM padahal ini sudah terang nyata mendukung salah satu Capres menggunakan nama Muhammadiyah apa karena Sekjen kerap bertemu dengan mereka sehingga punya pemahaman yang sama.

Ketiga, Apa yang disampaikan Pak Din bagi warga Muhammadiyah adalah hal yang biasa dan mudah dipahami, namun kalau Sekjen PPPM gagap membaca dan tidak paham maksud dari beliau maka ada jalan tabayun yang dilakukan, bagaimana etika kita kepada ayahanda Muhammadiyah tentu bisa dilakukan secara lebib elegan dan beradab.

Bukan dengan cara mencari popularitas pribadi dengan mengumbar ke media yang malah menyinggung warga Muhammadiyah.

Sekjen PP Pemuda Muhammadiyah harus lebih bijaksana mulai dari membaca menelaah kemudian merespon secara intelektual dan proporsional, jangan perilaku nir adab yang tidak menghormati ayahanda tokoh Muhammadiyah kemudian dibawa ke pentas nasional mengatasnamakan organisasi otonom Muhammadiyah.

Semoga semua pihak bisa lebih menahan diri dan mengedepankan etika di tengah situasi politik saat ini.

Nasrun minallah wa fathun qarib

( Redaksi Sang Pencerah )