MPS Gelar Revolusi Mental Panti Asuhan Muhammadiyah

Sangpencerah.id – Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Republik Indonesia, melaksanakan Sosialisasi Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) bagi Pengurus dan Pengasuh Panti Asuhan serta relawan sosial Muhammadiyah Se-Jabodetabek.

Acara sosialisasi berlangsung di Uhamka Pasar Rebo Jakarta (1/7/2018), yang dihadiri oleh Ketua MPS PP Muhammadiyah, Sularno, Penanggung Jawab Sosialisasi Faozan Amar, Gugus Tugas GNRM Kemenko PMK Fajar Riza Ulhaq,  Praktisi Kelanjutusiaan Adi Santika, dan M. Ihsan Praktisi Perlindungan Anak yang juga Wakil Ketua MPS PP Muhammadiyah. Acara ini juga dihadiri pengurus dan pendamping panti asuhan, serta 100 relawan panti asuhan Muhammadiyah.

Menurut Ketua Pelaksana, Dedi Warman, pelaksanaan acara sosialisasi ini bertujuan memberikan pemahaman kepada para pengasuh dan pengurus Panti Asuhan Muhammadiyah tentang pentingnya Gerakan Nasional Revolusi Mental. Yang lebih penting dari gerakan sosial dan kesejahteraan di panti asuhan adalah, “Merumuskan peran strategis Muhammadiyah dalam menyukseskan Gerakan Nasional Revolusi Mental,” katanya.

Sementara itu Faozan Amar, dalam sambutannya mengatakan sosialisasi yang dilakukan dalam konteks pelayanan sosial tersebut mampu mengkristalisasi dalam kehidupan sehari-hari, terutama di panti asuhan Muhammadiyah. “Bagaimana panti asuhan memiliki semangat  untuk mengintegrasikan nilai-nilai revolusi mental dan spirit keislaman,” paparnya.

Faozan menambahkan, jika sikap dan perilaku hidup ini bersenyawa dalam kehidupan di panti asuhan, maka layanan sosial akan bertransformasi sebagai rumah yang melayani seluruh warga negara dan tempat membina karakter serta keterampilan bagi mereka yang tidak beruntung secara sosial.

Hal senada disampaikan Ketua MPS, Sularno, bahwa prinsip dasar yang utama tidak berhenti pada Pancasilanya, tapi bagaimana nilai-nilai itu dapat membentuk karakter jiwa yang kuat bagi pengurus, pembina dan anak-anak di panti asuhan. Sularno mengibaratkan perubahan perilaku hidup yang berbasis revolusi mental seperti padi dan rumput.

“Rumput dapat tumbuh dalam tanaman padi yang subur, tetapi padi tidak akan tumbuh di tengah tanaman rumput yang subur,” jelasnya. Artinya ini tantangan bagi siapapun untuk melakukan perubahan dalam suatu entitas dengan keteladanan. Tak lupa MPS mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya cara ini semoga memberikan manfaat.

Dalam sesi materi, Fajar Riza Ulhaq, menilai revolusi mental bukan suatu yang baru. Tapi bagaimana kita mampu memberikan sikap dan perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Semangatnya sama dengan Muhamamdiyah bahwa negara bisa dilihat sebagai lembaga besar yang tata kelolanya ingin mengayomi dan melindungi warga negaranya,” jelasnya.

Pembicara berikutnya, M. Ihsan selaku Wakil Ketua MPS PP Muhammadiyah, berharap pendamping dan pengasuh panti mulai menggali model-model pemberdayaan panti. Cara pandang panti asuhan sudah berubah saat ini. “Yakni bagaimana panti asuhan berperan sebagai lembaga yang ikut mengembalikan anak kepada keluarga,” katanya. Karena itu, panti asuhan yang di dalamnya ada pendamping dan pengurus dapat berperan mendukung pengasuhan anak yang baik dengan berbagai pemangku kepentingan.

Sebagai pembicara terakhir, Adhi Santika, praktisi kelanjutusiaan, mengatakan ketika berbicara lansia jangan melihat panti. Tidak hanya itu, yang penting bagi lansia adalah membina dan mendampingi lansia untuk perlindungan, pemenuhan, dan penghormatan hak lanjut usia.

Yang tak kalah penting adalah bagaimana membina hubungan komunikasi dengan lintas generasi bagi lansia, sehingga makna penting kelanjutusiaan dapat dilihat dalam sudut pandang yang sehat. Sehingga ke depan lintas generasi dapat memandang lansia dengan kritis.

Dalam sosialisasi gerakan revolusi mental, diselenggarakan juga pelatihan ToT untuk pengurus panti dan penanaman pohon secara simbolis di perumahaan warga setempat di belakang kampus Uhamka. Dalam kesempatan itu, diberikan juga penyerahan buku secara simbolis berjudul Darul Ahdi wa Syahadah  yang mengupas dan konteks, makna aktualiasi untuk Indonesia berkemajuan.