Masih Percaya Ritual Rebo Wekasan ? Ini Penjelasan Tarjih Muhammadiyah

Foto Tradisi Rebo Wekasan (Benny Bastiandy)

Pengajian Tarjih Pimpinan Daerah Muhammadiyah Klaten di Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan disampaikan bahasan tentang Ritual Rebo Wekasan, Disebutkan dalam beberapa kitab seperti Kanzu al-Najah, Nubdzatul Anwar dan Jawahir al-Khamsi bahwa pada hari Rabu akhir bulan Shafar Allah menurunkan 320.000 musibah. Maka amaliyah-amaliyah yang sebaiknya dilakukan di hari Rabu akhir bulan Shafar (Rebo Wekasan) yaitu sholat sunnat 4 rakaat atau 2 rakaat, bisa dilakukan dengan 2 tasyahud dan 1 salam atau 2 tasyahud dan 2 salam. Dengan bacaan niat :

أُصَلِّى سُنَّةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلاَءِ رَكْعَتَيْنِ (أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ) ِللهِ تَعَالىَ

Artinya : Aku niat sholat hajat agar terhindar dari bala’ (bencana) 2 rakaat (4 rakaat) karena Allah Ta’ala.

Versi lainnya menganjurkan sebaiknya diniatkan untuk sholat sunnat muthlaq 2 rakaat. Setelah membaca Al Fatihah kemudian membaca surat Al Kautsar 17x, Al Ikhlash 5x, Al Falaq 1x dan An Naas 1x. Begitu pula di rakaat berikutnya membaca bacaan tersebut. Ada pula yang menganjurkan mengerjakannya 6 rakaat dengan cara tiap 2 rakaat salam, di tiap rakaat pertama setelah Al Fatihah membaca ayat kursi, dan di rakaat ke-2 membaca surat Al Ikhlas. Setelah itu membaca doa-doa tertentu lalu surat Yasin dengan mengulang bacaan sebanyak 313 x membaca “Salaamun qaulan min rabbin rahiem” lalu shalawat munjiyat 11x, dan seterusnya.
.
Apakah amalan-amalan tersebut dicontohkan oleh Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ?

Berkenan dengan hal tersebut, hukum meyakini datangnya malapetaka di bulan Shafar sudah dijelas kan oleh hadits shahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah sebagai berikut :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الأَسَدِ.

Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : Tiada penu laran penyakit, tiada pesimis, tiada ruh mayat yang kembali kedunia menjadi burung hantu, tiada bulan shafar termasuk bulan haram. Lari lah kamu dari orang yang tertimpa penyakit lepra sebagaimana kamu lari dari singa. HR. Bukhari, hadits no. 5707.

Menurut Ibnu Rajab al Hanbali Rahimahullah, hadits tsb merupakan bantahan Rasulullah terhadap tradisi yang berkembang di masa Jahiliyah. Masyarakat Jahiliyah meyakini datangnya sial (malapetaka) di bulan Shafar, dan mereka melarang bepergian pada bulan itu. Maka Rasulullah membathilkan pendapat tersebut. Meyakini datangnya sial di bulan Shafar termasuk jenis thiyarah (menyandarkan sebab kesialan atau keberuntungan) yang diharamkan oleh Syariat Islam. (Lathaif al-Ma’arif, hal 148).

Al Quran pun menjelaskan bahwa turunnya bencana tidak ada hubu- ngannya dengan bulan tertentu atau keadaan tertentu, akan tetapi sudah dituliskan oleh Allah sebelum diciptakannya langit dan bumi. Allah Ta’ala berfirman dalam QS.57, Al Hadid : 22 – 23

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (23)

22. tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
23. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Dari penjelasan tersebut bisa dipastikan bahwa kebiasaan beribadah khusus di Rebo Wekasan bulan Shafar bukan berasal dari Sunnah Rasulullah. Asal-usul tradisi tsb anjuran Syeikh Ahmad bin Umar ad-Dairobi dalam kitab Fathul Malik al-Majid al-Muallaf li Naf’il ‘Abid wa Qam’i Kulli Jabbar ‘Anid (yang lebih popular dikenal dengan kitab Mujarrobat ad-Dairobi). Ad-Dairobi menyebutkan seorang Waliyullah yang telah mencapai maqam kasyaf (memiliki pengetahuan spiritual yang tinggi) mengatakan bahwa setiap tahun Allah Ta’ala menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar. Maka barangsiapa yang melakukan sholat 4 rakaat, dan di tiap rakaat setelah membaca Fatihah, membaca al-Kautsar 17x, lalu al-Ikhlas 5x serta al-Falaq dan an-Naas masing-masing sekali, Allah dengan kemurahan- Nya akan menjaga orang tsb dari semua bencana yang turun di hari itu hingga semourna setahun.

Anjuran semacam itu (dengan beberapa perbedaan macam ritual) juga terdapat pada kitab Al-Jawahir al-Khamsi karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin al-‘Atthar, kitab Hasyiyah as-Sittin, Kanzun Najah, karya Abdul Hamid bin Muhammad Ali Quds, kitab Nubdzatul Anwar, dan sebagainya. Dengan demikian, riwayat tentang Rebo Wekasan dan rangkaian amaliyah di dalamnya bersumber dari pernyataan orang-orang sholeh ((ilham Waliyullah). Tidak ada satu riwayatpun yang bersumber dari hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan Rasulullah pun mengingkarinya.

Syeikh Muhammad Amin asy-Syinqithi, penulis kitab Tafsir Adhwa’ul Bayan, menyatakan bahwa : “Telah ditetapkan di dalam ilmu Ushul bahwa ilham para wali tidak boleh dijadikan dalil atas apapun, karena dia (wali) tidak ma’shum dan tidak ada dalil yang membolehkan ber-istidlal dengannya. Sementara itu, anggapan sebagian kelompok Shufiyyah tentang bolehnya beramal berdasarkan ilham bagi orang yang berilham saja, adalah pendapat yang bathil dan tidak bisa dipakai, karena tidak didukung dalil, tidak ma’shum dan tidak dipercaya lintasan-lintasan pikirannya karena tidak aman dari selundupan syetan. Dan hidayah telah dijamin dengan mengikuti Syariat dan tidak dijamin bila mengikuti lintasan-lintasan pikiran dan ilham-ilham.” (Tafsir Adhwa’ul Bayan 3/324)

Keyakinan turunnya 320.000 bencana di Rabu terakhir bulan Shafar tidak benar. Oleh karenanya tradisi ritual rebo wekasan baik berupa shalat sunnat, doa-doa khusus ataupun ritual lain yang berhubungan dengan rebo wekasan bukan berasal dari al Qur’an dan as Sunnah Nabi, maka tidak boleh dilakukan dan harus ditinggalkan.

sumber : sieradmu.com