GNPF Ulama Laporkan Sukmawati Karena Hina Islam

Sangpencerah.id – Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama bakal melaporkan putri Presiden ke-1 RI Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri, ke Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri. Alasan mereka melakukan itu lantaran tersinggung terkait kata-kata dalam puisi dibacakan Sukmawati pada acara ’29 Tahun Anne Avantie Berkarya’, di Indonesia Fashion Week 2018 beberapa waktu lalu.

Ketua Bidang Advokasi GNPF Ulama Kapitra Ampera mengatakan, laporan terhadap Sukmawati akan dilakukan pada Rabu (4/4) siang. Puisi dibacakan Sukmawati saat itu dinilai mengandung unsur penistaan agama karena membandingkan azan dengan kidung.

“Laporan dari tim advokasi GNPF. Jam 14.00 WIB di Bareskrim Mabes di Gambir, Jakarta Pusat,” kata Kapitra kepada CNNIndonesia, Rabu (3/4).

Sebelumnya Kapitra menyatakan akan mengirimkan somasi pada Sukmawati terkait isi puisi tersebut. Dalam satu bait, Sukmawati menyebut ‘kidung ibu Indonesia lebih merdu dari alunan azan’.

Selain itu, Kapitra juga menyampaikan pada malam hari ini, anggota alumni 212 akan mengadakan pertemuan guna membahas persoalan itu. Pertemuan bakal digelar di Rumah Persaudaraan Umat (Sekretariat DPP PA 212) Jalan Condet raya nomor 16 Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.

“Iya (dihadiri) seluruh elemen. Habis Isya,” kata Kapitra.

Sebelumnya Sukmawati membantah kalau puisinya itu menyinggung suku, agama, ras atau antargolongan (SARA).

“Itu suatu realita tentang Indonesia,” katanya seperti dilansir dari Detikcom.
Menurut Sukmawati, sebagai seorang budayawan dia berusaha memahami pikiran masyarakat dari berbagai daerah yang memang tidak memahami syariat Islam. Misalnya di Wilayah Indonesia Timur dan Bali.

Soal kata-kata kidung ibu pertiwi Indonesia yang dinilai dibandingkan dengan azan, Sukmawati menilai hal itu sah-sah saja.

“Enggak selalu orang yang mengalunkan azan itu suaranya merdu. Itu suatu kenyataan. Ini kan seni suara ya. Dan kebetulan yang menempel di kuping saya adalah alunan ibu-ibu bersenandung, itu kok merdu. Itu kan suatu opini saya sebagai budayawati,” kata Sukmawati.

“Jadi ya silakan orang-orang yang melakukan tugas untuk berazan pilihlah yang suaranya merdu, enak didengar. Sebagai panggilan waktu untuk salat. Kalau tidak ada, Akhirnya di kuping kita kan terdengar yang tidak merdu”.(cnnindonesia)