100 Orang Ikuti Diklatsar Kokam Magelang

Sangpencerah.id – Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) Kabupaten Magelang dituntut memiliki keterampilan navigasi darat. Ilmu ini akan memudahkan para anggota KOKAM saat melaksanakan misi pencarian dan penyelamatan korban, maupun untuk keperluan diri sendiri saat tersesat di sebuah lokasi asing dengan bantuan minimal peta dan kompas.

Navigasi darat, merupakan salah satu materi yang didapatkan para anggota KOKAM saat mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) KOKAM Kabupaten Magelang yang diikuti sekitar 100 orang dari 10 perwakilan cabang. Selain itu, peserta diklat juga belajar manajemen bencana, pertolongan pertama pada gawat darurat (PPGD), peraturan baris berbaris (PBB), komunikasi, Al Islam dan Kemuhammadiyahn, kesemaptaan, lalu lintas, wawasan kebangsaan, juga ke tentang KOKAM.

“Kami harap, ilmu yang didapatkan pada diklat ini dapat meningkatkan keterampilan anggota KOKAM juga bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Ketua Pimpinan Daerah (PD) Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Magelang, Sapari saat membuka acara, Jumat, (13/2).

Dirinya juga mengingatkan, bahwa kehadiran KOKAM di Indonesia tidak hanya untuk mengabdi kepada organisasi Muhammadiyah. Secara luas, KOKAM ada untuk bangsa dan negara.

“Karena itu, penting kiranya kita meresapi kembali sejarah lahirnya KOKAM pada tahun 1965 dalam memberantas pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI),” tandasnya.

Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Magelang, Sulaiman Affandi mengakui bahwa persyarikatan Muhammadiyah memiliki komitmen kemanusian dan kebangsaan yang tertulis nyata di atas bentang perjalanan usia, dan terpatri kuat dalam sejarah bangsa Indonesia. Bahkan, kata dia, sikap istiqomah Muhammadiyah secara kelembagaan tercermin dalam kancah pertahanan keamanan dan lapangan Bela Negara, seperti Hisbul Wathan pada pra zaman perjuangan kemerdekaan dan KOKAM pada era Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI).

“Perjuangan membangun bangsa dan negara bagi persyarikatan Muhammadiyah bersifat holistic tanpa batas dan tanpa melihat suasana menyenangkan atau pahit, menguntungkan secara material atau tidak,” tegasnya saat membuka diklat di Kompleks Pendidikan Muhammadiyah Borobudur.

Dia berkisah, keterlibatan persyarikatan Muhammadiyah di lapangan Bela Negara pada era G.30 S nyata. Dengan penuh kesadaran institusional, lanjut Sulaiman, pada 1 Oktober 1965 pukul 21.30 WIB, Muhammadiyah menetapkan berdirinya barisan Bela Negara yang dikenal dengan nama KOKAM.

“Keputusan tersebut sekaligus menjadi salah salah satu bentuk peran kongrit persyarikatan Muhammadiyah bersama,” imbuhnya. (moa)