Partai Mezzaninne

Oleh : Izzul Muslimin

Gara-gara musibah ambruknya lantai mezzaninne di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) tadi siang (15/01/18), saya jadi ingin tahu pengertian mezzaninne. Ternyata mezzaninne berasal dari bahasa Italia ‘mezzanno’ yang berarti tengah. Dalam ilmu bangunan mezzaninne sendiri diartikan sebagai lantai antara lantai 1 dan lantai 2. Karena lantai antara, mezzaninne tidak penuh satu lantai dan juga semi permanen. Sebagai bangunan tambahan dan semi permanen tentu mezzaninne didesain lebih ringan dan tidak sekuat lantai permanen. Mezzaninne juga mudah untuk dibongkar pasang dan diubah sesuai kebutuhan.

Kelebihan dan keuntungan lantai mezzaninne salah satunya adalah mempercantik ruangan. Dengan lantai mezzaninne kita bisa membuat ruangan berundak dan pemandangan yang artistik. Lantai mezzaninne juga memberikan ruangan tambahan sehingga bisa menambah efisien tempat. Namun lantai mezzaninne juga punya kelemahan. Karena sifatnya yang semi permanen lantai mezzaninne tak sekuat lantai permanen sehingga tidak bisa menopang beban seberat lantai permanen. 

Ternyata mezzaninne juga bisa kita temukan dalam kehidupan politik. Dalam perpolitikan kita bisa mengenal partai mezzaninne. Berbeda dengan partai yang didirikan atas dasar ideologi tertentu, partai mezzaninne adalah partai yang dibuat untuk kepentingan jangka pendek. Biasanya partai mezzaninne didirikan karena menjadi kendaraan politik seorang tokoh untuk mencapai cita-cita politiknya, terutama ambisi untuk menjadi presiden. Karena kuatnya pengaruh dan besarnya modal tokoh tersebut, partai mezzaninne juga diminati banyak orang, tentu dengan agenda mereka masing-masing.

Karena berbasis ketokohan seseorang, partai mezzaninne pada umumnya miskin nilai dan tujuan kecuali dari ketokohan pemimpinnya. Partai mezzaninne akan diuji ketika tujuan Sang Tokoh tercapai atau tidak tercapai dan kemudian Sang Tokoh tersebut ingin mundur dari panggung politik dan partai yang didirikannya. Atau lebih tragis lagi jika tiba-tiba Sang Tokoh meninggal dunia sebelum dia sempat menyiapkan suksesi kepemimpinan selanjutnya. Proses regenerasi partai mezzaninne ada dua kecenderungan, bersifat primordial atau transaksional. Bersifat primordial ketika regenerasi diserahkan kepada keturunan atau keluarga dekatnya. Bersifat transaksional ketika regenerasi diberikan kepada pihak lain yang bisa memberi jaminan atau imbalan kepada Sang Tokoh dan keluarganya.

Menurut saya, di Indonesia lebih banyak partai mezzaninne daripada partai yang punya pondasi ideologis. Bahkan kadang partai yang berbasis ideologi malah kehilangan pamor dan peminat dibanding partai mezzaninne. Ini karena memang ada kecenderungan berpartai politik sekarang ini lebih didorong oleh semangat pragmatisme. Ini juga ditandai dengan begitu mudahnya orang berpindah pindah partai politik. Ada orang yang bahkan tiap Pemilu selalu berada di partai politik yang berbeda. 

Salahkah fenomena yang demikian? Menurut saya ini bukan soal benar salah, tapi soal cara orang memandang kehidupan. Jika sekarang banyak orang yang semakin pragmatis dalam memandang kehidupan, ya begitu pula mereka berpolitik dan berpartai. Salahkah orang berpikir pragmatis? Saya pernah dengar kata seorang tokoh tapi saya lupa namanya. “Kalau kamu berpandangan pragmatis, mungkin kamu punya kesempatan lebih panjang untuk hidup. Tapi kalau kamu punya pandangan idealis, mungkin kamu akan punya kesempatan lebih lama dikenang orang”. Benar nggak?

Ujung senja di Bekasi, 15 Januari 2018