Bangsal Mewah untuk Dhuafa, Tak Ada “Debora” di RS Muhammadiyah Gombong

RS PKU Muhammadiyah Gombong

SangPencerah.idSejak kasus Kematian seorang bayi bernama Debora, publik dikejutkan dengan fenomena rumah sakit yang masih membedakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu.

Bagaimana dengan fakta yang terjadi dirumah sakit milik PCM Gombong ini melayani pasien dhuafa-nya?.  Rumah Sakit swasta tentu memiliki serangkaian aturan administrasi pembiayaan yang harus mengedepankan azas prefesionalitas, tetapi sisi lain rumah sakit sesuai dengan amanah UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Bab II pasal 2 dijelaskan “rumah sakit diselenggarakan berdasarkan persamaan hak dan anti diskriminasi melakukan perlindungan dan keselamatan pasien serta mempunyai peran sosial” .

Hal ini haruslah dimengerti dan disadari oleh seluruh stakeholder rumah sakit tanpa kecuali pemerintah. Pemerintah hendaknya melakukan fungsi pengawasan dan pembinaan termasuk memfasilitasi pembiayaan yang baik (Baca Jaminan Kesehatan Masyarakat) karena itu amanah Undang-Undang.

Di RS PKU Muhammadiyah Gombong sejak program Pemerintah Layanan Kesehatan Maskin 2006 (masyarakat miskin) digulirkan di era Menkes Siti Fadilah Supari, RS PKU Gombong diminta sejak awal untuk ikut tanpa berpikir panjang soal untung rugi. Kemudian muncul program jaminan Pelayanan Persalinan (Jampersal) bagi masyarakat kurang mampu,yang dikenal sangat tidak berorientasi pada profit.

PKU selalu tampil terdepan karena  menyadari bahwa PKU dibentuk oleh Kyai Sujak pada saat itu adalah untuk Penolong Kesengsaraan Oemum, jadi PKO didirikan bukan untuk membuat rumah sakit saja tapi lebih dalam maknanya dari itu. Menurut dr. H. Ibnu Naser. S.Ag.MMR Direktur utama RS PKU Muhammadiyah Gombong, “ PKU harus hadir sebagai misi pelayanan kemanusiaan dan misi dakwah. PKU spirit utamanya bukan sekedar untuk mengejar profit, tapi ladang perjuangan untuk beramal soleh. Maka bismillah RS PKU dimanapun harus sadar sesadar sadarnya bahwa menolong orang miskin adalah harus menjadi value; habit dan spirit hidup rumah sakit muhammadiyah, Allah maha mengetahui, Maha pencatat dan Allah-lah sebaik baik pembuat perhitungan soal untung dan rugi”, ujarnya.


Sejak tahun 2006, RS PKU Muhammadiyah Gombong berinsiasi membangun bangsal khusus dhuafa yang sangat mewah. Kala itu sebagai bangsal khusus pertama di Indonesia yang diresmikan oleh menteri kesehatan Siti Fadilah Supari dan diberi nama ”bangsal mustad Afin”. Pada saat itu, MKKM sebagai otoritas Majelis Kesehatan PP Muhammadiyah sempat menyangsikan buat apa membangun bangsal khusus miskin mewah, apa tidak menjadi bumerang.

Tetapi spirit melayani masyarakat miskin itu terus berkembang. bangsal miskin ini dilengkapi sarana AC, Televisi LED dan interior sama persis tidak dibedakan dengan bangsal VIP  dan pasien nya selalu antri, bahkan pada bangunan terbaru yang akan dilouncHing akhir tahun ini bangsal kelas 3 PBI dibuat dengan fasilitas hotel bintang 5 bertemakan hospital tourism. Konsep hospital tourism ini menghadirkan pesona wisata Kebumen yang dilengkapi LED layar lebar 43 inchi (bukan layar kecil), AC Daikin (ruangan maupun koridor),   dispenser setiap kamar,   sofa bed dan tempat tidur dengan matras rebonded busa terbaik.  Hospital tourism ini diapresiasi oleh Bupati Kebumen dan menginstruksikan RSUD untuk meniru kosep RS PKU Muhammadiyah Gombong, mMereka lebih cinta tanah air Kebumen ketimbang kita aparatur sipil negara, malu kita”,  tutur Bupati.

Tidak hanya berhenti sampai disitu dalam berkampanye memuliakan mereka yang  tak mampu,  direktur selalu menyampaikan “orang miskin sebagai para malaikat yang disusupkan oleh Allah untuk mengangkat derajat, harkat dan kemuliaan jangan sampai luput dan jangan sampai terlewatkan dalam memberikan pelayanan.” PKU memberikan layanan antar pasien pulang gratis dan layanan obat gratis tahun lalu 2 APV tahun ini 2 Mobil Innova dan 2 Avansa insya Alloh sedang dalam proses pemesanan mobil terbaru VW  Caravel yang lebih bagus dari mobil dinas direksi.

Insya Alloh kita kepengin seperti pasien di Jepang yang kita sambut mereka bak raja saat mereka pulang. kita tidak mengejar kepuasaan pasien tapi kita hendak berdakwah, inilah rumah sakit muslim harus bersih.  harus ramah, harus menggunakan teknologi modern dan mendahulukan para malaikat Allah yang menjelma menjadi orang orang kurang beruntung itu. Disanalah bersemayam doa dari bibir kelompok orang yang ucapannya tidak berjarak. (sp/red)