Kedekatan Dua Istri Bung Karno dengan Muhammadiyah

Bung Karno dan Fatmawati (Kiri) - Bung Karno dan Inggit Garnasih (Kanan)

SangPencerah– Presiden Pertama sekaligus Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, dikenal sangat dekat dengan Muhammadiyah.Bukan hanya sosok Soekarno yang dekat dengan Muhammadiyah, dua istri yang menemani perjalanan dan perjuangan hidupnya juga sangat dekat dengan Muhammadiyah.

Pada tahun 1938, Bung Karno dipindahkan ke Bengkulu dari Ende. Meski sebagai orang buangan, ia tetap disambut bagai seorang pemimpin besar. Beberapa sumber menyebutkan sebelum tinggal di kediamannya yang terletak di Anggut Atas, Bung Karno sempat menginap di Hotel Sentrum yang sekarang menjadi Hotel Asia. Lalu ia juga pernah tinggal sebentar di kawasan Tanah Patah menyewa rumah milik Haji Middin hingga akhirnya menetap di Anggut Atas bersama istrinya Inggit Garnasih dan dua orang anak angkat, Ratna Joemi dan Sukartik.

Kebiasaan Bung Karno di Bengkulu, pagi hari ia keluar dari kediaman dengan sepeda merek Vongers kesayangannya. Setiap keluar, Bung Karno selalu berpakaian rapi, serba putih, berdasi dan kopiah hitam. Sifatnya yang ramah membuatnya mudah akrab dengan siapa saja, termasuk dengan para tokoh Muhammadiyah.

Jika dalam pembuangan Ende, Bung Karno tampil sebagai orang yang rajin beribadah. Di Bengkulu, Bung Karno aktif dalam perkumpulan Muhammadiyah. Dia bahkan dipilih sebagai Ketua Dewan Pengajaran Muhammadiyah Bengkulu

Di Bengkulu ini pula, sudah banyak diketahui khalayak umum Bung Karno menemukan tambatan hatinya. Ya, Bung Karno menikahi istri ketiganya yakni Fatmawati. Gadis Bengkulu ini diceritakan berbagai sumber tercatat juga sebagai aktivis Nasyiatul Aisyiyah. Fatmawati lahir dari pasangan Hasan Din dan Siti Chadijah. Orang tuanya merupakan keturunan Putri Indrapura, salah seorang keluarga raja dari Kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Ayahnya merupakan salah seorang pengusaha, aktivis dan pejuang dakwah  Muhammadiyah di Bengkulu.

Sebelum mengenal Fatmawati, Bung Karno telah menikah dengan Oetari Tjokroaminoto, yang kemudian diceraikan dan menikah lagi dengan Inggit Garnasih.  Inggit Garnasih resmi menjadi istri Bung Karno pada Tahun 1921 waktu soekarno kos di bandung, Soekarno baru berusia 20 tahun sedangkan Inggit sudah berusia 31 tahun.

Waktu itu Inggit sudah memiliki Suami yaitu, Haji Sanusi akan tetapi semenjak awal Soekarno sudah mengagumi Inggit yang matang dan cantik dan akhirnya pada tahun 1923 Soekarno bisa merebut cinta Inggit dan menikahinya. 20 tahun mengarungi bahtera pernikahan tanpa dikaruniai anak, pada tahun 1943 Soekarno menceraikan Inggit karena tidak mau dimadu.

Dalam perjalanan hidupnya, banyak yang belum tau bila Inggit Garnasih juga dekat dengan Muhammadiyah, khususnya ketika dia masih tinggal di Bandung.  Pada Tahun 1935, Inggit Garnasih turut serta merintis Panti Asuhan Muhammadiyah Bandung bersama tokoh-tokoh Muhammadiyah Jawa Barat.  Bahkan Pada Tahun 1937, Inggit Garnasih merelakan rumah nya yang berada di Jalan Ciateul untuk  ditempati Panti Asuhan Muhammadiyah ini. Baca (Panti Asuhan Muhammadiyah Ini Menjadi Saksi Bandung Lautan Api). (sp/red)