Ngapain Bantu Masjid Al Aqsha yang Jauh disana ?

Suporter Pasoepati Solo

Dalam sepekan terakhir, komunikasi media sosial tiba-tiba banyak diramaikan dengan pembahasan dan broadcast seputar Masjid Al Aqsha dan Palestina. Puncaknya, ribuan masyarakat Indonesia menghadiri aksi dukungan pembebasan Al Aqsha dan Palestina pada Jumat kemarin (21/07/17) di sejumlah kota di Indonesia. Banyak yang antusias menyambut ajakan itu, tak sedikit umat Islam yang justru nyinyir. Ngapain harus bantu Al Aqsha yang jauh di sana? Buat apa? Urusin dulu nih yang di Indonesia.

Meningkatnya pembahasan tentang Masjid Al Aqsha dan Palestina dalam sepekan terakhir dipicu oleh kebijakan pemerintahan Israel yang menutup masjid Al Aqsha dan melarang umat Islam memasuki komplek tersebut bahkan untuk kegiatan shalat Jumat sekalipun. Kebijakan itu membuat kemarahan umat Islam khususnya di Palestina dan Israel. Puncak kemarahan umat, ketika salah seorang imam masjid Al-Aqsa yang pernah ke Indonesia, Syaikh Ikrima Sabri, tertembak peluru karet tentara Israel pada Selasa (18/07/17) malam di depan pintu al-Asbat Masjid Al Aqsha.

Rangkaian peristiwa di Masjid Al-Aqsa hendaknya menyadarkan kembali kepedulian masyarakat Indonesia untuk Masjid Al Aqsha dan Palestina. Bagi umat Islam khususnya, Masjid Al Aqsha bukanlah masjid sembarangan yang sama dengan masjid-masjid pada umumnya. Masjid Al Aqsha merupakan masjid yang diberkahi yang namanya diberikan langsung oleh Allah ta’ala dan menjadi tempat transit Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam saat melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj sebagaimana disebut oleh Allah ta’ala dalam Surat Al-Isra ayat pertama.

Masjid Al Aqsha pernah menjadi kiblat pertama umat Islam sebagaimana kedudukan Kakbah di Masjid Al Haram pada saat ini.

Masjid Al Aqsha merupakan bangunan kedua yang diletakkan Allah ta’ala di bumi setelah Masjid Al Haram.

Bepergian atau mengadakan perjalanan ke Masjid Al Aqsha merupakan “piknik” yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk shalat di dalamnya, dan mengetahui secara mendalam tentangnya.

Masjid Al Aqsha merupakan salah satu tempat yang kelak tidak bisa dimasuki oleh Dajjal.

Shalat di masjid Al Aqsha memiliki keutamaan ratusan kali lipat dari shalat di Masjid lainnya kecuali Masjid Al Haram dan Masjid Nabawi.

”Satu shalat di masjidku (Masjid Nabawi_pen) lebih utama dari empat shalat padanya, dan ia adalah tempat shalat yang baik. Dan hampir-hampir tiba masanya, seseorang memiliki tanah seukuran kekang kudanya (dalam riwayat lain : ”seperti busurnya”) dari tempat itu terlihat Baitul-Maqdis lebih baik baginya dari dunia seisinya” [Diriwayatkan oleh Ibrahim bin Thahman dalam Masyikhah Ibni Thahman, Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jamul-Ausath, dan Al-Haakim dalam Al-Mustadrak. Al-Haakim berkata : ”Ini adalah hadits yang shahih sanadnya, dan Al-Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya. Adz-Dzahabi dan Al-Albani sepakat dengan beliau].

Hadits tersebut termasuk bukti kenabian Muhammad Shallallaahu ’Alaihi Wasallam, yaitu berita bahwa seseorang berangan-angan memiliki tanah meskipun sedemikian sempit, asalkan dapat melihat dari dekat Baitul Maqdis dari tanahnya tersebut.

Begitu cintanya para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terhadap Masjid Al Aqsha, hampir seluruh sahabat utama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah berkunjung dan berziarah ke sana. Beberapa di antaranya yaitu Umar bin Khattab saat menjadi Khalifah.

Khalifah Umar bin Khattab rela melakukan perjalanan ziarah ke Palestina, ketika penduduk negeri itu mensyaratkan bahwa yang berhak menerima penyerahan Palestina harus Umar sendiri selaku pemimpin umat Islam (Khalifah). Pada waktu itu warga Palestina termasuk kaum Nasrani memberikan mandat kepada Khalifah Umar bahwa diri mereka, harta mereka, dan semua kepecayaan di sana, untuk dijaga dan dipelihara oleh Islam. Khalifah Umar bin Khattab membebaskan kembali Masjid Al-Aqsha tersebut pada tahun 638 M. Khalifah Umar bin Khattab kemudian membangunnya kembali dengan kayu di atas pondasi aslinya. Khalifah Umar bin Khattab mewaqafkannya untuk umat Islam, agar jangan sampai diperjualbelikan dan jatuh ke tangan orang di luar Islam.

Masa berikutnya, panglima Shalahuddin Al-Ayyubi dari negeri Kurdi Iraq bersumpah kepada dirinya untuk tidak akan tersenyum selama hidupnya sebelum membebaskan kompleks Masjid Al Aqsha dan kawasan sekitarnya, dari penjajahan tentara Salibis yang juga bukan haknya. Setelah melalui perjuangan panjang, pada tanggal 27 Rajab 573 H / 2 Oktober 1187 Masjid Al Aqsha dan kawasan Palestina dan sekitarnya dapat dibebaskan kembali dari penjajahan yang telah menguasai selama 88 tahun.

Berikutnya, Sultan Abdul Hamid II (tahun 1876-1911 M.) dengan gigih mempertahankan Masjid Al Aqsha sebagai hak wakaf umat Islam, dan tidak memberikan sejengkalpun tanah Palestina dan kompleks Masjid Al Aqsha untuk dikuasai oleh selain umat Islam yang memang yang bukan haknya. Sentral kepemimpinan umat Islam mempertahankan tanah wakaf kompleks Masjid Al Aqsha dan kawasan Palestina dan sekitarnya berlangsung selama lebih kurang 1.200 tahun lamanya hingga tahun 1917 M.

Dengan segala keutamaan-keutamaan Masjid Al Aqsha tersebut, kedudukan Masjid Al Aqsha dapat dikatakan sejajar dengan kedudukan Masjid Al Haram dan Masjid Nabawi. Bahkan dalam kondisi saat ini, dimana masjid Al Aqsha dalam keadaan terkepung oleh Zionis Israel sedangkan Masjid Al Haram dan Masjid Nabawi dalam keadaan aman, kecintaan kita terhadap Masjid Al Aqsha selayaknya lebih besar. Jika kita marah saat ada teror di Masjid Al Haram dan Masjid Nabawi, maka seharusnya kita lebih sangat marah saat Masjid Al Aqsha dikangkangi oleh kaum Yahudi Zionis Israel. Dan pembebasan Masjid Al Aqsha itu hanya umat Islam sendirilah yang akan melakukannya.

Kita sebagai bagian dari umat Islam memiliki kewajiban untuk membantu dan berupaya membebaskan Masjid Al Aqsha meskipun hanya dengan upaya yang kecil. Berdoa untuk kemenangan para mujahidin di Palestina dan pembebasan Masjid Al Aqsha, mendonasikan harta untuk rakyat Palestina, mengutuk tindakan Zionis Israel, menuliskan/menyebarluaskan berita yang benar tentang kondisi rakyat Palestina dan Masjid Al Aqsha, atau mengurangi hingga menghentikan konsumsi produk yang mendukung penjajahan rakyat Palestina merupakan upaya-upaya kecil dalam melakukan pembelaan dan pembebasan Al Aqsha.

Sebagai penutup, penulis kutip kalimat dari Syaikh Anwar Al Awlaqi. Ia mengatakan: from here we begin and in Al Aqsha we will meet (dari sini kita memulai di Al Aqsha kita akan berjumpa / من هنا نبدأ وفي الأقصى نلتقي / min huna nabda’ wa fil Aqsha naltaqiy)

Ngapain harus bantu Al Aqsha yang jauh di sana? Buat apa? Itulah beberapa alasan kami mencintai, membela, dan memperjuangkan Masjid Al Aqsha. Wallahu a’lam

اللهم انصر المسلمين في فلسطين
Ya Allah, tolonglah kaum muslimin di Palestina. Amin.

Zulfikri
Pemred Muslimdaily.net