Bagi Ulama Kalam, Tuhan Hadir Di Alam Raya

Ust. Wahyudi Abdurrahim, Lc. M.M:

 Sebelumnya telah kami sampaikan bahwa para ulama kalam menggunakan istilah al-adah al-muthradah untuk menentukan berbagai kejadian alam yang ada di duni ini. Al-adah al mutradah adalah kebiasaan yang sifatnya kontinuitas, berulang-lang dan tidak berubah. Tugas manusia adalah menyingkap rahasia Allah di alam raya yang tidak berubah ini. Karena dengan kepastian hukum alam, ilmu pengetahuan dapat berkembang.

 

Jika ada sesuatu yang keluar dari jalur kebiasaan, para ulama kalam menyebutnya dengan istilah al khariq lil adah. Kasus tatanan alam yang keluar dari kebiasaan ini, pernah terjadi pada masa kenabian, dengan apa yang sering disebut sebagai mukjizat. Tongkat yang dilempar jadi ular, dipukulkan ke batu dapat memancarkan air, nabi Ibrahim masuk ke dalam api tidak terbakar, nabi Muhamamd saw yang menunjuk ke bulan, lalu bulan terbelah dua, jari-jari nabi yang mengeluarkan air dan lain sebagainya, adalah perkara-perkara yang keluar dari kebiasaan. Iilah peristiwa luar biasa yang oleh para ulama disebut sebagai mukjizat.

 

Baik persitiwa yang selalu mengikuti kebiasaan atau pun yang berada di luar kebiasaan (luar biasa), semuanya atas kehendak Allah Yang Maha Kuasa. Pada dasarnya, Allah saja yang mempunyai kekuatan mutlak bagi makhluknya.  Kekuatan alam, termasuk juga kepiawaian manusia dalam mendesain berbagai teknologi modern, sesungguhnya sekadar titipan yang diberikan Allah kepadanya.

 

Tatkala seorang ulama kalam mempelajari alam raya, yang nampak dalam benaknya adalah kebesaran Tuhan. Semakin jauh dia menyelami alam raya, maka semakin dalam pula nilai spiritualitasnya. Tuhan benar-benar Maha Kuasa. Tuhan mampu menciptakan alam yang sangat luas dengan perhitungan matematis yang sangat detail sehingga terjadi keseimbangan yang luar biasa. Ia adalah ulama yang selalu khusyu dan menyadari kekerdilan dirinya di hadapan Tuhan.
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

Artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba Nya adalah mereka para Ulama.” (QS. Fathir: 28)
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِداً وَقَائِماً يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ

Artinya: “Apakah kalian hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9)
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau maka hindarkanlah kami dari siksa neraka.‘ (QS. Alu Imran [3]: 190 – 191).

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ۚ ذَٰلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ

Artinya: Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir; maka celakalah orang-orang kafir itu, karena mereka akan masuk neraka. [Shâd/38:27].
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ.

„Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.“(Yunus : 5)
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Artinya: Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy; Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam. [al-A’râf/7:54].

وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ وَفِي أَنْفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

Artinya: Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri; maka apakah kamu tidak memperhatikan? [adz-Dzâriyât/51:20-21].

أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ

Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan; dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan? [al-Ghasyiyah/88:17-20].

 

وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ أَفَأَمِنُوا أَنْ تَأْتِيَهُمْ غَاشِيَةٌ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ أَوْ تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

Artinya: Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya. Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?[Yûsuf/12 : 105-107] أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

Artinya:  Apa kalian mengira bahwa sessungguhnya Kami menciptakan kalian sia-sia dan kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami lagi. (QS. Al-Mukminun [23]: 115).

-20].

 

Masih banyak lagi ayat-ayat al-Quran yang menceritakan mengenai berbagai fenomena yang terjadi di alam raya. Tugas manusia untuk mempelajari dan menyingkap rahasia alam demi kemaslahatan manusia di muka bumi. Apalagi manusia telah diangkat Allah sebagai khalifah di bumi ini.  Manusia diberi amanah untuk dapat menundukkan alam raya itu. Apalagi memang segala yang ada di alam raya ini, oleh Allah Tuhan Semesta alam diperuntukkan hanya untuk umat manusia.
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ.

„Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.“(Ibrahim : 33)
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ وَالْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الأرْضِ إِلا بِإِذْنِهِ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ.

„Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia.“(al-Hajj : 65)

 

Jika diperhatikan, seluruh ayat-ayat tadi selalu mengaitkan antara kejadian alam raya dengan kuasa Allah. Ini artinya bahwa alam raya mempunyai keterkaitan erat dengan Allah. Alam raya tidak muncul begitu saja dan tidak mempunyai kekuatan sendiri. Semua yang terjadi di dunia ini, atas kuasa Allah semata.

 

Di sini titik perbedaan dengan para ilmuan athesi. Mereka mencari rahasia alam, namun tidak mengaitkan antara alam dengan sang pencipta. Alam datang dengan sendirinya dan mempunyai hukum sendiri. Alam sifatnya kekal dan abadi. Tuhan tidak ada hubungannya dengan alam. Tuhan bahkan telah mati. Mereka ini, oleh al-Quran disebut dengan para addahriyun, yaitu mereka yang sekadar percaya dengan alam fisik namun menafikan alam metafisik.
وَقَالُوْا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوْتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ، وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ، إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّوْنَ (الجاثية : 24)

Artinya: “Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.”

 

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).[al-Furqân/25 : 44]

(www.almuflihun.com