Siswa SD Muh Manyar, Sukses Ciptakan ‘Gadget’ Pengaman Untuk Nonton TV

SangPencerah.id– Perkembangan zaman memang memiliki banyak dampak bagi masyarakat. Tak terkecuali anak-anak. Di tengah pesatnya kemajuan zaman di bidang digital, ada hal membanggakan yang datang dari dua siswi SD Muhammadyah Manyar, Gresik.

Dua murid SD Muhammadiyah Manyar ini menciptakan gadget unik berupa alat pendeteksi jarak menonton TV yang memang sehat. Namanya Detektif Jamat. Alat dengan dua lensa berbentuk kotak hitam itu mengeluarkan bunyi tit…tit…tit. Suaranya muncul dari sebelah televisi di ruang kepala sekolah. Beberapa kabel terhubung dengan arduino di belakang speaker. Dua siswa, Nasya Nadhira dan Faras Syakira, lantas mendekat. Suara tit… tit…tit terus terdengar. Bunyi tersebut tiba-tiba hilang ketika mereka menjauh sekitar 1,5 meter.

“Ini berarti jarak tonton sudah aman,’’ ujar Nasya yang diiyakan Faras. Dua siswi SD Muhammadiyah Manyar itu adalah pencipta detektor jarak aman untuk menonton TV, demikian dikutip dari jawapos. Mereka tengah menguji fungsi detektor tersebut. Mereka menamai alat itu Detektif Jamat. Artinya, Pendeteksi Jarak Aman Nonton Televisi. Manfaatnya besar.

Nasya dan Faras berharap tidak ada lagi anak-anak yang memakai kacamata karena terlalu sering dan dekat saat nonton TV. “Sekarang banyak anak yang pakai kacamata, termasuk saya,’’ kata Nasya yang hobi membaca itu.

Nasya bercerita, dirinya melakukan survei bersama Faras, teman sekelasnya. Dari 475 siswa yang disurvei, ada sekitar 50 anak yang mengaku berkacamata. Penyebabnya hampir seragam. “Rata-rata terlalu dekat kalau nonton TV (televisi),’’ ungkap bocah 11 tahun tersebut.

Jarak aman untuk nonton TV, lanjut Nasya, rata-rata 1,3 meter. Jarak yang terlalu dekat berisiko merusak mata. “Sumbernya, banyak artikel terkait jarak aman nonton televisi,’’ jelas putri pasangan Haryanto dan Lilik Anifa itu.

Nasya pun resah. Dia terdorong untuk membuat alat yang bisa mendeteksi jarak aman menonton televisi. Bersama Faras yang sama-sama kelas V, dia mencari berbagai referensi. Mulai bertanya ke banyak orang hingga belajar dari artikel.

Sebelumnya, Nasya dan Faras mengatakan tidak banyak tahu tentang elektronika. Keduanya memberanikan diri bertanya kepada guru pembina ekstrakurikuler (ekskul) mekatronikon. “Butuh waktu dua bulan belajar (elektro, Red). Mulai belajar teori hingga proses merakit,’’ ungkapnya.

Banyak hal yang ditemui saat menciptakan alat itu. Mulai pernah korsleting hingga alat tidak berfungsi. Setelah melakukan eksperimen berkali-kali, alat tersebut siap dirakit. Butuh dua pekan lagi untuk uji coba. Hingga akhirnya, alat yang dinamai Detektif Jamat itu siap digunakan.

Detektif Jamat dilengkapi dua speaker kecil yang tersambung dengan arduino (pengendali mikro) dan adapter. Alat tersebut bisa memancarkan gelombang ultrasonik ke dahi. Gelombang lantas dipancarkan kembali ke alat. Dengan begitu, alat akan berbunyi ketika didekati pada jarak tertentu.

Untuk mengontrol jarak aman mata, alat itu diletakkan di sebelah televisi. Bisa di sisi kanan atau kiri. “Sudah diatur untuk jarak aman 1,3 meter. Kalau terlalu dekat, Jamat mengeluarkan bunyi peringatan. Jadi harus mundur,’’ papar Nasya.

Faras sangat ingin merakit lebih banyak lagi alat serupa. Tujuannya, teman-temannya bisa memanfaatkan alat tesebut untuk menjaga jarak aman ketika nonton televisi. “Jadi, mata tidak sampai rusak,’’ ucapnya.

Fadholi Aziz, koordinator Bina Prestasi SD Muhammadiyah Manyar, membenarkan bahwa dua muridnya itu memang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka sangat aktif di kelas. Terutama yang berkaitan dengan sains. “Suka tanya,’’ tutur lelaki yang juga guru IPA itu.

Aziz yang juga pengajar di kelas V tersebut menambahkan, Jamat akan dilombakan di event nasional. Yaitu, National Young Invertor Award 2017 pada September mendatang. ’’Yang pasti, sekolah mendukung mereka untuk berprestasi,’’ jelasnya.