Hebat, Mahasiswa UM Surabaya Sukses Ciptakan Infus Tanpa Kabel

SangPencerah.id– Kreativitas bisa datang dari mana saja, bahkan bisa jadi justru dari permasalahan yang sedang dialami, serta menjadi pengalaman pribadi.

Itu pula yang dialami oleh Yogi Sulistyono, mahasiswa Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Jawa Timur.

Mahasiswa di perguruan tinggi yang memiliki tagline “Kampus Sejuta Inovasi” ini menciptakan inovasi prototipe alat bantu dunia kesehatan berupa alat pengontrol infus berbasis nir kabel.

“Ide ini muncul saat saya masuk rumah sakit dan di infus. Saat itu, perawat bolak-balik ke ruangan saya untuk mengecek cairan infus saya. Perawat itu berulang kali mengecek kecepatan dan kantong infusnya masih atau sudah habis,” ucap mahasiwa tingkat akhir yang biasa disapa Yogi ini.

Dari pengalamannya itu pula Yogi memunculkan ide untuk meringankan pekerjaan perawat agar mengecek infus jadi lebih efisien.

Dalam tugas skripsinya Yogi lalu membuat alat micro controler yang ia beri nama sistem monitoring tetesan, dan level cairan infus berbasis nirkabel. Alat itu ia bangun dengan sistem dasar sensor dan alat pemancar.

“Sensor yang saya pakai adalah sensor flame untuk sensor cahaya. Jadi dengan sensor ini bisa memantau kondisi cairan, kondisi kecepatan tetesan infus sesuai standar atau tidak dan level cairan infus. Setiap cairan infus menetes akan disampaikan dari sensor ini,” ucap Yogi.

Data dari sensor itu akan diproses pada alat transmitter yang kemudian dihubungkan dengan alat pemancar exbee. Dari transmitter itu data dikirimkan ke receiver yang ada di ruang perawat.

“Transmitternya dihubungkan ke komputer sehingga bisa dilihat perawat melalui layar komputer di ruangannya. Data yang bisa dilihat adalah status isi kantong infus, status level tetesan apakah terlalu cepat atau lambat, dan adakah pendarahan atau tidak,” urai Yogi.

Dalam prototipe yang dibuat Yogi, alat ini diujicobakan ke dua pasien. Namun ke depan, alat ini juga bisa digunakan untuk memantau lebih dari 2 pasien. Bahkan juga bisa pada puluhan pasien. Sehingga perawat cukup melakukan kontrol dari ruang perawat tanpa harus mengecek ke kamar pasien satu persatu.

“Alat ini juga aman bagi pasien. Sebab tegangan yang digunakan adalah tegangan rendah. Dengan lima volt. Dan jarak terjauh kontroler radiusnya bisa sampai 500 meter,” imbuhnya.

Untuk membuat alat ini terbilang murah. Skala prototipe ini hanya membutuhkan Rp 3 juta. Ia hanya membutuhkan waktu dua bulan untuk menghasilkan alat tersebut.

“Kendalanya relatif ringan. Hanya bingung nyari alat kesehatan saat percobaannya. Kalau secara sistem elektroniknya mudah,” katanya. Alat ini direncanakan akan dipatenkan. Bahkan sudah ada rumah sakit yang tertarik untuk mengadopsi alat Yogi.

Sementara itu Dosen Teknik Elektro Anang Widianto mengatakan pihaknya mendukung inovasi besutan Yogi. Menurutnya alat ini aplikatif di pelayanan kesehatan, namun masih butuh pengembangan lanjutan.

“Secara konsep bagus sebab banyak pasien yang akhirnya tertarik darahnya ke kantong infus lantaran cairan infusnya kehabisan. Tapi masih butuh pengembangan kalau nanti mau diaplikasikan, terutama dari soal presisi dan penerapan ke pasien dalam jumlah banyak,” komentar Anang. (sp/tb)