Nasehat Untuk Ibu Megawati, Cucu Konsul Muhammadiyah Bengkulu

Dalam pengajian akbar Hari Bermuhammadiyah PDM Kabupaten Tegal kemarin 15/1/2017 saya juga mengkritisi isi pidato Ibu Hj. Megawati Soekarno Putri dalam HUT 44 PDIP di Jakarta. Sebagai mantan presiden RI ke-5 dan cucu konsul Muhammadiyah Bengkulu, pidato beliau yg mempertentangkan Islam dan Pancasila, sangatlah gegabah, a historis dan berbahaya bagi masa depan NKRI.

Saya ingatkan, kepada elit pimpinan Muhammadiyah berkewajiban moral menasihati dan meluruskan pandangan beliau. Gegabah karena belum pernah ada presiden ataupun mantan presiden RI yang berani menyatakan pertentangan itu yg berpotensi memecah belah bangsa Indonesia. A historis karena gagal fokus membaca perkembangan evolusi konsep Pancasila mulai 1 Juni, 22 Juni, 18 Augustus 1945 hingga dekrit presiden 5 Juli 1959. Berbahaya bagi masa depan NKRI karena dalam kondisi normal saja umat ISLAM menerima Pancasila masih ada beberapa elemen umat yang tidak puas dan kecewa dihapusnya 7 kata dari piagam Jakarta. Apatah lagi dengan mempertentangkan Islam dengan Pancasila pasti akan menyebabkan eskalasi radikalisasi umat ISLAM sehingga kontra produktif bagi pembangunan dan persatuan bangsa.

Salah satu bagian pidato ibu Megawati juga menyebarkan ujaran kebencian bahwa Islam adalah ideologi tertutup dan bahwa ulama pemuka agama memerankan diri sebagai peramal masa depan, serta cenderung menyalah pahami beriman kepada hari akhirat. Untuk hal ini saya menyitir keterangan Allah dalam Surah al-Dzariyat yg saya Capture di bawah ini dan saya jelaskan Tadabbur maknanya seperti yang saya tulis dalam tafsir ringkas As-Sa’adah berikut ini:

“Setelah manusia diingatkan tentang kebesaran-Nya dan kehancuran kaum-kaum yang menentang dan membangkang-Nya, agar menjadi peringatan dan pelajaran hidup, Allah peringatkan kita bahwa perjalanan kita ini berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Maka, segeralah berlari kepada Allah; segera ingat, dan insaf bahwa perjalanan hidup ini ada tujuannya, yaitu Allah. Pada saat panggilan itu datang, kita sudah siap.

Maka jika sudah jelas tujuan hidup ini adalah untuk Allah, janganlah kita rusak dan pecah pikiran kita ini dengan perbuatan syirik, mempersekutukan Allah dengan selain-Nya. Syirik kepada Allah membuat tujuan hidup kita tidak lagi bulat untuk Allah. Ia hanya akan merusak dan menghancurkan orientasi hidup kita. Itulah pesan ayat 51. Oleh sebab itu banyak pihak pengikut Iblis yang ingin mengacaukan dan merusak orientasi hidup manusia yang bertauhid. Yaitu dengan cara menghasut dan memfitnah para utusan Allah yang mendakwahkan tauhid dan menjaga orientasi fitrah manusia hanya untuk Allah, dengan tudingan mereka itu adalah tukang peramal (kaahin), tukang sihir (saahir), atau orang gila (majnuun). Tuduhan seperti itu sudah lumrah diterima oleh Nabi Muhammad saw, bahkan secara turun temurun oleh para pengikut Iblis, fitnah tersebut diarahkan kepada para pembawa risalah. Seolah-olah para penuduh itu telah saling berwasiat secara lintas generasi dan lintas zaman untuk melontarkan bermacam tudingan tersebut kepada para Nabi dan Rasul. (pesan ayat 52-53).

Di zaman modern saat ini, para pendakwah dan ulama pewaris risalah Nabi yang mengajak manusia supaya menjalankan syariat Islam yang telah diatur sempurna oleh Allah, untuk keselamatan manusia di dunia dan akhirat, juga sering difitnah dan dihujat sebagai tukang sihir atau orang gila dan tukang peramal. Karena mereka dianggap, dengan menerapkan syariah, ingin mengajak manusia hidup seperti di zaman Rasul. Kembali ke zaman Rasul berarti suatu kemunduran, sebab kata mereka, hidup di zaman modern hendaklah menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman dan modernitas.

Dalam berdakwah, jika menghadapi para pengingkar dan pembangkang, maka Allah suruh kita untuk berpaling dan tidak mengindahkan segala hasutan dan fitnah, “Berpalinglah engkau dari ujaran mereka, sungguh engkau tidak akan tercela” (ayat 54). Benar, ulama dan ormas Islam tidak akan tercela karena Suara kan kebenaran dari Allah. Ulama dan ormas Islam tidak akan tercela dengan ajakan komitmen kepada syariat Islam. Ulama dan ormas Islam tidak akan tercela karena amar makruf nahi munkar menyatakan yang haq itu haq dan yang batil adalah batil. Namun peringatan tetap wajib disampaikan, sebab selain mereka itu, masih ada kaum beriman yang akan menyambut baik dakwah Islam dan akan mendapat manfaat dari peringatan itu (ayat 55).”

Allahumma qad ballaghtu. Allahumma fasyhad..
Wallahu A’lam.
Pekalongan, Senin 16 Januari 2017
Alfaqir ilaLlahi: Fahmi Salim Zubair