Refleksi Milad Ikatan Pelajar Muhammadiyah ke 55

foto : tribun

Oleh: Sonni Kurniawan*

Selamat, teriring ucapan syukur untuk segenap kader IPM di seluruh penjuru tanah air dan mancanegara, tepat tanggal 18 Juli 2016 kemarin kita semua menjadi takdir sejarah atas Milad IPM yang genap berusia 55 tahun. Dilihat secara ukuran usia, IPM sebagai bagian dari ortom Muhammadiyah dinilai sudah sangat dewasa dalam menapaki sejarah perjuangan hingga hari ini. Dedikasi IPM sebagai wadah sosialisasi ideologi, sejak kelahirannya memang telah banyak melahirkan tokoh bangsa yang tengah memainkan perannya sebagai kader bangsa dalam rangka menegakkan, menjunjung tinggi nilai- nilai ajaran Islam sehingga terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT sebagaimana termaktub dalam pasal 3 AD/ ART IPM.

Konsistensi kiprah IPM dengan usia ke 55 tahun ini perlu kita apresiasi, yang sejak awal kelahirannya hingga sekarang selalu berbenah dan terus bermetamorfosis serta tak lekang oleh perkembangan zaman dan terus mengikuti paham transformasi gerakan ala Muhammadiyah yang saat ini berada pada nadi gerakan Islam Berkemajuan. Dalam perspektif pelajar, Islam Berkemajuan diartikan sebagai cita- cita gerakan untuk mewujudkan generasi- generasi pelajar yang berkemajuan baik sebagai generasi persyarikatan, dan generasi ummat maupun sebagai generasi bangsa.

Nuun. Wal Walami Wa Maa Yasthuruun (QS. Al Qalam;1) yang menjadi rujukan IPM sebagai spirit dan landasan perjuangan, harus rajin mendialektikakan gerakan keilmuan yang dijadikan paradigma gerakan dan harus mampu mengkonversikan kedalam dinamika realitas yang ada serta bertindak dengan jiwa dan ghirah secara ideologis. Hemat saya, generasi berkemajuan itu adalah generasi (baca: pelajar) yang menjadikan 1) Ilmu sebagai prioritas nadi hidupnya, 2) Islam sebagai kompas kehidupannya dan Manhaj bermuhammadiyah sebagai sandaran ideologis perjuangan dakwahnya. Ketiga hal itu harus mampu dijadikan etos generasi berkemajuan guna merawat idiom pelopor, pelangsung dan penyempurna dakwah Muhammadiyah yang bersinergi dengan semangat zaman.

Merujuk pendapat Khoirudin A (2016), bahwa terus bergulirnya ide, gagasan, pemikiran serta paradigma dalam tubuh IPM merupakan sebab yang mempengaruhi keberlanjutan gerakan IPM. Faktanya adalah transformasi gerakan menjadi bagian penting perjalanan perjuangan, masalahnya adalah bagaimana transformasi gerakan mampu menjadi “kacamata zaman”, dan solusinya adalah  generasi berkemajuan haruslah memanifestasikan “kacamata zaman” itu secara aktif dan kontributif sesuai dengan kapasitas kemampuannya. Inilah yang akan menjadi “gendang” IPM sebagai aksentuator sebagaimana kutipan  syair lagu Janji Kader yang sering kita nyanyikan: ….fisabilillah ditegakkan, lewat kata hati dan perbuatan.

Jujur, saya benar- benar dibesarkan oleh IPM sejak mengenal dan ikut Taruna Melati (TM) 1 (2008) di Kab. Magelang, dan pertama kali menangis saat renungan malam dinyanyikan lagu Janji Kade tersebutr, disaat itulah saya berikrar ingin jadi kader IPM. Setalh TM 1, saya diikutkan TM 2 (2009) selanjutnya masuk 1 dari 11 formatur terlipih PD IPM Kab. magelang dalam Musyda 2009 sebagai Kabid Hikmah dan Advokasi saat itu. Belum genap 1periode, ditunjuk agar masuk ke PW IPM Jawa Tengah (2010) dan purna di tahun 2015. Dinamika dan pembelajaran Organisasi menjadi catatan penting untuk saya terus melanjutkan perjuangan ke IMM, kemudian ke Pemuda  Muhammadiyah dan sampai saat ini tengah menjadi bagian kecil di Muhammadiyah.

Demikian sekelumit refleksi yang dapat saya tuangkan,dalam rangka bersyukur menyambut Milad IPM ke-55. Semoga IPM selalu menjadi bagian takdir terindahkan untuk kita dan mereka yang ber-IPM. Terimakasih telah dikader IPM. #Sayabanggajadikader

Nuun. Wal Qalami Wa Maa Yasthuruun.

*penulis adalah : Anggota MPK PDM dan anggota PDPM Kota Semarang.