Terlahir Tanpa Kaki, Siswa SMP Muhammadiyah Ini Ingin Belajar Hingga Perguruan Tinggi

Harbi, Pelajar Muhammadiyah yang memiliki semangat tinggi

SangPencerah.com- Meski terlahir dengan keterbatasan fisik (difabel), tak membuat Harbi Wiranata menjadi anak yang manja. Justru dengan segala keterbatasan, dia membuktikan diri mampu bersaing dengan teman sebayanya. Sejak lahir, Harbi tidak memiliki dua kaki seperti orang normal pada umumnya.

Saat ditemui di sekolahnya, SMP Muhamadiyah Tanjung Redeb, Harbi menghampiri dengan kedua tangannya. Meski berjalan dengan tangan, namun langkah Harbi begitu cepat dan sigap.

Mengenakan seragam putih bercelana pendek warna biru, Harbi berjalan mendekati media Tribun kaltim sembari berbincang dengan Rahma, guru Fisika. Harbi tak menyangka, jika setelah lulus SD di Kampung Pegat Batumbuk, Pulau Derawan, masih punya kesempatan melanjutkan sekolah ke jenjang SMP.

Di kampungnya, kebanyakan anak-anak sebayanya hanya sekolah sampai tingkat SD. Selain itu, Bakri, ayahnya hanya berprofesi sebagai nelayan tradisional. Berkat perhatian beberapa dermawan, Harbi menerima beasiswa hingga bisa sekolah di SMP Muhamadiyah. Tak ingin mengecewakan para dermawan yang membantunya, Harbi belajar dengan tekun hingga saat penerimaan rapor pada 2015 lalu, Harbi menempati ranking 2 di sekolahnya.

Anak pertama dari lima bersaudara ini terpaksa harus berpisah dengan kedua orangtuanya sejak lulus SD demi menempuh jenjang pendidikan lebih tinggi. Harbi saat ini tinggal di asrama bersana beberapa rekannya dari berbagai kampung di pelosok Berau. Tinggal di asrama menuntut dirinya menjadi anak mandiri. Sejak umur 16 tahun, Harbi sudah mengurusi dirinya sendiri. “Kalau di asrama, masak dan cuci baju sendiri,” ujarnya seraya tersenyum.

Tahun pertama tinggal terpisah dengan orangtuanya merupakan pengalaman berat. Jika sebelumnya Harbi berangkat sekolah diantar kedua orangtuanya, di Tanjung Redeb dia harus bersabar mencari tumpangan ke sekolah.

Setelah bersekolah di Tanjung Redeb, setiap hari Harbi diantar-jemput secara bergantian oleh teman satu asramanya yang berada di Jalan Karang Mulyo. Namanya saja menumpang, kesibukan teman di luar sekolah membuat dia harus bersabar. Tak jarang Harbi baru pulang sore karena menunggu teman menjemputnya di sekolah. “Saya pernah menunggu sampai jam 5 sore di sekolah. Kalau tidak ada yang jemput, diantar pulang sama jamaah masjid di sekitar sekolah,” ungkap Harbi masih senyum mengembang.

Kini Harbi tak perlu khawatir lagi soal kendaraan. Belum lama ini, Kapolres Berau AKBP Anggie Yulianto Putro memberinya hadiah berupa sepeda yang didesain khusus untuknya. “Sekarang saya pulang-pergi sekolah naik sepeda sendiri. Tapi saya harus lebih hati-hati. Kemarin sempat jatuh karena ban terganjal aspal yang tinggi dari pinggir jalan,” ungkapnya.

Tumbuh dalam keluarga sederhana, Harbi punya sikap bersahaja. Keinginannya tidak banyak, Harbi hanya berharap bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Dia ingin bisa mengenyam bangku kuliah. “Tapi kalau memang tidak bisa sampai kuliah, minimal bisa lulus SMA,” katanya lagi. Harbi berupaya keras mendapat beasiswa, rajin masuk kelas, belajar sungguh-sungguh merupakan bagian upayanya untuk mendapat beasiswa, paling tidak untuk biaya pendidikannya di SMA nanti. “Kalau tidak bisa kuliah, lulus SMA nanti saya mau bekerja, apa saja yang penting bisa bantu orangtua biayai sekolah adik-adik saya,” tandasnya. (sp/tk)